Garuda Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 83:
[[Berkas:Garuda 747-400 in Frankfurt.jpg|thumb|left|Boeing 747-400 Garuda Indonesia mendarat di [[Bandara Internasional Frankfurt]].]]
[[Berkas:Garuda MD-11 Spijkers-1.jpg|thumb|left|MD-11 Garuda Indonesia mendarat di Hawaii sebelum melanjutkan penerbangan ke Los Angeles.]]
[[Berkas:Garuda Indonesia Boeing 747-400.jpg|750px620px|thumbnail|left|Garuda Indonesia Beoing 747-400 Di GMF AeroAsia Hangar 2]]
 
Sepanjang dekade [[1990]], Garuda yang saat itu dipimpin oleh Wage Mulyono melakukan pembelian armada pesawat 9 unit [[McDonnell-Douglas MD-11]] (datang tahun [[1991]] sebagai pengganti DC-10), [[Boeing 737]] seri -300 , -400, dan -500 (datang tahun [[1992]], sebagai pengganti DC-9), serta [[Boeing 747|Boeing 747-400]] (datang tahun [[1994]], 2 dibeli langsung dari Boeing, 1 dibeli dari [[Varig]]) dan [[Airbus A330|Airbus A330-300]] (datang tahun [[1996]], pembeli pertama). Tetapi, pada masa ini Garuda mengalami dua musibah besar yang terjadi di dua tempat, yang pertama [[Garuda Indonesia Penerbangan 865|di Fukuoka]] dan satunya lagi terjadi [[Garuda Indonesia Penerbangan 152|di desa Sibolangit]], Sumatera Utara. Musibah yang kedua ini ini menewaskan seluruh penumpangnya, disamping itu, maskapai ini juga terkena imbas [[Krisis Finansial Asia]] yang juga membuat keuangan Indonesia menjadi lesu. Hal ini membuat Garuda harus memotong semua rute yang tidak menguntungkan, terutama rute jarak jauh menuju ke Eropa maupun Amerika (meski beberapa rute ke Eropa seperti Frankfurt, London dan Amsterdam sempat dibuka kembali, namun akhirnya kembali ditutup.). Disamping menutup rute jarak jauh yang tidak menguntungkan, maskapai ini juga mengembangkan rute domestik yang bisa membantu meningkatnya neraca keuangan.