Untung Syamsuri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 5:
Letkol Untung bin Syamsuri, tokoh kunci Gerakan September 1965 adalah salah satu lulusan terbaik Akmil. Pada masa pendidikan ia bersaing dengan [[Benny Moerdani]], perwira muda yang sangat menonjol dalam lingkup [[RPKAD]] (kelak Benny Moerdani menjadi tokoh legendaris dalam Misteri Tragedi Tanjung Priok). Mereka berdua sama-sama bertugas dalam operasi perebutan Irian Barat dan Untung merupakan salah satu anak buah Soeharto yang dipercaya menjadi Panglima Mandala.
Sebelum ditarik ke [[Resimen Cakrabirawa]], Untung pernah menjadi Komandan Batalyon 545/Banteng Raiders yang berbasis di Srondol, Semarang. Batalyon ini memiliki kualitas dan tingkat legenda yang setara dengan Yonif Linud 330/Kujang dan Yonif Linud 328/Kujang II. Kelak dalam peristiwa G 30 S ini, Banteng Raiders akan berhadapan dengan pasukan elite RPKAD dibawah komando [[Sarwo Edhie Wibowo]].
Setelah G 30 S meletus dan gagal dalam operasinya, Untung melarikan diri dan menghilang beberapa bulan lamanya sebelum kemudian ia tertangkap secara tidak sengaja oleh dua orang anggota Armed di Brebes, Jawa Tengah. Ketika tertangkap, ia tidak mengaku bernama Untung. Anggota Armed yang menangkapnya pun tidak menyangka bahwa tangkapannya adalah mantan Komando Operasional G 30 S. Setelah mengalami pemeriksaan di markas CPM Tegal, barulah diketahui bahwa yang bersangkutan bernama Untung.
Setelah melalui sidang [[Mahmilub]] yang kilat, Untung pun dieksekusi di Cimahi, Jawa Barat pada tahun 1969, 4 thn setelah G 30 S mengobarkan pemberontakannya.
== Hubungan dengan [[Soeharto]]==
|