Keperawanan abadi Maria: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 38:
[[Yohanes Krisostomus]] (347-407) membela keperawanan abadi Maria dengan sejumlah alasan, salah satunya adalah kata-kata Yesus kepada ibunya di [[Kalvari]]: "Ibu, inilah, anakmu!" dan kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" ([[Yohanes 19]]:26-27).<ref name=MEvangel>{{en}} {{citation |title=Mary for evangelicals: toward an understanding of the mother of our Lord |author=Tim S. Perry, William J. Abraham |year=2006 |ISBN=0-8308-2569-X |page=153-154}}</ref><ref>{{en}} {{citation |title=John 11-21 |author=Joel C. Elowsky |year=2007 |ISBN=0-8308-1099-4 |page=318}}</ref> Sejak abad ke-2, kedua [[Tujuh Perkataan Salib|perkataan Yesus dari salib]] tersebut telah menjadi dasar penalaran bahwa Maria tidak memiliki anak lain dan "sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya" (Yohanes 19:27) karena setelah kematian Yusuf dan Yesus tidak ada orang lain yang merawat Maria, sehingga Maria harus dipercayakan kepada murid tersebut ([[Yohanes]]).<ref name=Burke308>{{en}} {{citation |author=Burke, Raymond L.; et al. |year=2008 |title=Mariology: A Guide for Priests, Deacons, Seminarians, and Consecrated Persons |ISBN=978-1-57918-355-4 |page=308-309}}</ref><ref name=Miravalle62>{{en}} {{citation |author=Mark Miravalle |year=1993 |title=Introduction to Mary |publisher=Queenship Publishing |ISBN=978-1-882972-06-7 |page=62-63}}</ref>
Pada masa [[Gregorius dari Nyssa]] dan [[Agustinus dari Hippo]], seiring meningkatnya penekanan pada kesalehan Maria, pandangan atas peranan Maria yang lebih luas mulai timbul dalam konteks sejarah keselamatan.<ref name=ThemeM2/> Agustinus sendiri menyajikan sejumlah pendapat yang mendukung doktrin keperawanan
Konsep mengenai sumpah ([[kaul]]) keperawanan telah ditampilkan dalam Protoevangelium (4:1) yang mana menyatakan bahwa ibu Maria, [[Anna]], mempersembahkan Maria sebagai "perawan dari Allah" di Bait Allah, dan bahwa Yusuf, seorang [[duda]], berperan sebagai penjaga Maria (pada saat itu perlindungan hukum bagi wanita tergantung pada pelindung laki-laki mereka: ayah, saudara, atau suami).<ref>''Protoevangelium of James'' 4, 7, 8-9, 15</ref> Pada awal abad ke-7 [[Isidore dari Sevilla|Isidorus dari Sevilla]], dalam ''Short Book on the Perpetual Virginity of Blessed Mary'', menghubungkan tema [[Mariologi]] dan [[Kristologi]] dengan mengaitkan keperawanan Maria pada keilahian Kristus.<ref>{{en}} {{citation |title=The History of Theology: Middle Ages |author=Giulio D'Onofrio, Basil Studer |year=2008 |ISBN=0-8146-5916-0 |page=38}}</ref> Buku lainnya dari sekitar abad ke 6-7, "Sejarah dari Yosef sang Tukang Kayu", menuliskan tentang Yesus yang menyebut Maria, saat kematian Yosef (atau Yusuf), sebagai "ibu-Ku, perawan tanpa noda";<ref>{{en}} {{citation |title=Saint Joseph: His Life and His Role in the Church Today |author=Louise Bourassa Perrotta |year=2000 |ISBN=0-87973-573-2 |page=86}}</ref> tulisan tersebut kemungkinan disusun dalam bahasa Yunani, namun yang bertahan sampai saat ini hanya terjemahan dalam [[bahasa Koptik]] dan Arab.<ref>{{en}} {{citation |author=Bart D. Ehrman, Zlatko Pleše |title=The Apocryphal Gospels: Texts and Translations |publisher=Oxford University Press |year=2011 |page=158}}</ref> [[Konsili Lateran tahun 649]], yang dihadiri [[Maximus Sang Syahid|Maximus Sang Pengaku Iman]], kemudian secara eksplisit menegaskan ajaran keperawanan Maria sebelum, saat, dan setelah kelahiran Yesus.<ref name=Rahner896/> Hal ini selanjutnya ditegaskan pada [[konsili ekumenis]] ke-6 ([[Konsili Konstantinopel]] Ketiga) pada tahun 680.<ref name=BWell315/>
Baris 85:
