Mori Ōgai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Midori (bicara | kontrib)
Midori (bicara | kontrib)
Baris 58:
Pada tahun [[1911]], Mori menerbitkan dua novel sekaligus, ''[[Gan]]'' dan ''[[Kaijin]]''. Lima hari setelah peristiwa [[junshi]] yang dilakukan [[Nogi Maresuke]], Mori menyelesaikan penulisan ''[[Okitsu Yagoemon no Isho]]''.<ref name="nogi">Kaitan Mori menulis novel tersebut dengan peristiwa ''junshi'' Nogi Maresuke juga sering diragukan.{{cite book |last=Ikeuchi |first=Kenji |authorlink= |coauthors=147-157 |title=Mori Ōgai to kindai nihon|year=2001 |publisher=Minerva Shobō |pages=hlm. 15 |isbn= }}</ref> Selanjutnya Mori banyak menulis novel bertemakan sejarah, seperti ''[[Abe Ichizoku]]'', ''[[Sanshōdayū]]'', ''[[Takasebune]]'', dan ''[[Shibue Chūsai]]''.
 
Mori mengundurkan diri dari dinas militer pada bulan April [[1916]]. Setelah itu, pada bulan Desember 1917, Mori diangkat sebagai kurator Museum Kekaisaran (sekarang [[Museum Nasional Tokyo]]), sekaligus merangkap Zusho no Kami (kepala perpustakaan) di Bagian Arsip dan Makam, Departemen Rumah Tangga Kekaisaran). Selanjutnya, Mori diangkat direktur pertama Akademi Seni Kekaisaran (sekarang [[Japan Art Academy]]) pada bulan September [[1919]]. SebagaiSalah satu tugasnya sebagai ''Zusho no Kami,'' Moriadalah jugamenentukan ikutnama sertaalmarhum dalambagi mengusulkankaisar pemberianyang [[namamangkat. zamanMori ditidak Jepang|namabegitu zaman]]menyukai untukpenamaan [[zaman Meiji]] dan [[zaman Taisho]]., Namundan kondisidiundang kesehatansebagai yang''Zusho semakinno menurunKami'' membuatuntuk Morimenentukan mempercayakan[[nama penentuanzaman di Jepang|nama zaman]] kepadayang berikutnya. Kondisi kesehatannya yang terus menurun membuat Mori muridnyamenunjuk [[Masuzō Yoshida]] yanguntuk kemudianmenggantikannya. Yoshida nantinya dikenal sebagai mengusulkanpengusul nama zaman yang baru sebagai [[zaman Showa]].
 
Pada tanggal [[9 Juli]] [[1922]], Mori Ōgai, 60 tahun, meninggal dunia akibat penyakit ginjal dan [[tuberkulosa]]. Pesan terakhir yang ditulisnya tanggal [[7 Juli]] [[1922]] berbunyi, {{nihongo|"Kuingin mati sebagai Mori Rintarō yang orang Iwami"|余ハ石見人森林太郎トシテ死セント欲ス|Yo wa Iwamijin Mori Rintarō toshite shisen to hossu}}. Sesuai pesan terakhirnya, gelar dan segala macam atribut kehormatan ditanggalkan. Di batu nisannya hanya tertulis "Mori Rintarō". Makamnya berada di kuil bernama Kōfuku-ji (sekarang bernama [[Zenrin-ji]], di kota [[Mitaka, Tokyo|Mitaka]], Tokyo). Tulangnya dimakamkan kembali di kuil bernama Yōmeiji, kota [[Tsuwano, Shimane|Tsuwano]], [[Prefektur Shimane]].