Petrus Abelardus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 45:
Petrus Abelardus menghabiskan bulan-bulan terakhir hidupnya di biara St. Marcel, dekat [[Chalon-sur-Saône]], dan ia meninggal pada tanggal [[21 April]] [[1142]].<ref name="John Marenbon 2004 p17"/> Ada laporan bahwa Abelardus mengucapkan kata-kata terakhir "Saya tidak tahu", sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.<ref>{{en}} {{cite book |last=Davies |first=Norman |title=Europe: A history|page=687|publisher=Oxford University Press|year=1996|isbn=978-0-19-820171-7|url=http://books.google.com/books?id=jrVW9W9eiYMC|accessdate=7 December 2008}}</ref> Ia meninggal karena [[demam]] dan kelainan pada [[kulit]], kemungkinan besar penyakit [[kudis]].<ref>{{en}} {{cite book |first=Norman and Betty|last=Donaldson|title=How Did They Die?|year=1980|publisher=Greenwich House|isbn=0-517-40302-1}}</ref> Pada awalnya Petrus Abelardus dimakamkan di Biara St Marcel, namun jenasahnya kemudian diam-diam dibawa ke "Parakletos" untuk diberikan kepada Héloïse —yang kemudian meninggal pada tahun 1163 dan dimakamkan bersama dengannya. Tulang-tulang mereka telah berpindah lebih dari sekali dan saat ini diduga berada di suatu pemakaman terkenal di [[:en:Père Lachaise Cemetery|Père Lachaise Cemetery]], sebelah timur Paris.<ref>{{en}} {{harvnb|Burge|2006|p=276}}.</ref> Dikatakan bahwa jenazah pasangan tersebut dipindah dari Parakletos ke Père-Lachaise pada awal [[abad ke-19]] dan dikebumikan di ruang bawah tanah pemakaman Père-Lachaise yang terkenal itu.<ref>{{en}} {{harvnb|Burge|2006|pp=276–277}}.</ref>
 
[[Berkas:Abelard cour Napoleon Louvre.jpg|thumb|Patung Abelardus di [[Palais du Louvre]], karya [[Jules Cavelier]]]]
== Pemikiran ==
=== TentangAllah Sikapdan Batindeterminisme ===
Pandangan Abelardus akan [[Allah]] sangatlah deterministik (lihat: [[Determinisme]]). Ia berpendapat bahwa Allah hanya dapat melakukan apa yang Ia (kehendaki untuk Ia) lakukan, dan hanya kapan dan bagaimana Ia melakukannya, sebatas apa yang Ia abaikan. Menurutnya hal ini adalah suatu konsekuensi dari kebaikan Allah, dan Ia bahkan tidak pernah harus memilih antara alternatif-alternatif yang sama baiknya. Demikian berarti bahwa ada suatu alasan atas segala sesuatu yang Allah lakukan atau abaikan; dan bahwa dunia ini, yang mana adalah hasil dari berbagai pengabaian dan perbuatan yang beralasan, adalah satu hal deterministik. Tapi tetap ada kebebasan ([[kehendak bebas|kehendak]]) bagi [[manusia]] di [[dunia]] ini; manusia benar-benar bisa bebas, tapi Allah tidak.<ref name="Lagerlund">{{en}} {{citation |url=https://books.google.co.id/books?id=x5FiMR3kd_8C |title=Encyclopedia of Medieval Philosophy: Philosophy Between 500 and 1500, Volume 1 |author=Henrik Lagerlund |publisher=Springer Science & Business Media |year=2010 |isbn=9781402097287}}</ref>{{rp|934}}
 
Dalam ''[[Sentences]]'' Buku I:43, [[Petrus Lombardus]] menentang pandangan Abelardus tersebut dengan menuliskan: "Allah dapat melakukan berbagai hal yang yang tidak Ia kehendaki, dan dapat tidak melakukan apa yang Ia kehendaki." Dengan kata lain Lombardus, yang kemudian menjadi Uskup Paris, menyatakan bahwa kekuasaan-Nya melampaui kehendak-Nya. Lombardus menegaskan bahwa dalam Allah sendiri terkandung kekuatan dasar untuk melakukan apa pun yang tidak menyangkut suatu kontradiksi; bahwa Ia menghendaki sesuatu adalah suatu hal yang berbeda.<ref name="Lagerlund"/>{{rp|270}}
 
=== Sikap batin ===
Salah satu pemikiran Abelardus yang terkenal di bidang etika adalah tentang kemurnian sikap batin.<ref name="Simon"/> Dalam tulisannya yang berjudul "Kenalillah Dirimu Sendiri" (dalam bahasa Latin ''Scito te ipsum''), yang ditulis pada tahun 1130, ia mengajarkan bahwa suatu tindakan lahiriah selalu bersifat netral.<ref name="Simon"/> Yang membuat suatu tindakan bermoral atau tidak adalah maksud atau sikap batin dari orang tersebut.<ref name="Simon"/> Maksudnya, apakah batin orang tersebut menyetujui tindakan yang diambil itu.<ref name="Simon"/> Oleh karena itu, suatu hal yang dianggap tidak pantas, belum dapat dinilai baik atau buruk.<ref name="Simon"/> Bila batin orang itu di dalam batinnya menyetujui atau mengiyakan sesuatu yang tidak pantas itu, maka barulah itu dianggap [[Dosa (Kristen)|dosa]].<ref name="Simon">Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. ''Petualangan Intelektual''. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 127-129.</ref>
 
Menurut [[Paus Benediktus XVI]] ajaran Abelardus dalam hal ini menimbulkan kerancuan, karena ia bersikeras hanya memperhitungkan niat atau intensi (sikap batin) sebagai satu-satunya dasar untuk menjelaskan tindakan moral yang baik atau jahat sehingga mengabaikan makna obyektif dan nilai moral dari tindakan, hasilnya adalah subyektivisme yang berbahaya.<ref name="NCR">{{en}} {{citation |url=http://www.ncregister.com/site/article/st._bernard_and_peter_abelard |title=St. Bernard and Peter Abelard |publisher=National Catholic Register - EWTN News, Inc. |date=13 November 2009}}</ref> Dengan kata lain ajaran Abelardus tersebut mengarah kepada: penilaian baik atau tidaknya perbuatan seseorang hanyalah tergantung pada orang itu sendiri. Menurut Paus, aspek yang demikian sangat relevan dewasa ini, dimana kebudayaan seringkali ditandai dengan suatu kecenderungan yang berkembang menuju relativisme etika, yaitu ketika seseorang menyatakan: Setiap saat, hanya "aku" yang memutuskan apa yang baik untukku.<ref name="NCR"/>
 
=== Teori Pengaruh Moral ===
Baris 53 ⟶ 61:
Penyaliban Kristus menjadi undangan dari Allah kepada manusia mengubah kehidupannya dari yang penuh dengan dosa menjadi kehidupan yang penuh kasih.<ref name="Joas"/> Karya Yesus melalui pelayanan-Nya selama ia hidup hingga peristiwa kematian-Nya menjadi teladan moral bagi manusia.<ref name="Joas"/> Bagi Abelardus, dengan menyaksikan Kristus yang disalib, manusia akan membuka hati dan menerima kasih Allah.<ref name="Joas"/>
 
<!-- === Trinitas ===
== Tanggapan Paus Benediktus XVI == -->
== Karya ==
Abelardus mengarang beberapa buku berikut:<ref name="Wellem"/>