Ketuanan Melayu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
k bahasa |
||
Baris 3:
'''''Ketuanan Melayu''''' adalah sistem yang secara konstitusi memberikan jaminan hak-hak khusus kepada etnis Melayu di Malaysia.<ref> Meredith L. Weiss, "The 1999 Malayan General Elections: Issues, Insults, and Irregularities." Asian Survey, Vol. 40, No. 3, (May 200)pp 430.</ref> Hak-hak khusus ini diatur dalam [[Artikel 153 Konstitusi Malaysia]]. Pengaturan seperti ini biasanya disebut sebagai [[kontrak sosial (Malaysia)|kontrak sosial]]. Konsep ''ketuanan Melayu'' biasanya didengungkan oleh politikus-poliikus Malaysia, terutama yang berasal dari [[Organisasi Nasional Melayu Bersatu]] (UMNO), partai yang memiliki pengaruh kuat di Malaysia.
Walaupun gagasan ini telah ada sebelum Malaysia merdeka,
Kerusuhan ini menyebabkan perubahan drastis pada pendekatan pemerintah terhadap isu-isu rasial dengan memperkenalkan [[Kebijakan Ekonomi Baru]] (NEP) yang mengutamakan etnis Melayu. [[Kebijakan Kebudayaan Nasional]] yang menekankan pada asimilasi warga non-Melayu ke dalam kelompok etnis Melayu juga diperkenalkan pada tahun 1970. Namun semasa 1990-an [[Perdana Menteri Malaysia|Perdana Menteri]] [[Mahathir bin Mohamad]] menolak pendekatan ini dengan konsep [[Bangsa Malaysia]]nya yang menekankan warga Malaysia, bukan etnis Melayu, sebagai identitas negara Malaysia. Semasa tahun 2000-an, para politikus kembali menekankan konsep ''ketuanan Melayu'', dan secara publik mengkritik menteri-menteri pemerintahan yang mempertanyakan konsep kontrak sosial.
|