Karl Keating menolak pandangan tersebut; dalam bukunya ''Catholicism and Fundamentalism'' ia menuliskan bahwa Helvidius adalah orang pertama selama lebih dari 380 tahun yang mengklaim secara langsung bahwa Maria mempunyai lebih dari satu anak dan Helvidius juga tidak dapat menemukan jawaban atas pembelaan dari Hieronimus. Selain itu, dua [[Bapa Gereja]] yang dikutip Helvidius untuk mendukung klaimnya adalah [[Tertulianus]], seorang [[bidat]], dan Viktorinus, yang mana dalam tulisan-tulisannya ternyata ada kesalahan kutipan.<ref name=Keating>{{en}} {{citation |url=https://books.google.com/books?id=qn37ImknvSAC |title=Catholicism and Fundamentalism: The Attack on "Romanism" by "Bible Christians" |author=Karl Keating |publisher=Ignatius Press |year=1988 |ISBN=9780898701777}}</ref>{{rp|286-287}} Keating membela hipotesis Hieronimus dan menyimpulkan dari berbagai teks Alkitab dengan merujuk para perempuan yang ada di bawah Salib, seiring dengan kesaksian Hegesippus, bahwa [[Yakobus Muda]] dan Yusuf ([[Yoses]]), setidaknya tentu anak-anak dari [[Kleopas]]; sementara, menurut Keating, Maria yang disebut dalam Matius 27:56 dan Markus 15:40 tentu adalah [[Maria (istri Klopas)|Maria istri Klopas]]. Menurutnya Yakobus, yang sebelumnya disebut Yakobus Muda dan Yakobus anak Klopas, disebut juga [[Yakobus anak Alfeus]] (Matius 10:3); Klopas dan [[Alfeus]] dianggap sebagai penyebutan yang berbeda saja dari nama yang sama, seperti pada Saulus dan Paulus.<ref name=Keating/>{{rp|287-288}}
[[Matius 1]]:25 menyatakan bahwa [[Yusuf (santo)|Yusuf]] tidak melakukan hubungan suami istri dengan [[Maria]] "sampai" ({{lang-el|ἕως οὗ}}) ia melahirkan Yesus. Penulis seperti R.V. Tasker<ref>{{en}} {{citation |author=Tasker, R.V. |title=The Gospel according to Saint Matthew |publisher=InterVarsity Press |year=1961 |page=36}}</ref> dan D. Hill<ref>{{en}} {{citation |author=Hill D. |title=The Gospel of Matthew |page=80 |year=1972 |publisher=Marshall, Morgan and Scott |location=London}}</ref> berpendapat bahwa hal ini menyiratkan kalau Maria dan Yusuf melakukan hubungan suami istri sebagaimana lazimnya setelah kelahiran Yesus. Penulis lainnya, seperti K. Beyer, menjelaskan bahwa kata Yunani ἕως οὗ setelah suatu rangkaian kata negatif kerap kali tidak ada implikasi sama sekali mengenai apa yang terjadi setelah batas waktu yang diindikasikan, dan Raymond E. Brown juga melihat bahwa konteks tersebut cenderung pada tiadanya implikasi masa depan sebab [[Matius]] hanya menyorot dengan penekanan pada keperawanan Maria sebelum kelahiran Yesus.<ref name=Brown132>{{en}} {{citation |url=http://books.google.com/books?ei=2WBjTsXVCMLG8QPs0rmQCg |author=Raymond E. Brown |title=The Birth of the Messiah |publisher=Doubleday |year=1999 |ISBN=978-0-385-49447-2 |page=132}}</ref> Teks lainnya seperti [[2 Samuel 6]]:23, [[Kejadian 8]]:7, dan [[Ulangan 34]]:6 menunjukkan penggunaan yang serupa dengan kata "sampai". Karl Keating menekankan bahwa jika penggunaan modern dari kata "sampai" dipaksakan pada ayat-ayat seperti itu maka akan menghasilkan berbagai makna yang aneh.<ref name=Keating/>{{rp|285}} Dalam peristiwa [[Yesus ditemukan di Bait Allah]] ([[Lukas 2]]:41-51), Keating menuliskan bahwa tidak ada indikasi kehadiran 'adik-adik' Yesus saat itu; sebaliknya, Maria dan Yusuf tanpa keraguan bergegas kembali ke Yerusalem, yang mana —menurutnya— mereka tentu akan berpikir dua kali untuk
[[Berkas:Gentile, polittico di valle romita, crocefissione, brera, milano.jpg|thumb|180px|"Ibu, inilah, anakmu!", karya [[Gentile da Fabriano]], {{circa}}1400]]
[[Gregorius dari Nyssa]] menafsirkan tanggapan Maria kepada malaikat [[Gabriel]] saat diberitahu bahwa ia akan mengandung ([[Lukas 1]]:34, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?") sebagai tanda bahwa Maria telah mengucapkan [[kaul]] (sumpah) keperawanan untuk seumur hidupnya, bahkan dalam perkawinan: "Seandainya Yusuf telah mengambilnya untuk menjadi istrinya dengan tujuan memiliki anak, mengapa ia bertanya-tanya saat pengumuman kehamilannya, sebab ia sendiri akan menerima untuk menjadi seorang ibu sesuai hukum kodrat?".<ref>Gregory of Nyssa, ''On the Holy Generation of Christ'', 5.</ref> Howard Marshall terang-terangan menolaknya: "Tidaklah mungkin untuk mengetahui bagaimana teks tersebut dapat menghasilkan makna tersebut".