Bahasa Lampung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Bahasa Lampung''', adalah sebuah [[bahasa]] yang dipertuturkan oleh kurang lebih 20% penduduk provinsiUlun [[Lampung]] di pulauPropinsi [[Sumatra]]Lampung, bagianselatan selatanpalembang dan pantai barat Banten.
 
Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan [[bahasa Sunda]], [[bahasa Batak]], [[bahasa Jawa]], [[bahasa Bali]], [[bahasa Melayu]] dan sebagainya.
 
Bahasa Lampung zaman dahulu ditulis menggunakan [[aksara Rencong]], namun aksara ini sangat asing dikenal oleh masyarakat Lampung sendiri. Aksara yang dimulai dari kata "ka-ga-nga-pa-ba-ma-ta.." ini belakangan mulai kembali diajarkan di sekolah-sekolah, sebagai salah satu langkah untuk memelihara nilai-nilai lokal masyarakat Lampung.
 
 
Aksara Lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
 
Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan Aksara[[aksara Rencong Aceh]], Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
 
Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api, yang dipertuturkan oleh sebagian besar Etnis Lampung yang masih memegang teguh Garis Adat dan Aturan Saibatin dan Dialek Nyow, yang dipertuturkan oleh orang Abung dan Tulang Bawang yang mengenal kenaikan Pangkat Adat dengan Kompensasi Tertentu yang berkembang setelah Seba yang dilakukan oleh Orang Abung ke Banten.