Revisi per 6 Juni 2015 04.19 sunting Gunkarta (bicara \| kontrib) Peninjau 11.664 suntingan k menghapus Kategori:Syariah; menambahkan Kategori:Hukum Islam menggunakan HotCat ← Revisi sebelumnya		Revisi per 6 Juni 2015 04.26 sunting balikkan Gunkarta (bicara \| kontrib) Peninjau 11.664 suntingan Tidak ada ringkasan suntingan Revisi selanjutnya →
Baris 1: '''Polisi syariah''' atau '''polisi agama Islam''' (disebut juga '''''~~mutaween~~mutawiin''''') adalah badan ke[[polisi]]an yang bertanggung jawab menegakkan pelaksanaan hukum [[syariah]] di [[Negara Islam]] atau beberapa negara berpenduduk mayoritas [[Muslim]]. ==Nama== Istilah ''~~mutaween~~mutawiin'' ({{lang-ar\|المطوعين}} ''{{transl\|ar\|DIN-31635\|muṭawwiʿīn}}''; atau kadang dieja : mutawwain, ''''muttawa"'', mutawalli, mutawa’ah, mutawi’, mutawwa') secara harfiah berarti "relawan" dalam [[Bahasa Arab]],<ref>''[[Dictionary of Modern Written Arabic]]'' by Hans Wehr, edited by J. M. Cowan, 4th edition (1994, ISBN 0-87950-003-4), p. 670.</ref> dan secara lazim digunakan untuk merujuk kepada kelompok yang dibentuk atau diakui negara sebagai '''polisi agama''' (atau polisi ulama) khususnya di [[Arab Saudi]]. Aslinya merupakan sinonim dari polisi agama Arab Saudi. Istilah singkat resminya adalah هيئة "hay'ah". Belakangan ini istilah ini menjadi istilah payung atau istilah umum di luar [[Dunia Arab]], untuk merujuk kepada organisasi polisi agama, dengan sedikitnya mendapat pengakuan pemerintah, untuk menegakkan berbagai tafsiran atas hukum Islam ([[syariah]]). Konsep ini berasal dari gerakan [[Wahhabisme]] di Arab Saudi.<ref>{{cite book\| last = Rashid\| first = Ahmed\| title = [[Taliban: Militant Islam, Oil and Fundamentalism in Central Asia\|Taliban]]\| publisher = Pan Books\| year = 2001\| edition = 1st Pan\| location = London\| isbn = 0-330-49221-7\| page = 105 }}</ref> Akan tetapi, penggunaan kekuatan polisi agama sangat kuat pada pemerintahan [[Taliban]] di Afganistan, untuk menerapkan penafsiran fundamentalis mereka terhadap [[Deobandi\|Islam Deobandi]].

Polisi syariah: Perbedaan antara revisi