Iskandar Muda dari Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
hapus bagian tanpa sumber
membalikkan suntingan Gladynova yang mencatut sumber Denys Lombard
Baris 5:
== Keluarga dan masa kecil ==
=== Asal usul ===
Dari pihak leluhur ibu, Iskandar Muda adalah keturunan dari Raja Darul-Kamal, dan dari pihak leluhur ayah merupakan keturunan Rajadari Minangkabaukeluarga diRaja PariamanMakota Alam. NamunDarul-Kamal sangdan ayahMakota jugaAlam masihdikatakan memilikidahulunya hubunganmerupakan darahdua dengantempat Aceh.pemukiman Salahbertetangga satu(yang leluhurnyaterpisah dahuluoleh sungai) dan yang gabungannya merupakan asal mula Aceh Darussalam. Iskandar adalahMuda seorang puteridiri darimewakili Makotakedua Alamcabang itu, yang dipersuntingberhak olehsepenuhnya Rajamenuntut Pariamantakhta.<ref name="Iskandar" />
 
Darul-Kamal dan Makota Alam dikatakan dahulunya merupakan dua tempat pemukiman bertetangga (yang terpisah oleh sungai) dan yang gabungannya merupakan asal mula Aceh Darussalam. Iskandar Muda seorang diri mewakili kedua cabang itu, yang sejatinya berhak menuntut takhta.<ref name="Iskandar" />
 
Ibunya, bernama '''Putri Raja Indra Bangsa''', yang juga dinamai ''Paduka Syah Alam'', adalah anak dari [[Sultan Alauddin Riayat Syah]], [[Sultan Aceh]] ke-10; [[dimana]] sultan ini adalah putra dari Sultan Firman Syah, dan Sultan Firman Syah adalah anak atau cucu (menurut Djajadiningrat) Sultan Inayat Syah, Raja Darul-Kamal.<ref name="Iskandar"/>
 
Putri Raja Indra Bangsa menikah dengan upacara besar-besaran dengan Sultan Mansur Syah, putra dari Sultan Pariaman, Minangkabau yang bernama Sultan Sri Alam. Secara hubungan darah, leluhur Sultan Sri Alam juga masih memiliki hubungan darah dengan leluhur istrinya. Yakni lewat silsilah abang dari Sultan Abdul-Jalil, [[dimana]] Abdul-Jalil adalah putra dari [[Sultan Alauddin al-Qahhar|Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahhar]], [[Sultan Aceh]] ke-3.<ref name="Iskandar"/>
 
=== Pernikahan ===
Sri Sultan Iskandar Muda kemudian menikah dengan seorang Putri dari [[Kesultanan Pahang]]. Putri ini dikenal dengan nama [[Putroe Phang]]. Konon, karena terlalu cintanya sang Sultan dengan istrinya, Sultan memerintahkan pembangunan [[Gunongan]] di tengah Medan Khayali (Taman Istana) sebagai tanda cintanya. Kabarnya, sang puteri selalu sedih karena memendam rindu yang amat sangat terhadap kampung halamannya yang berbukit-bukit. Oleh karena itu Sultan membangun [[Gunongan]] untuk mengubati rindu sang puteri. Hingga saat ini Gunongan masih dapat disaksikan dan dikunjungi.