Jeruk pontianak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Xhie (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Xhie (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
Pada tahun 1979 perkebunan jeruk siam dikembangkan kembali dan sampai tahun 1996 mengalami masa kejayaan yaitu mencapai 10.000 ha lebih dengan produksi 26.000 ton per tahun.
 
Setelah Tahun 1996 jeruk siam anjlok sebagai akibat dari monopoli sistem [[tata niaga]] jeruk yang mengakibatkan harga ditingkat petani jatuh dan [[Total Revenue]] (TR) tidak cukup membiayai [[Total Cost]] (TC); akibatnya petani membiarkan pohon jeruk merangas mati karena tidak terpelihara dan diperparah akibat serangan hama penyakit.
 
Saat ini masyarakat Sambas kembali mengembangkan potensi tanaman jeruk. Luas potensi areal pengembangan KSP Jeruk saat ini antara 10.000 – 20.0000 Ha, terdapat di Kab. Sambas. Lokasinya terletak dalam satu hamparan dataran rendah yang luas pada beberapa Desa di Kecamatan Pemangkat, Tebas, Sambas, dan Teluk Keramat.
Baris 13:
Berdasarkan rencana pengembangan produk unggulan daerah Kabupaten Sambas, masih tersedia pengembangan komoditas jeruk seluas 7.844 Ha dan masih memungkinkan untuk diperluas, karena ketersediaan area pertanian lahan kering di Kalbar mencapai seluas 200.000 Ha.
 
Menurut situs resmi Propinsi Kalimantan Barat [[http://www.kalbar.go.id ]], keunggulan jenis Jeruk Siam ini antara lain dalam hal popularitasnya yang sudah cukup terkenal baik dalam maupun luar negeri (khususnya [[AseanASEAN]]). Selain itu masa produktifitasnya juga cukup lama (15-20 Tahun) dengan [[Benefit Cost Ratio]](BCR) sebesar 3,59. BCR jeruk siam ini merupakan yang tertinggi dibanding komoditas pertanian lainnya di Kalimantan Barat. Selain itu harga di pasaran relatif stabil dan cenderung terus meningkat.
 
Note : sebagian besar sumber tulisan ini dari Situs Resmi Propinsi Kalimantan Barat [[http://www.kalbar.go.id http://www.kalbar.go.id]]