Bisma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
}}
'''Bisma''' (Sansekerta: '''भीष्म''', ''Bhīshma'') terlahir sebagai '''Dewabrata''' ([[Sansekerta]]: '''देवव्रत''', ''Dévavrata''), adalah salah satu tokoh utama dalam [[Mahabharata]]. Ia merupakan putera dari pasangan Prabu [[Santanu]] dan [[Satyawati]]. Ia juga merupakan kakek dari [[Pandawa]] maupun [[Korawa]]. Semasa muda ia bernama Dewabrata, namun berganti menjadi Bisma semenjak ia bersumpah bahwa tidak akan menikah seumur hidup. Bisma ahli dalam segala modus peperangan dan sangat disegani oleh [[Pandawa]] dan [[Korawa]]. Ia gugur dalam sebuah [[Perang di Kurukshetra|pertempuran besar]] di [[Kurukshetra]] oleh panah dahsyat yang dilepaskan oleh [[Srikandi]] dengan bantuan [[Arjuna]]. namun ia tidak meninggal pada saat itu juga. Ia sempat hidup selama beberapa hari dan menyaksikan kehancuran para [[Korawa]]. Ia menghembuskan nafas terkahirnya saat garis balik matahari berada di utara (''Uttarayana'').
 
==Arti nama==
 
Nama ''Bhishma'' dalam [[bahasa Sansekerta]] berarti "Dia yang sumpahnya dahsyat (hebat)", karena ia bersumpah akan hidup membujang selamanya. Nama Dewabrata diganti menjadi Bisma karena ia melakukan ''bhishan pratigya'', yaitu sumpah untuk membujang selamanya dan tidak akan mewarisi tahta ayahnya. Hal itu dikarenakan Bisma tidak ingin dia dan keturunannya berselisih dengan keturunan [[Satyawati]], ibu tirinya.
 
==Kelahiran==
Baris 34 ⟶ 38:
{{main|Bhismaparwa}}
 
Saat perang antara [[Pandawa]] dan [[Korawa]] meletus, Bisma berada di pihak Korawa. Sesaat sebelum pertempuran, ia berkata kepada [[Yudistira]] bahwa dirinya telah diperbudak oleh kekayaan, dan dengan kekayaannya Korawa mengikat Bisma. Meskipun demikian, karena Yudistira telah melakukan penghormatan sebelum pertempuran, maka Bisma merestui Yudistira dan berdo'a agar kemenangan berada di pihak Pandawa, meskipun Bisma sangat sulit untuk ditaklukkan. Bisma juga pernah berkata kepada [[Duryodana]], bahwa meski dirinya (Bisma) memihak Korawa, kemenangan sudah pasti berada di pihak Pandawa karena [[Kresna]] berada di sana, dan dimanapun ada Kresna maka di sanalah terdapat kebenaran serta keberuntungan dan dimanapun ada [[Arjuna]], di sanalah terdapat kejayaan. <ref name="Bismaparwa">'''The Mahabharata of Krishna Dwaipayana Wyasa'''. Buku VI: Bismaparwa. </ref>
 
Dalam pertempuran akbar di dataran keramat [[Kurukshetra]], Bisma bertarung dengan dahsyat. Prajurit dan ksatria yang melawannya pasti binasa atau mengalami luka berat. Dalam kitab [[Bismaparwa]] dikatakan bahwa di dunia ini para ksatria sulit menandingi kekuatannya dan tidak ada yang mampu melawannya selain [[Arjuna]] – ksatria berpanah yang terkemuka – dan [[Kresna]] – [[Awatara|penjelmaan]] [[Wisnu]]. Meskipun Arjuna mendapatkan kesempatan untuk melawan Bisma, namun ia sering bertarung dengan setengah hati, mengingat bahwa Bisma adalah kakek kandungnya sendiri. Hal yang sama juga dirasakan oleh Bisma, yang masih sayang dengan Arjuna, cucu yang sangat dicintainya.
Baris 40 ⟶ 44:
[[Kresna]] yang menjadi kusir kereta Arjuna dalam peperangan, menjadi marah dengan sikap Arjuna yang masih segan untuk menghabisi nyawa Bisma, dan ia nekat untuk menghabisi nyawa Bisma dengan tangannya sendiri. Dengan mata yang menyorot tajam memancarkan kemarahan, ia memutar-mutar [[Sudarshana Chakra|chakra]] di atas tangannya dan memusatkan perhatian untuk membidik leher Bisma. Bisma tidak menghindar, namun justru bahagia jika gugur di tangan Madhawa (Kresna). Melihat hal itu, Arjuna menyusul Kresna dan berusaha menarik kaki Kresna untuk menghentikan langkahnya.
 
