Pinaras, Tomohon Selatan, Tomohon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 14:
== '''SEJARAH PINARAS''' ==
Di penghujung abad ke-18 (akhir tahun 1700-an) di Wanua Sarongsong (lihat: Pakasaan [[Tombulu]] dalam Suku [[Minahasa]]) beberapa orang pria mempunyai mata pencaharian menangkap hewan liar (mena'an) seperti babi hutan, rusa, sapi hutan dan sebagainya, dengan cara menanam jerat (litag). Mereka berkelompok-kelompok kecil dan tiap-tiap kelompok mempunyai seorang pemimpin yang disebut
Setiap kali mereka saling bertanya, dimana kita harus bertemu untuk dapat kembali bersama-sama, mereka selalu menunjuk : Witi Pinaras (di Pinaras). Karena di tempat itu selalu menjadi tempat pertemuan, sehingga di tempat itu dibuatkan pondok (terung). Dan apabila Tonaas mau mengunjungi daerah tangkapan (penaanan) maka di tempat itu jugalah Tonaas diterima dengan penuh keseganan dari anggota-anggotanya. Setiap kali mereka berada di tempat itu sambil menunggu teman-teman yang lain mereka membuat kesibukan memperluas Pinaras sehingga lama kelamaan terjadilah di tempat itu suatu areal pertanian. Selain dari tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di tempat itu, mereka juga sudah membawa bibit-bibit tanaman seperti ubi kayu, talas, pisang, sayur-sayuran bahkan beberapa biji kelapa untuk ditanam.
Baris 24:
Untuk dapat mengatasi ancaman dari luar itu mereka bersepakat untuk memilih pemimpin/Tonaas mereka. Adapun syarat untuk menjadi Tonaas adalah : Berbadan kuat, pemberani dan memiliki kesaktian. Ternyata Sumendap yang sebelumnya sudah menjadi Tonaas pada mata pencaharian mereka terpilih kembali menjadi Tonaas Umbanua (kepala), dengan pembantunya bernama Suatan saudaranya. Demikian kedua orang ini menjadi pahlawan untuk mempertahankan nama Pinaras ini.
Sekalipun menganut kepercayaan yang animis, namun mereka juga sudah mengakui adanya ”Empung Wailan Limoos un tana wo u langitt” (Tuhan yang kaya Pencipta Langit dan Bumi ). Untuk menjamin kepercayaan mereka itu, sehingga seseorang yang dianggap tertua menurut silsilah keturunan (Tua un Tale) dianggap sebagai penghubung antara manusia dengan Tuhan (Empung). Orang yang mendapat kehormatan inilah yang disebut Walian, Walian dianggap sebagai sesepuh pemerintah yang dijalankan oleh [[Agama asli Nusantara|Tonaas]] dan bahkan dianggap sebagai nabi.
Seseorang yang merasa beroleh keuntungan (berkat) berkewajiban menyerahkan sebahagian hasilnya kepada Walian untuk keperluan persembahan. Walian-walian yang pernah disebut-sebut sebagai anutan penghuni Pinaras antaranya Tumilaar, Wola dan yang terakhir Walian dan Hukum tua dalam status desa.
Baris 45:
areal pemukiman 49,9 ha, areal persawahan 38 ha, pertanian 225 ha, perkebunan 13 ha dan areal kolam ikan sebesar 8 ha.
Kelurahan Pinaras
Adapun sarana dan prasarana pendukung kesejahteraan masyarakat seperti;
Masyarakat Kelurahan Pinaras termasuk masyarakat yang religius dengan agama mayoritas Kristen Protestan sebanyak 90%, Umat Katolik 10% . Dan masing-masingnya menganut rasa saling menghormati antara satu dengan yang lain. Meskipun ada berbagai perbedaan pendapat namun kesemuanya itu dapat diatasi demi kemajuan dan terciptanya masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Kehidupan masyarakat sungguh dijiwai semangat Mapalus. Ini terbukti dengan adanya kelompok-kelompok tani kecil yang dinamai Mapalus yang ada dimasing-masing lingkungan untuk mengerjakan kebun, juga yang masih sangat nyata kelihatan yakni
(dari berbagai sumber)
<[email protected]>
== Lihat pula ==
* [[Suku Minahasa]]
* Marga Minahasa
* [[Bahasa Tombulu]]
* [[GMIM]]
== Rujukan ==
* -
== Pranala luar ==
* https://sukertamario.wordpress.com
* http://adrianuskojongian.blogspot.com/
* http://mytomohon.blogspot.com/
*
*
{{Tomohon Selatan, Tomohon}}
{{kelurahan-stub}}
|