Raja Bagindo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Naval Scene (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 33:
Raja Bagindo datang ke [[Sulu]] pada tahun 1390.<ref name="Naim">{{cite book |last=Naim|first=Mochtar|title=Merantau: Causes and Effects of Minangkabau Voluntary Migration, 1971}}</ref> Kedatangannya melanjutkan dakwah Islam yang telah dirintis oleh seorang ulama keturunan [[Bangsa Arab|Arab]], Karim ul-Makdum. Selain ke Sulu, Raja Bagindo juga mengembara ke [[Brunei]], [[Serawak, Malaysia|Serawak]], dan [[Sabah]].<ref>Zulkifli Ampera Salim, Minangkabau dalam Catatan Sejarah yang Tercecer, 2005</ref> Hingga akhir hayatnya Raja Bagindo telah mengislamkan masyarakat Sulu sampai ke [[Sibutu, Tawi-Tawi|Pulau Sibutu]].<ref>Cecilio D. Duka, Struggle for Freedom : A Textbook in Philippine History, 2008</ref>
 
Sekitar tahun 1450, seorang Arab dari [[Johor]] yaitu Shari'ful[[Syariful HashemHasyim}Sharif ul-Hashim Syed Abu Bakr]] tiba di Sulu. Ia kemudian menikah dengan Paramisuli, putri Raja Bagindo. Setelah kematian Raja Bagindo, Abu Bakr melanjutkan pengislaman di wilayah ini. Pada tahun 1457, menantunya itu memproklamirkan berdirinya Kesultanan Sulu dan memakai gelar "Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashem Abu Bakr". Gelara "Paduka" adalah gelar setempat yang berarti ''tuan'' sedangkan "Mahasari" bermaksud ''Yang Dipertuan''.
== Rujukan ==