Émile Durkheim: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
dyute
Baris 22:
alllow
 
Perhatian Durkheim yang utama adalah bagaimana masyarakat dapat mempertahankan integritas dan koherensinya di masa modern, ketika hal-hal seperti latar belakang keagamaan dan etnik bersama tidak ada lagi. Untuk mempelajari kehidupan sosial di kalangan masyarakat modern, Durkheim berusaha menciptakan salah satu pendekatan [[ilmu|ilmiah]] pertama terhadap fenomena sosial. Bersama [[Herbert Spencer]] Durkheim adalah salah satu orang pertama yang menjelaskan keberadaan dan sifat berbagai bagian dari masyarakat dengan mengacu kepada fungsi yang mereka lakukan dalam mempertahankan kesehatan dan keseimbangan masyarakat – suatu posisi yang kelak dikenal sebagai [[Fungsionalisme (sosiologi)| fungsionalisme]]. dll
 
Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada sekadar jumlah dari seluruh bagiannya. Jadi berbeda dengan rekan sezamannya, [[Max Weber]], ia memusatkan perhatian bukan kepada apa yang memotivasi tindakan-tindakan dari setiap pribadi ([[individualisme metodologis]]), melainkan lebih kepada penelitian terhadap "[[fakta sosial|fakta-fakta sosial]]", istilah yang diciptakannya untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan sendirinya dan yang tidak terikat kepada tindakan individu. Ia berpendapat bahwa fakta sosial mempunyai keberadaan yang independen yang lebih besar dan lebih objektif daripada tindakan-tindakan individu yang membentuk masyarakat dan hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta sosial lainnya daripada, misalnya, melalui adaptasi masyarakat terhadap iklim atau situasi ekologis tertentu.
Baris 34:
Jadi, perubahan masyarakat yang cepat karena semakin meningkatnya pembagian kerja menghasilkan suatu kebingungan tentang norma dan semakin meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan sosial, yang akhirnya mengakibatkan runtuhnya [[norma (sosiologi|norma-norma sosial]] yang mengatur perilaku. Durkheim menamai keadaan ini ''[[anomie]]''. Dari keadaan anomie muncullah segala bentuk [[perilaku menyimpang]], dan yang paling menonjol adalah [[bunuh diri]].
 
Durkheim belakangan mengembangkan konsep tentang anomie dalam "Bunuh Diri", yang diterbitkannya pada [[1897]]. Dalam bukunya ini, ia meneliti berbagai tingkat bunuh diri di antara orang-orang [[Protestan]] dan [[Katolik]], dan menjelaskan bahwa kontrol sosial yang lebih tinggi di antara orang Katolik menghasilkan tingkat bunuh diri yang lebih rendah. Menurut Durkheim, orang mempunyai suatu tingkat keterikatan tertentu terhadap kelompok-kelompok mereka, yang disebutnya [[integrasi sosial]]. Tingkat integrasi sosial yang secara abnormal tinggi atau rendah dapat menghasilkan bertambahnya tingkat bunuh diri: tingkat yang rendah menghasilkan hal ini karena rendahnya integrasi sosial menghasilkan masyarakat yang tidak terorganisasi, menyebabkan orang melakukan bunuh diri sebagai upaya terakhir, sementara tingkat yang tinggi menyebabkan orang bunuh diri agar mereka tidak menjadi beban bagi masyarakat. Menurut Durkheim, masyarakat Katolik mempunyai tingkat integrasi yang normal, sementara masyarakat Protestan mempunyai tingat yang rendah. Karya ini telah mempengaruhi para penganjur [[teori kontrol sosiologi|teori kontrol]], dan seringkali disebut sebagai studi sosiologis yang klasik. .......
 
Akhirnya, Durkheim diingat orang karena karyanya tentang masyarakat 'primitif' (artinya, non Barat) dalam buku-bukunya seperti "Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Agama" ([[1912]]) dan esainya "Klasifikasi Primitif" yang ditulisnya bersama [[Marcel Mauss]]. Kedua karya ini meneliti peranan yang dimainkan oleh [[agama]] dan [[mitologi]] dalam membentuk pandangan dunia dan kepribadian manusia dalam masyarakat-masyarakat yang sangat 'mekanis' (meminjam ungkapan Durkheim)