Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Satria55 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Satria55 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 50:
Berbagai cobaan dan gemblengan dia jalani dengan tekun sampai akhirnya berhasil mencapai puncak latihan ilmu silat dari Yap Kie San. Murid Yap Kie San yang sanggup bertahan hanya enam orang, di antaranya ada dua orang yang bukan orang Tionghoa, yaitu RM Soebandiman Dirdjoatmodjo dan R Brotosoetarjo yang di kemudian hari mendirikan perguruan silat Bima (Budaya Indonesia Mataram). Dengan bekal yang diperoleh selama merantau dan digabung dengan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang diterima dari Yap Kie San, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo mulai merumuskan ilmu yang telah dikuasainya itu.
 
Setelah puas merantau, dia kembali ke tanah kelahirannya, [[Yogyakarta]]. [[Ki Hajar Dewantara]] yang masih pakdenya, meminta RM Soebandiman Dirdjoatmodjo mengajar silat di lingkungan Perguruan [[Taman Siswa]] di Wirogunan<ref>{{cite nameweb |url="http://www.tempo">.co |title=Majalah Tempo, |date=21 Mei 1983}}</ref>. Di tengah kesibukannya mengajar silat di Taman Siswa, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo mendapatkan pekerjaan sebagai Magazijn Meester di Pabrik Gula Plered.
 
[[Berkas:Pdkejurnaspelajar.jpg|thumb|left|170px|Anies Rasyid Baswedan, Ph.D. (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I.), Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Mayjen TNI (Pur) Eddie Marzuki Nalapraya pada acara Kejurnas Pelajar Silat Perisai Diri II di Jakarta tahun 2015.]]Pada tahun 1947 di [[Yogyakarta]], RM Soebandiman Dirdjoatmodjo diangkat menjadi [[Pegawai Negeri]] pada [[Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]], Seksi [[Pencak Silat]], yang dikepalai oleh Mochammad Djoemali. Berdasarkan misi yang diembannya untuk mengembangkan [[pencak silat]], RM Soebandiman Dirdjoatmodjo membuka kursus silat melalui dinas untuk umum. Dia juga diminta untuk mengajar di Himpunan Siswa Budaya, sebuah unit kegiatan mahasiswa UGM ([[Universitas Gadjah Mada]]). Murid-muridnya adalah para mahasiswa UGM pada awal-awal berdirinya kampus tersebut. RM Soebandiman Dirdjoatmodjo juga membuka kursus silat di kantornya. Beberapa murid RM Soebandiman Dirdjoatmodjo saat itu di antaranya adalah Ir Dalmono, Prof Dr Suyono Hadi dan RM Bambang Moediono Probokusumo yang di lingkungan keluarga silat Perisai Diri akrab dipanggil Mas Wuk.
Baris 88:
# I Gusti Ngurah Dilla, dari Surabaya.
# Ruddy J Kapojos, dari Surabaya.
Tanggal 9 Mei 1983, RM Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta<ref>{{cite nameweb |url="http://www.kompas">.com |title=Koran Kompas, |date=16 Juni 1983}}</ref>. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di [[Eropa]], [[Amerika]] dan [[Australia]]. Dengan di bawah koordinasi Dr Ir Dwi Soetjipto, MM, sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat, saat ini Kelatnas Indonesia Perisai Diri memiliki cabang hampir di setiap provinsi di Indonesia serta memiliki komisariat di 10 negara lain. Untuk menghargai jasanya, pada tahun 1986 pemerintah Republik [[Indonesia]] menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi RM Soebandiman Dirdjoatmodjo.
 
[[Berkas:Pdicjakarta2010.jpg|thumb|left|170px|Perisai Diri International Championship, kejuaraan internasional yang diselenggarakan setiap 2 tahun.]]Di [[Australia]], Kelatnas Indonesia Perisai Diri mulai dikembangkan di [[Brisbane]] pada tahun 1979 oleh Dadan Muharam, seorang pelatih silat Perisai Diri dari [[Bandung]]. Kelatnas Indonesia Perisai Diri berkembang pesat di Australia dengan cabang di berbagai daerah, di antaranya yaitu di Tarragindi, Kuraby, Logan, Ashmore, Burleigh Heads, Springbrook, Maleny, Nambour, Noosaville, Yandina, Gympie, Townsville, Coffs Harbour, Newcastle, Moruya Heads, [[Melbourne]], Adelaide, Perth, dsb.