Aku Anak Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
AngelChiBiOFC (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler mengosongkan halaman [ * ]
Baris 44:
 
== Pemeran ==
{{col-css3-begin|2}}
* [[Giorgino Abraham]] sebagai '''Arif'''
* [[Dinda Hauw]] sebagai '''Ani'''
Baris 83 ⟶ 82:
* [[Aura Nabilla]]
* [[Mikha Tambayong]]
 
{{end-col}}
== Sinopsis ==
Hari itu gadis manis bernama ANI itu baru akan
menjalani hari pertamanya bersekolah di
Indonesia lagi setelah 5 tahun ia tinggal di
Jerman bersama Orangtuanya. Di dalam mobil
tersebut Ani protes karena ia sebenarnya ingin ke
sekolah dengan mengendarai sepeda, namun ayah
tidak memperbolehkan.
Sang Sopir menyetujui sikap ayah Ani, karena di
Indonesia ini banyak bergajulan, diluar sana itu
kurang aman untuk anak gadis secantik mbak
Ani. Namun Ani menjawab…..”Dulu saat saya SD,
saya diajarkan bahwa Indonesia itu terkenal
karena keramahtamahannya. Saya masih percaya
diluar sana keramahtamahan masih banyak bisa
ditemukan pak.”
Sejurus kemudian dari setelah Ani mengucapkan
itu, mobil mereka melewati tubuh seorang
pemuda yang terbaring di jalanan sepi bersimbah
darah. Ani panik dan menyuruh mobil berhenti,
namun sang Sopir malah tancap gas!! Saat
disuruh berhenti, sopir mengatakan bahwa
pemuda itu pasti rampok, pura pura luka, namun
saat kita berhenti, kita akan dirampok!
Ani tidak peduli, ia mengancam sopirnya
menghentikan mobil atau ia akan turun dalam
keadaan kecepatan tinggi. Diancam demikian oleh
anak majikan, sopir terpaksa menghentikan mobil.
Ani turun dan dengan susah payah membawa
pemuda tersebut masuk ke dalam mobil.
Mengetahui bahwa pemuda tersebut terluka
serius, Ani membentak sang sopir “Coba tadi
bapak jalan terus, pemuda ini bisa mati!” namun
sang sopir menjawab “Tapi terus terang aja
mbak, ini kebetulan luka beneran, kalo di tempat
lain udah pasti rampok!” Sopir tersebut
melanjutkan “Indonesia terkenal karena
keramahannya. Ramah apanya, orang bisa
ditusuk di pinggir jalan begitu.”
Di Rumah Sakit, pemuda yang terluka itu siuman
dari pingsannya dan melihat Ani yang sedang
menungguinya. Ia memperkenalkan dirinya
sebagai ARIF, yang ternyata bersekolah di SMA
tempat Ani baru saja akan masuk. Ani bertanya
apa yang terjadi di jalanan tadi, dan Arif bercerita
bahwa ia berusaha menghentikan sebuah tawuran
pelajar dimana teman-teman satu SMA-nya
terlibat.
Ani merenung mendengar itu…..
Keesokan harinya, saat Ani masuk sekolah, ia
melaporkan hal tersebut kepada seorang guru,
bahwa nama nama murid sekolah itu terlibat
dalam sebuah tawuran yang mengakibatkan
tertusuknya seorang murid bernama Arif. Namun
guru yang bernama Pak Sam tersebut
mengatakan bahwa tawuran terjadi tiap saat dan
ngga ada lagi yang bisa dilakukan oleh guru-guru
selain khotbah kosong yang tidak akan
didengarkan. Lebih baik Ani bersiap saja untuk
mengikuti Upacara.
Namun Ani tidak menerima jawaban semacam itu.
Segera setelah upacara selesai, Ani naik ke
podium dan mengambil microphone dan
mengatakan pada semua orang bahwa telah
terjadi tawuran yang mengakibatkan ketua OSIS
sekolah ditusuk, “Tadi saya sudah cerita pada
Pak Sam sebagai wali kelas saya, namun dia
menjawab agar saya tidak usah ikut campur, saya
tidak bisa tidak ikut campur pak! Bila guru dan
sekolah tinggal diam dan hanya mengurusi
masalah administrasi dan menagih SPP saja
setiap bulan, lalu siapa lagi yang akan bertindak
