Ketapang, Kalipuro, Banyuwangi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 15:
{{kegunaanlain|Ketapang}}
'''Ketapang''' adalah sebuah [[desa]] di [[Kalipuro, Banyuwangi]], [[Jawa Timur]]. Dinamakan "Ketapang" karena di daerah tersebut banyak tumbuh pohon [[ketapang]] ''(Terminallia catappa)''. Desa ini dikenal karena [[Pelabuhan Ketapang|pelabuhan penyeberangan dengan ferinya]] yang ramai dilalui yang terhubung ke [[Pelabuhan Gilimanuk]] di [[Melaya, Jembrana]], [[Bali]].
 
== Bentang Alam dan Budaya ==
Desa Ketapang mencakup wilayah yang cukup luas dimana pesisir pantainya berupa pelabuhan dan kawasan industri, sedangkan semakin ke barat adalah wilayah hutan dengan gugusan bukit kapur. Desa ini dilewati saat melintasi [[Jalur Nasional Rute 1|Jalur Pantura]] [[Banyuwangi]]-[[Situbondo]].
 
Wilayah pelabuhan ini mulai dibangun pada dekade 1980-an saat otoritas pelabuhan Indonesia, [[Pelabuhan Indonesia III|Pelindo III]] menemukan lokasi yang akhirnya disebut Tanjung Wangi ini lebih cocok untuk didirikan pelabuhan besar dibandingkan dengan area [[Pantai Boom Banyuwangi|Pelabuhan Boom]]. Selain Pelabuhan Tanjung Wangi (Pelabuhan Meneng), ada juga [[Pelabuhan Ketapang]] yang menjadi penghubung [[Pulau Jawa]] dan [[Pulau Bali|Bali]] dengan moda transportasi kapal feri. Karena ada pelabuhan ini, di bagian pesisir Desa Ketapang mulai berdiri beberapa pabrik-pabrik maupun gudang industri (seperti halnya di [[Bulusan, Kalipuro, Banyuwangi|Bulusan]] dan [[Klatak, Kalipuro, Banyuwangi|Klatak]]), seperti misalnya Terminal Aspal Curah, [[Bulog]] Pergudangan Ketapang I dan II, [[Semen Gresik]], dan [[Djakarta Lloyd]]. Selain itu di area ini juga berdiri Pangkalan [[TNI AL]] (Lanal) Banyuwangi. Untuk mendukung keberadaan pelabuhan juga dibangun fasilitas transportasi lain seperti [[Stasiun Banyuwangi Baru]] dan Terminal Sritanjung. Sedangkan bagian barat desa diisi dengan perkampungan warga dan hutan dengan gugusan bukit kapur. Di area ini banyak dibangun perumahan-perumahan, sekolah-sekolah seperti [[SMP Negeri 1 Kalipuro]] dan [[SMK Negeri 1 Kalipuro]].
 
Beberapa destinasi wisata yang bisa dikunjungi di desa ini seperti Gua Jepang, Sunrise Villa dimana di tempat tersebut cocok untuk melihat matahari terbit di pagi hari, dan Pantai [[Watu Dodol]]. Karena adanya destinasi wisata ini, selain alasan lain berhubungan dengan Pulau Bali, maka di desa ini juga banyak berdiri hotel-hotel seperti Hotel Manyar, Hotel Banyuwangi Beach, Hotel Watudodol dan beberapa hotel lainnya. Selain hotel juga terdapat restoran dan cafe, seperti Restoran Grafika, Restoran Watudodol, Ikan Bakar, Laggallus dan Green Diamong Cafe.
 
Desa ini dilewati oleh Jalan Gatot Subroto, dimana jalan ini menjadi jalan poros areal pelabuhan dan lintas Banyuwangi-Situbondo. Selain itu ada juga Jalan Lingkar Ketapang (''Ketapang Ringroad'') yang berguna saat terjadi kemacetan di Jalan Gatot Subroto, sehingga dilakukan pengalihan arus kendaran antara Banyuwangi-Situbondo atau sebaliknya dan Jalan Gatot Subroto hanya digunakan sebagai akses menuju ke Pelabuhan Ketapang. Di ujung timur Jalur Pantura ini juga terdapat Pantai Watu Dodol yang ditandai dengan patung [[Tari Gandrung|Gandrung]] dan batu besar menjulang tinggi di tengah-tengah jalan dan membagi jalan menjadi dua. Lalu, tidak jauh dari Pantai Watu Dodol terdapat Jembatan Timbang Watudodol.
 
== Penduduk ==
Penduduk Desa Ketapang beragam, terbagi atas [[Suku Madura]], [[Suku Osing]], [[Suku Jawa]], [[Suku Bali]] dan lainnya. Adanya Penduduk dari Suku Madura ini dikarenakan letak Desa Ketapang yang berdekatan dengan [[Wongsorejo, Banyuwangi|Kecamatan Wongsorejo]] yang mayoritas penduduknya dari Suku Madura dan karena terhubung langsung dengan gerbang Pulau Bali maka banyak warga Bali yang mendiami desa ini sebagai pemiliki usaha hotel dan restoran maupun tinggal biasa. Pekerjaan warga juga beragam, seperti karyawan industri, pegawai yang bekerja di Kota Banyuwangi, operator pelabuhan, PNS dan nelayan.
 
== Galeri ==