<ref>{{en}} {{citation |author=Howard Marshall, I. |title=The Gospel of Luke |publisher=Paternoster Press |year=1978 |page=68}}</ref> Taylor memiliki pandangan yang serupa dengan Marshall dan merujuk pada pernyataan Lightfoot bahwa ungkapan yang digunakan di sini dan [[Lukas 2]]:7 "akan dihindari oleh para penulis yang percaya pada keperawanan abadi Maria".<ref name="Taylor 1952, p249">{{en}} {{citation |author=Vincent Taylor |title=The Gospel According to St Mark |year=1952 |publisher=MacMillan |location=London |page=249}}</ref> Namun Keating membela Gregorius dari Nyssa dan mengatakan, "Tidak ada alasan untuk mengasumsikan bahwa Maria sepenuhnya tidak mengetahui dasar-dasar ilmu biologi. Ia kiranya mengetahui cara yang normal mengenai bagaimana anak dikandung. Jika ia mengantisipasi untuk mempunyai anak dan tidak berniat untuk mempertahankan kaul keperawanan, ia hampir pasti tidak perlu bertanya 'bagaimana' ia bisa memiliki seorang anak, karena memiliki seorang anak dengan cara yang normal akan diharapkan oleh seorang pengantin baru."<ref name=Keating/>{{rp|283}} Raymond E. Brown menggali permasalahan bagaimana seandainya peristiwa pewartaan kabar gembira oleh malaikat ([[Anunsiasi]]) tidak benar-benar terjadi sebagaimana digambarkan secara [[harafiah]] dalam Injil Lukas, dan menyimpulkan bahwa Injil tetap dapat dilihat sebagai landasan iman yang tidak mungkin salah.<ref>{{en}} Raymon E. Brown, ''The Birth of the Messiah''</ref>
Bagian lain dari Alkitab yang digunakan untuk mendukung doktrin keperawanan abadi adalah [[Tujuh Perkataan Salib|perkataan Yesus di kayu salib]], yaitu perkataan-Nya kepada ibu-Nya "Ibu, inilah, anakmu!" dan kepada murid yang dikasihi-Nya: "Inilah ibumu!" dalam Injil [[Yohanes 19]]:26-27.<ref name=Burke308/><ref name=Miravalle62/><ref name=KBaker334>{{en}} {{citation |title=Fundamentals of Catholicism |author=Kenneth Baker |year=1983 |ISBN=0-89870-019-1 |page==334-335}}</ref> [[Injil Yohanes]] kemudian menyatakan bahwa "sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya". Sejak jaman [[patristik]] pernyataan ini telah digunakan sebagai alasan yang masuk akal bahwa sejak [[kematian Yesus]] tidak ada orang lain lagi di keluarga dekatnya yang dapat merawat Maria, dan ia perlu dipercayakan kepada sang murid mengingat bahwa ia tidak memiliki anak-anak lain.<ref name=Burke308/><ref name=Miravalle62/><ref name=KBaker334/> Bagian ini merupakan salah satu argumen yang disampaikan oleh Paus [[Yohanes Paulus II]] untuk mendukung doktrin keperawanan abadi.<ref name=Miravalle62/><ref>{{en}} Pope John Paul II's General Audience of 28 August 1996, printed in ''[[L'Osservatore Romano]]'', Weekly Edition in English, 4 September 1996 [http://www.ewtn.com/library/papaldoc/jp960828.htm The article at EWTN]</ref> Sang Paus juga beralasan bahwa perkataan "Ibu, inilah, anakmu!" bukan sekedar mempercayakan Maria kepada murid tersebut, tetapi juga mempercayakan sang murid kepada Maria demi mengisi kekosongannya sebagai seorang ibu akibat kematian putra tunggalnya di kayu salib.<ref>{{en}} ''[[L'Osservatore Romano]]'', Weekly Edition in English, 30 April 1997, page 11 [http://www.ewtn.com/library/papaldoc/jp2bvm49.htm Article at EWTN]</ref><ref>{{en}} [http://www.vatican.va/holy_father/john_paul_ii/audiences/1997/documents/hf_jp-ii_aud_23041997_en.html Vatican website: ''Pope John Paul II's General Audience of 28 April 1997''] reprinted in ''[[L'Osservatore Romano]]'', Weekly Edition in English, 30 April 1997, page 11</ref> Sementara Taylor mengemukakan kesulitan dalam penafsiran ini dari teks tersebut, yaitu bahwa itu mengabaikan kenyataan atas posisi kehormatan [[Yohanes]] sebagai 'murid yang dikasihi-Nya'.<ref name="Taylor 1952, p248"/> Namun nampak aneh dan sangat di luar kebiasaan, kata Keating, bahwa Yesus akan menempuh cara tersebut untuk mengabaikan ikatan keluarga dan meninggalkan suatu aib besar bagi "saudara-saudara"-Nya dengan mempercayakan ibu mereka kepada orang lain: "Sulit untuk dibayangkan mengapa Yesus akan mengabaikan ikatan keluarga dan membuat keputusan ini bagi ibu-Nya apabila keempatnya [Yakobus, Yoses, Yudas, Simon] adalah juga anak-anaknya".<ref name=Keating/>{{rp|284}}
== Lihat pula ==
* [[Maria]]
|