Genosida Yunani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
Alagos (bicara | kontrib)
Baris 177:
[[Perserikatan Bangsa-Bangsa]], [[parlemen Eropa]] dan [[Dewan Eropa]] belum membuat pernyataan apapun terkait genosida Yunani. Menurut Constantine Fotiadis, dosen Sejarah Yunani Modern di [[Universitas Aristoteles Thessaloniki]], terdapat beberapa alasan mengapa ada kekurangan pengakuan secara luas dan penundaan dalam hal permintaan pengakuan, antara lain: Perjajian Lausanne pada 1923 tidak menyebutkan ketentuan apapun mengenai genosida Yunani; perjanjian damai berikutnya (''Perjanjian Persahabatan Yunani-Turki'' pada Juni 1930) di mana Yunani memberikan sejumlah konsesi untuk menyelesaikan semua permasalahan antara dua negara demi perdamaian di kawasan tersebut; [[Sejarah militer Yunani selama Perang Dunia II|Perang Dunia II]], [[Perang Saudara Yunani|Perang Saudara]], [[Junta militer Yunani 1967–1974|Junta militer]] dan kericuhan politik di Yunani yang terjadi kemudian, memaksa Yunani untuk berfokus pada urusan dalam negerinya sendiri dan permasalahan lainnya allih-alih mencari pengakuan untuk peristwiwa genosida; dan lingkungan [[Perang Dingin]] di mana Yunani dan Turki diharapkan menjadi sekutu - menghadapi Komunisme sebagai musuh bersama - bukannya musuh atau pesaing.{{Sfn | Fotiadis | 2004}}
 
Dalam bukunya ''With Intent to Destroy: Reflections on Genocide'', [[Colin Tatz]] berpendapat bahwa Turki menolak genosida agar tidak membahayakan "mimpinya selama sembilan puluh lima tahun untuk menjadi lentera demokrasi di Timur Dekat".<ref name="Tatz2003">{{cite book|author=Colin Martin Tatz|title=With Intent to Destroy: Reflections on Genocide|url=http://books.google.com/books?id=khCffgX1NPIC&pg=PR13|accessdate=8 June 2013|year=2003|publisher=Verso|isbn=978-1-85984-550-9|page=13|quote=Turkey, still struggling to achieve its ninety-five-year-old dream of becoming the beacon of democracy in the Near East, does everything possible to deny its genocide of the Armenians, Assyrians and Pontian Greeks.}}</ref> Sementara sejumlah alasan mengenai penolakan Turki menurut Elizabeth Burns Coleman dan Kevin White, dalam buku mereka ''Negotiating the Sacred: Blasphemy and Sacrilege in a Multicultural Society'', antara lain: resiko rasa bersalah dan malu jika bangsa yang mengaku sebagai "pejuang dan lentera demokrasi" melakukan pembantaian etnis; rasa takut bahwa pengakuan akan berujung pada tuntutan ganti rugi; pemikiran bahwa pengakuan akan membahayakan masa-masa awal Turki sebagai negara yang beru melakukan transisi; dan pemikiran bahwa penolakan pengakuan tidak akan mengalami banyak hambatan.<ref name=Burns>{{Citation | title = Negotiating the Sacred: Blasphemy and Sacrilege in a Multicultural Society | first1 = Elizabeth Burns | last1 = Coleman | first2 = Kevin | last2 = White |url=http://epress.anu.edu.au/wp-content/uploads/2011/03/whole-book1.pdf|isbn=1920942475|pages = 82–83}}.</ref>
 
==Tugu peringatan==