Siti Dewi Sutan Assin: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Jayrangkoto (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 26:
== Riwayat ==
=== Paskibraka 1946 ===
Karena situasi politik yang memanas di [[Jakarta]], pada tahun 1946 ibukota Republik Indonesia berada di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Atas perintah presiden pertama RI, Soekarno, agar disusun berbagai acara dalam upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI yang pertama pada tahun 1946, Husein Mutahar merancang acara pengibaran bendera pusaka oleh tiga orang putra dan dua putri yang berstatus pelajar dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang sedang bersekolah di Yogyakarta sebagai wakil dari seluruh Indonesia. Itulah yang menjadi cikal-bakal Korps Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
Pada upacara yang bersejarah di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta tersebut, Siti Dewi terpilih sebagai pembawa nampan yang menerima bendera pusaka dari presiden Indonesia. Penampilannya yang elegan dan cerdas telah membuat Mutahar "kepincut" dan memilihnya sebagai pembawa nampan bendera pusaka. Begitu terkesannya Mutahar pada Siti Dewi sehingga dalam setiap kesempatan ia selalu mengingatkan bahwa Siti Dewi adalah bagian dari Paskibraka yang harus diketahui oleh seluruh Purna Paskibraka. === Kehidupan ===
Siti Dewi lahir pada 5 Oktober 1926 di Manado, Sulawesi Utara. Putri dari pasangan [[Sutan Assin]] (ayah) dan Rangkayo Limbak Tjahaja (ibu) ini bersekolah di Yogyakarta setelah kepindahan ayahnya dari Manado. Pada tahun 1950, setelah ibukota Indonesia kembali di Jakarta, perempuan yang menguasai [[bahasa Belanda]], [[bahasa Inggris|Inggris]] dan [[bahasa Perancis|Perancis]] ini melanjutkan pendidikannya di bidang keguruan dan pendidikan di [[Belanda]], sesuai dengan cita-citanya yang ingin memajukan pendidikan di tanah air.
== Rujukan ==
{{reflist}}
|