Keresek, Cibatu, Garut: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k penggantian teks otomatis dengan menggunakan mesin AutoWikiBrowser, replaced: beliau → dia, Beliau → Dia
Keyef Zayadi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12:
}}
'''Keresek''' adalah [[desa]] di kecamatan [[Cibatu, Garut|Cibatu]], [[Kabupaten Garut|Garut]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].
Disini terdapat sebuah pondok pesantren yang sudah berumur ratusan tahun, yaitu pondokPondok pesantren[[Pesantren keresekKeresek]]. Pesantren Keresek didirikan pada 1887 oleh K.H.- Muhammad Tobri. DiaBeliau adalah keturunan Mbah Ma’lum dari pesantren Pasir Kondang (Sumur). Sedangkan nama Keresek diambil dari nama kampung tempat pesantren ini berdiri. Setelah didirikan, pengelolaan pesantren diserahkan kepada putranya yang bernama K.H. Ahmad Nahrowi.
 
K.H. Ahmad Nahrowi dikenal dengan sebutan Mama Bintang, karena pernah diberi bintang tanda jasa oleh pemerintah kolonial Belanda. Pemerintah kolonial menganggap pesantren Keresek telah berjasa memajukan pendidikan masyarakat pribumi dan tidak melakukan pem¬bangkangan kepada pemerintah.
Baris 20:
Sepeninggal K.H. Busrol Karim, pengelolaan pesantren dilanjutkan oleh putranya yang bernama K.H. Hasan Basri hingga sekarang. Selain mendalami ilmu agama, Hasan Basri yang sering dipanggil Buya, juga seorang penulis. Buku kecil Jin Keresek, adalah hasil tulisannya yang sebelumnya dimuat secara bersambung di majalah Mangle. Yang menarik, kisah itu ditulis Buya ketika ia aktif di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) semasa kuliah di IAIN Sunan Gunung Jati Bandung. Menurutnya, ia menuliskan kisah itu untuk melawan paham PKI (Partai Komunis Indonesia) dan CGMI (Comite Gerakan Mahasiswa Indonesia) yang berafiliasi pada PKI, karena keduanya sama-sama tidak mempercayai hal-hal gaib. Buya meyakinkan jika hal-hal gaib bukanlah isapan jempol, seperti yang pernah terjadi di Keresek. Terbukti, tulisannya banyak diminati dan disukai masyarakat.
 
Kini [[Pesantren Keresek]] masih menjadi tujuan banyak santri yang ingin mondok. Terutama santri-santri yang ingin memperdalam nahwu sorof dan bilagoh (sastra Arab), karena kedua ilmu itu telah menjadi ciri khas pesantren yang berusia sudah lebih seabad ini.
{{Cibatu, Garut}}