Soenarto Soemoprawiro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JayaGood (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Nenensusu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 35:
}}
 
[[Kolonel]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] (Purn) '''H. Soenarto Soemoprawiro''' atau sering dieja '''Sunarto Sumoprawiro''', dan sering disebut sebagai '''Cak Narto''' ({{lahirmati|[[Surabaya]], [[Jawa Timur]]|10|11|1944|[[Melbourne]], [[Australia]]|17|2|2003}}) adalah Wali Kota [[Surabaya]] yang menjabat sejak [[20 Juni]] [[1994]] hingga resmi dilengserkan pada [[16 Januari]] [[2002]]. Ia menjabat sebagai wali kota sejak tahun 1994-2000 dan 2000-2002 (2 periode). Jabatan periode pertama Sunarto diperpanjang dari tahun 1999 ke 2000 dikarenakan situasi politik belum kondusif dan tidak memungkinkan untuk dilaksanakan sidang pemilihan wali kota di DPRD Surabaya. Sunarto resmi dilengserkan pada [[16 Januari]] [[2002]] oleh DPRD Kota Surabaya karena dianggap tidak memenuhi kriteria kesehatan sebagai wali kota Surabaya<ref>[http://news.liputan6.com/read/27280/wali-kota-surabaya-sunarto-dipecat Wali Kota Surabaya Sunarto Dipecat].Liputan6</ref>, serta dianggap mangkir dari tugasnya sebagai wali kota pada Oktober 2001 selama dua pekan. Berbagai tudingan pun muncul terkait pelengseran wali kota tersebut, di antaranya datang dari lawan politik wakil wali kota Bambang D.H yang menyatakan bahwa momen sakit dimanfaatkan untuk melengserkan wali kota, dan sebagainya. Sunarto Sumoprawiro dikenal sebagai wali kota yang kontroversial. Ia dikenal pro rakyat kecil sekaligus akrab dengan para pemodal. Pedagang kaki lima yang kian merajalela di Surabaya pada masa kepemimpinannya nyaris tak pernah digusur. Aset pemerintah kota Surabaya pun banyak yang dijual dan disewakan hingga puluhan tahun kepada para pemodal. Pembangunan Ruko (Rumah Toko) menjamur di era pemerintahannya, seringkali dengan memanfaatkan lahan hijau terbuka sehingga menyebabkan banjir parah di daerah yang sebelumnya tidak pernah banjir. Berbagai kebijakan populis dan kontroversial juga ada di jamannya, di antaranya banyak pelebaran jalan untuk mengurangi kemacetan, mendirikan asrama ''bibit unggul'' untuk memperbaiki pendidikan, dan sebagainya. Sunarto juga merupakan penggagas pembangunan [[Masjid Al-Akbar]] pada tahun 1995, yang merupakan masjid terbesar kedua di Indonesia setelah [[Masjid Istiqlal]] di Jakarta.
 
== Referensi ==