bila bukan kami sebagai murid?”
Sebuah tindakan kontroversial dan lantang yang
tidak pernah terdengar sebelumnya di SMA
manapun di Negara kita baru saja terjadi…….
Beberapa guru bereaksi dan hendak menarik Ani
turun, namun PAK ALI (Kepala Sekolah)
menghentikan mereka dan membiarkan Ani
selesai bicara.
Ani melanjutkan dengan membacakan nama
anak-anak yang terlibat, yaitu RIDHO, KEENAN,
MUSLIM, IBRA dan lain-lain. Ani meminta agar
mereka semua segera dihukum untuk
menghentikan tawuran tawuran berikutnya.
Seketika riuh suara-suara meledek dan menyuruh
Ani turun dari podium dari antara anak anak SMA
sendiri. Akhirnya para guru terpaksa membawa
Ani turun.
Kejadian itu tidak lepas dari mata seorang anak
cowok berkacamata bernama ITO. Ia mendatangi
Ani yang sedang berada di perpustakaan dan
bertepuk tangan atas tindakan Ani yang berani,
apalagi karena Ani hanyalah anak yang baru saja
masuk ke sekolah ini. Ito memperingatkan bahwa
Ani harus siap-siap menghadapi masalah besar,
karena murid-murid yang namanya disebutkan
Ani tadi adalah anak-anak yang tidak akan
tinggal diam melihat tindakan kamu.
Benar saja, sepulang sekolah, seorang perempuan
bernama WATI dan teman teman perempuan
lainnya mendatangi Ani dan mengancamnya. Wati
mengatakan bahwa tawuran itu terjadi karena dia,
karena dia digoda oleh anak SMA lain dan Wati
sendiri yang meminta Ridho yang adalah
pacarnya untuk membuktikan cintanya dan
mengadakan tawuran dengan anak anak SMA lain
itu.
Ani geram dan memaki Wati yang ia anggap tidak
tahu malu, bagaimana mungkin Wati bisa bangga
menjadi penyebab sebuah pertumpahan darah?!
Wati tertawa dan mengatakan bahwa ini masalah
eksis atau ngga eksis, hal yang ngga mungkin Ani
bisa ngerti. Yang pasti, kalo Ani buka mulut lagi
masalah ini, Wati tidak akan segan-segan
memotong lidah Ani.
Saat itu Ito muncul dan melerai mereka. Selepas
kepergian Wati, Ito meminta Ani untuk tenang,
namun yang terjadi malah lebih parah, Ani
memutuskan untuk melaporkan semua hal ini
kepada polisi!! Ito kontan panik dan berusaha
menahan Ani!! Namun gadis berkepala batu ini
tidak dapat dihentikan sama sekali.
Sesampainya mereka di kantor polisi, Ani
melaporkan dengan lantang peristiwa penusukan
dan tawuran yang terjadi. Polisi tersebut
mencatat semua laporan Ani dan memasukannya
ke dalam laci. Ani bingung dan bertanya, “Lalu
apa yang akan bapak lakukan?” Polisi malah lebih
bingung dan bilang “Sudah saya catat, akan saya
laporkan.” Tidak dapat menerima jawaban itu, Ani
meminta polisi tersebut bertindak sekarang dan
menangkap para pelaku, yang kemudian dijawab
oleh sang polisi dengan diplomatis, “Dek, kalo
semua pelaku tawuran kami tangkap, penjara
akan penuh, dan 40% sekolah di Indonesia akan
kosong esok harinya”
Ani bengong dan tidak percaya akan apa yang
baru saja didengarnya, beruntung Ito segera
menarik Ani keluar dari dalam kantor polisi
tersebut.
Sekeluar mereka dari kantor polisi, Ani tampak
lemas dan tidak dapat mencerna semua yang
baru saja terjadi hari ini. Ito berusaha
menenangkannya dan mengatakan “Ini negeri
kamu, negeriku, negeri kita. Jangan kamu kecewa,
kita akan membuat perubahan.”
Bagaimanakah kelanjutan kisah perjuangan Ani,
Arif, Ito dan teman-teman lainnya, sebagai
pemuda generasi penerus bangsa, dalam
mewujudkan cita-cita dan impian mereka untuk
negeri Indonesia yang lebih baik.
 
== Pranala luar ==