Yaeko Nogami: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
terjemahan dari ja: |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 19:
Yae dilahirkan sebagai putri sulung keluarga pembuat [[sake]] di kota [[Usuki, Ōita|Usuki]], [[Prefektur Oita]]. Sewaktu berumur 14 tahun, Yae pindah ke Tokyo untuk melanjutkan di Meiji Jogakkō (Sekolah Putri Meiji). Pada tahun [[1902]], Yae bertemu teman sekampung halaman, Toyoichirō Nogami yang waktu itu mahasiswa Sastra Inggris sekaligus murid [[Natsume Sōseki]] di [[Universitas Kekaisaran Tokyo]]. Setelah Yae lulus sekolah, keduanya lalu menikah. Setelah diperkenalkan suami, Yae belajar menulis di bawah bimbingan Sōseki. Karya perdana Yaeko Nogami berjudul ''Enishi'' yang dimuat majalah ''[[Hototogisu]]'' tahun [[1907]].
Nogami pernah menjabat Kepala Sekolah Kehormatan di [[Sekolah Lanjutan Atas Putri Universitas Hosei]].
Di tengah populernya [[kesusastraan proletariat]] di awal [[zaman Showa]], Nogami menerbitkan ''Machiko'', ''Wakai Musuko'', dan ''Kanashiki Shōnen''. Menjelang Perang Dunia II, novelnya yang berjudul ''Kuroi Gyoretsu'' merupakan kritik keadaan zaman. Nogami bersahabat dengan novelis [[Miyamoto Yuriko]] (Nakajō Yuriko) dan [[Yoshiko Yuasa]]. Novel ''Nobuko'' karya Miyamoto Yuriko menjadi inspirasi bagi novel ''Machiko'' yang ditulis Nogami. Novel tersebut mengangkat kisah kehidupan wanita tahun 1920-an dan merupakan salah satu karya penting dalam kesusastraan Jepang. Ketika pecah Perang Dunia II, Nogami dan suami sudah berada di Eropa. Catatan perjalanan Nogami, ''Ōbei no Tabi'' berisi hal-hal yang dilihat dan dirasakannya sewaktu berada di Eropa.
Seusai perang, Nogami membantu pembentukan [[Shin Nihon Bungaku Kai]] (Perkumpulan Kesusastraan Jepang Baru) yang diketuai Miyamoto Yuriko. Nogami menjadi anggota pendukung, tapi hanya berlangsung sebentar. Walaupun demikian, persahabatannya dengan Yuriko terus berlanjut hingga Yuriko meninggal dunia pada tahun [[1951]]. Setahun sekali di hari kematian Yuriko, Nogami tidak lupa mengirimkan karangan bunga ke rumah keluarga Miyamoto. Setelah suaminya, Toyoichirō wafat pada tahun [[1950]], setahun sekali di hari peringatan kematian suaminya, Nogami
Seusai perang, karya Nogami sering mengangkat berbagai gaya hidup kalangan intelektual. Kelanjutan cerita ''Kuroi Gyoretsu'' yang tidak dapat ditulisnya semasa perang diterbitkan sebagai novel berjudul ''Meiro''. Setelah novel ''Meiro'' selesai ditulis, Nogami sempat mengunjungi RRT yang dijadikannya sebagai latar belakang cerita. Pada waktu itu, ia masih sehat dan sempat mengunjungi kota [[Yan'an]].
|