Islam dan anarkisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Kembangraps (bicara | kontrib)
k Suntingan 125.160.60.202 (Pembicaraan) dikembalikan ke versi terakhir oleh Tournesol
Baris 8:
Semenjak kebanyakan pergerakan anarkis yang terjadi di negara-negara yang dibawah pengaruh [[gereja]] [[Kristen]], kritikan akan agama terbanyak adalah kepada Kristiani yang terorganisir. Bagaimanapun juga, kritikan ini dapat diterima secara universal, semenjak semua organisasi agama memiliki kecenderungan pada struktural dan pengaturan akan umatnya. Dunia ''‘barat’'' lebih sering melihat Islam sebagai agama yang politikal, mengatur segala aspek sosial dan tingkah laku sehari-hari umatnya, dan seakan bertentangan dengan prinsip-prisip dasar anarkisme.
 
Kritikan anarkisme terhadap Islam terpusat pada peranan perempuan dalam dunia Islam dan hubungan antara [[homoseksual]] dengan ajaran Islam. Kaum ‘barat’ menilai kehidupan sosial Islam sebagai [[patriarki]], dimana perempuan mempunyai hak yang lebih sedikit dari pada pria, perempuan dipaksa untuk memakai jilbab, dan menyangkal hak-hak dasar, seperti memberikan suara dan pendidikan. Di banyak negara yang mayoritas Muslim, homoseksualitas adalah hal yang terlarang dan dapat diberikan hukuman fisik yang keras. Bagaimanapun juga, pertentangan akan masalah-masalah ini terkait dengan tujuan agama dan berapa banyaknya cabang dari penyesuaian regional dan budaya dari suatu daerah. Untuk contohnya, pemakaian jilbab tidak ada dasarnya pada [[Al-Qur’an]] ataupun ajaran-ajaran dari [[Nabi Muhammad]] ([[Hadist]]).
 
Bahkan ajaran dasar dari Islam menawarkan poin-poin pendirian yang teguh. Contohnya: Islam melarang homoseksualitas, dan memberikan peranan yang berbeda pada pria dan perempuan, sesuatu hal yang bertentangan dengan kepercayaan anarkis kebanyakan. Begitupula dengan masalah perlakuan Islam terhadap orang yang ingkar pada agama dan non-Muslim. Konsep dari [[Jihad]] (yang mana menjadi wacana kontroversi tradisional diantara para pembelajar agama Islam) sering diartikan sebagai perang suci melawan kaum yang tidak percaya ([[kafir]]). Juga buramnya konsep hukum agama yang berdasarkan Al-Qur’an dan tradisi Muslim terdahulu, dinamakan hukum Syari’ah. Hukum ini dieksekusi dengan hukuman fisik yang keras atas perbuatan kejahatan yang menjauhi dari ajaran agama. SebagianKebanyakan besarMuslim negerisekarang menyatakan Islam di dunia saat ini tidak lagi menggunakan hukum Syari’ah, atau kalaupun ada hanya sebagian.
 
Pada [[abad ke-19]] dan 20, banyak Muslim yang liberal meragukan keortodoksan makna atas Islam. Muslim-muslim ini mengkonsentrasikan pada konsep realisasi-diri, yang disebut Ijtihad, yang membebaskan individu untuk menerjemahkan tulisan-tulisan religius menurut kondisi dimana dia berada, daripada menyerahkan segala sesuatu kepada tulisan-tulisan keputusan sebagian ulama. Karena Islam adalah agama yang dinamis. Banyak Muslim yang liberal memperjuangkan untuk kesamaan hak atas pria dan perempuan, menerima homoseksualitas, menolak hukum Syari’ah dan menolak politik praktis yang mengatasnamakan agama, hal-hal tersebut menyingkirkan banyak perbedaan antara Islam dan anarkisme. Muslim yang liberal tidak memandang pergerakan mereka sebagai reformasi agama, namun pergerakan untuk mengembalikan lagi esensi murni Islam itu sendiri, yang mana telah menyimpang selama beberapa tahun ini.
Baris 22:
Menurut kepercayaan Islam, semua yang ada di muka bumi ini bukanlah milik siapa-siapa selain Allah, dan manusia hanya dipercayai untuk hidup dimuka bumi, menjaga dan mengelola isi bumi tersebut. Hal ini bertentangan dengan konsep kepemilikan [[kapitalisme]] yang berdasarkan doktrin orang-orang Roma dahulu yaitu ''“Hak Untuk Menggunakan Dan Mengeksploitasi”''. Hal ini juga yang menjadi landasan dari paham ekologi, sebagai ciptaan dari Allah (termasuk tumbuhan dan hewan) hanya bisa dihancurkan dan digunakan apabila memang dirasa sangat perlu untuk menghancurkan dan menggunakannya. Persamaan konsep kepemilikan pribadi ini juga yang dikenalkan oleh [[Proudhon]] dalam bukunya “[[What is Property?]]”, dan disebarkan oleh kebanyakan kaum anarkis.
 
Tak seperti kebanyakan agama yang terorganisir lainnya, Islam menegaskan larangan atas riba, termasuk tagihan bunga pada pinjaman. Al-Qur’an menyatakan ''“Riba yang dilakukan hanya untuk memperkaya diri, tak akan memberikan keuntungan untuk Allah. Namun apabila kamu memberikan sedekah, untuk mencari ridho Allah, dia yang memberi akan mendapatkannya lagi berlipat”''. Karena hal ini, banyak bank yang menamakan ‘Bank Syari’ah’ yang menjalankan bank tanpa bunga. Riba dalam hal ini juga termasuk pada perdagangan semua produk. Kepercayaan ini membuat sulitnya Islam dan kapitalismekapitlisme bersatu, namun memperkuat persamaan dasar keyakinan dengan anarkisme.
 
=== Islam dan Sosialisme ===