Siti Dewi Sutan Assin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 19:
| children = Denny Suryo
| parents = [[Sutan Assin]] (ayah)<br>Rky. Limbak Tjahaja (ibu)
| relations = Mansyur Sutan Assin (saudara kandung)
}}
'''Siti Dewi Sutan Assin''' atau '''Siti Dewi Suryo Sutan Assin''' yang bernama lahir '''Siti Dewi Gando Nilai''' dan akrab disapa '''Titik''' ({{lahirmati|[[Kota Manado|Manado]], [[Hindia Belanda]]|5|10|1926|[[Jakarta]]|20|12|2000}}) adalah salah satu dari lima orang anggota [[Paskibraka]] yang pertama pada tahun 1946 setelah terbentuknya korps [[Pasukan Pengibar Bendera Pusaka]] (Paskibraka) yang digagas oleh Mayor Laut [[Husein Mutahar]], ajudan [[Presiden Soekarno]], yang mendapat perintah dari [[Daftar Presiden Indonesia|presiden pertama Indonesia]] itu dalam rangka upacara Peringatan Detik-detik [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] yang pertama.<ref name="paskibraka-community.com">[http://paskibraka-community.com/siti-dewi-sang-pengibar-bendera-pusaka-1946/ "Siti Dewi, Sang Pengibar Bendera Pusaka 1946"] ''Komunitas Paskibraka'',
Baris 28:
Karena situasi [[politik]] yang memanas di [[Jakarta]], pada tahun 1946 [[ibukota]] [[Republik Indonesia]] berada di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Atas perintah presiden pertama RI, Soekarno, agar disusun berbagai acara dalam upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI yang pertama pada tahun 1946, Husein Mutahar merancang acara pengibaran bendera pusaka oleh tiga orang putra dan dua putri yang berstatus pelajar dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang sedang bersekolah di Yogyakarta sebagai wakil dari seluruh Indonesia. Itulah yang menjadi cikal-bakal Korps Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).<ref name="paskibraka-community.com"/>
 
Pada upacara yang bersejarah di halaman [[Gedung Agung|Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta]] tersebut, Siti Dewi dipercaya sebagai pembawa nampan yang menerima [[bendera pusaka]] dari presiden Indonesia. Penampilannya yang elegan dan cerdas telah membuat Mutahar "kepincut" dan memilihnya sebagai pembawa nampan bendera pusaka. Begitu terkesannya [[Husein Mutahar|Mutahar]] pada Siti Dewi sehingga sampai masa tuanya ia selalu mengingat nama Titik Dewi, dan dalam setiap kesempatan ia selalu mengingatkan bahwa SitiTitik Dewi adalah bagian dari Paskibraka yang harus diketahui oleh seluruh Purna Paskibraka.<ref name="paskibraka-community.com"/>
 
=== Kehidupan ===
Siti Dewi lahir pada 5 Oktober 1926 di Manado, Sulawesi Utara. Putri dari pasangan [[Sutan Assin]] (ayah) dan Rangkayo Limbak Tjahaja (ibu) ini bersekolah di Yogyakarta setelah kepindahan ayahnya yang berprofesi [[dokter]] berpindah tugas dari Manado. Di samping bersekolah, ia juga aktif sebagai relawan di [[Palang Merah]], [[kepanduan]], dan dapur umum. Pada tahun 1950, setelah ibukota Indonesia kembali di Jakarta, perempuan yang menguasai [[bahasa Belanda]], [[bahasa Inggris|Inggris]] dan [[bahasa Perancis|Perancis]] ini melanjutkan pendidikannya di bidang keguruan dan pendidikan di [[Belanda]], sesuai dengan cita-citanya yang ingin memajukan pendidikan di [[Tanah Air]].<ref name="paskibraka-community.com"/>
 
Setelah kepulangannya dari Belanda, Siti Dewi bertemu kakak kelasnya ketika di Yogyakarta, [[Atmono Suryo]]. Pada [[29 September]] 1959 mereka menikah,<ref name="geni.com">[http://www.geni.com/people/Siti-Dewi-Suryo-SUTAN-ASSIN/6000000001160245233 "Siti Dewi Suryo Sutan Assin"] ''Geni.com''. Diakses 09 Juli 2015.</ref> dan Siti Dewi pindah ke [[Amerika Serikat]] mendampingi suaminya yang bekerja di salah satu perwakilan Indonesia di sana. Karier suaminya terus menanjak sehingga menjadi [[duta besar]] di berbagai negara sahabat. Siti Dewi juga ikut berpindah-pindah domisili dan mendampingi suaminya dengan setia. Sebagai istri seorang [[diplomat]], Siti Dewi dikenal sebagai seorang yang ramah dan punya kepedulian yang tinggi pada masyarakat kecil.<ref name="paskibraka-community.com"/>