R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{Infobox Officeholder |honorific-prefix = |name = R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo |image = Pakdirdjoatmodjo.jpg |imagesize = |caption...' |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 37:
Di tengah kesibukan melatih, dia bertemu dengan seorang pendekar [[Tionghoa]] yang beraliran beladiri Siauw Liem Sie (Shaolinshi), Yap Kie San namanya. R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo yang untuk menuntut suatu ilmu tidak memandang usia dan suku bangsa lalu mempelajari ilmu beladiri yang berasal dari biara Siauw Liem ([[Shaolin]]) ini dari Yap Kie San selama 14 tahun.
Setelah puas merantau, dia kembali ke tanah kelahirannya, [[Yogyakarta]]. [[Ki Hajar Dewantara]] yang masih pakdenya, meminta R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo mengajar silat di lingkungan Perguruan Taman Siswa di Wirogunan<ref>{{cite web |url=http://www.tempo.co |title=Majalah Tempo |date=21 Mei 1983}}</ref>. Pada tahun 1954, R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo diperbantukan ke Kantor Kebudayaan Provinsi [[Jawa Timur]], Urusan Pencak Silat.
Pada tahun 1955 dia resmi pindah dinas ke Kota [[Surabaya]]. Dengan tugas yang sama, yakni mengembangkan dan menyebarluaskan pencak silat sebagai budaya bangsa [[Indonesia]], R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo membuka kursus silat yang diadakan di Kantor Kebudayaan [[Provinsi Jawa Timur]], [[Surabaya]]. Dengan dibantu oleh Imam Ramelan, dia mendirikan kursus silat [[Perisai Diri]] pada tanggal 2 Juli 1955. Perguruan pencak silat yang didirikannya ini kemudian diberi nama [[Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri]] yang disingkat Kelatnas Indonesia Perisai Diri<ref name="kelatnas">Pasal 1 Ayat (1) Anggaran Dasar Kelatnas Indonesia Perisai Diri</ref>.
Baris 43:
Pengalaman yang diperoleh selama merantau dan ilmu beladiri Siauw Liem Sie yang dikuasainya kemudian dicurahkannya dalam bentuk teknik yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anatomi tubuh manusia, tanpa ada unsur memperkosa gerak. Semuanya berjalan secara alami dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Dengan motto "Pandai Silat Tanpa Cedera", silat Perisai Diri diterima oleh berbagai lapisan masyarakat untuk dipelajari sebagai ilmu beladiri.
Pada tanggal 9 Mei 1983, R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo berpulang menghadap Sang Pencipta<ref>{{cite web |url=http://www.kompas.com |title=Koran Kompas |date=16 Juni 1983}}</ref>. Tanggung jawab untuk melanjutkan teknik dan pelatihan silat Perisai Diri beralih kepada para murid-muridnya yang kini telah menyebar ke seluruh pelosok tanah air dan beberapa negara di [[Eropa]], [[Amerika]] dan [[Australia]]. Untuk menghargai jasanya, pada tahun 1986 pemerintah Republik [[Indonesia]] menganugerahkan gelar Pendekar Purna Utama bagi R.M. Soebandiman Dirdjoatmodjo.
== Pranala Luar ==
|