Dengan sedih dan suara tersendat-sendat, [[Arjuna]] berkata, "O Kesawa ([[Kresna]]), janganlah paduka memalsukan kata-kata yang telah paduka ucapkan sebelumnya! Paduka telah mengucapkan janji bahwa tidak akan ikut berperang. O Madhawa ([[Kresna]]), apabila paduka melanjutkan niat paduka, orang-orang akan mengatakan bahwa paduka pembohong. Semua penderitaan akibat perang ini, hambalah yang harus menanggungnya! Hambalah yang akan membunuh kakek yang terhormat itu!..."
 
Kresna tidak menjawab setelah mendengar kata-kata Arjuna, ia mengurungkan niatnya dan naik kembali ke atas keretanya. Kedua pasukan tersebut melanjutkan kembali pertarungannya.
Baris 57 ⟶ 61:
Antara Bisma dalam kitab [[Mahabharata]] dan pewayangan Jawa memiliki beberapa perbedaan, namun tidak terlalu besar karena inti ceritanya sama. Perbedaan-perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh proses ''Jawanisasi'', yaitu membuat kisah wiracarita dari [[India]] bagaikan terjadi di pulau [[Jawa]].
 
===Riwayat hidup===
 
Bisma atau Resi Bisma adalah [[kakek]] dari para [[Pandawa]] dan [[Korawa]] dalam [[wiracarita]] [[Mahabharata]]. Nama Bisma berarti "Maha Dahsyat". Bisma adalah anak Prabu [[SentanuSantanu]], Raja Astina dengan [[Dewi Gangga]] alias [[Gangga (Hindu)|Dewi Jahnawi]] (dalam versi Jawa). Waktu kecil bernama Raden [[Dewabrata]] yang berarti keturunan BarataBharata yang luhur. Ia juga mempunyai nama lain Ganggadata. Dia adalah salah satu tokoh [[wayang]] yang tidak menikah yang disebut dengan istilah ''Brahmacari''. Berkediaman di pertapaan Talkanda. Bisma dalam tokoh perwayangan digambarkan seorang yang sakti, dimana sebenarnya ia berhak atas tahta [[Astina]] akan tetapi karena keinginan yang luhur dari dirinya demi menghindari perpecahan dalam negara [[Astina]] ia rela tidak menjadi [[raja]].
 
Resi Bisma sangat sakti mandraguna dan banyak yang bertekuk lutut kepadanya. Ia mengikuti [[sayembara]] untuk mendapatkan putri bagi rajaRaja [[AstinaHastina]] dan memboyong 3 Dewi. Salah satu putri yang dimenangkannya adalah [[Amba|Dewi Amba]] dan Dewi Amba ternyata mencintai Bisma. Bisma tidak bisa menerima cinta Dewi Amba karena dia hanya wakil untuk mendapatkan Dewi Amba. Namun Dewi Amba tetap berkeras hanya mau menikah dengan Bisma. Bisma pun menakut-nakuti Dewi Amba dengan senjata saktinya yang justru tidak sengaja membunuh Dewi Amba. Dewi Amba yang sedang sekarat dipeluk oleh Bisma sambil menyatakan bahwa sesungguhnya dirinya juga mencintai Dewi Amba. Setelah roh Dewi Amba keluar dari jasadnya kemudian mengatakan bahwa dia akan menjemput Bisma suatu saat agar bisa bersama di alam lain dan Bisma pun menyangupinya. Diceritakan ruhroh Dewi Amba [[reinkarnasi|menitis]] kepada [[Srikandi]] yang akan membunuh Bisma dalam perang [[Bharatayuddha]].
 
Dikisahkan, saat ia lahir, ibunya [[moksa]] ke alam baka meninggalkan Dewabrata yang masih bayi. Ayahnya prabu Santanu kemudian mencari wanita yang bersedia menyusui Dewabrata hingga ke negara Wirata bertemu dengan Dewi Durgandini atau Dewi Setyawati[[Satyawati]], istri [[Parasara]] yang telah berputra WiyasaResi [[Byasa]]. Setelah Durgandini bercerai, ia dijadikan permaisuri Prabu Santanu dan melahirkan [[Chitrāngada]] dan [[Wicitrawirya]], yang menjadi saudara Bisma seayah lain ibu.
 
Setelah menikahkan [[Chitrāngada]] dan [[Wicitrawirya]], Prabu Santanu turun tahta menjadi pertapa, dan digantikan anaknya. Sayang kedua anaknya kemudian meninggal secara berurutan, sehingga tahta kerajaan Astina dan janda Chitrāngada dan Wicitrawirya diserahkan pada Wiyasa, putra Durgandini dari suami pertama. [[Wiyasa]]-lah yang kemudian menurunkan Pandu dan Dretarata, orangtua Pandawa dan Kurawa.