Masjid Nurut Taqwa Pegandon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adi.akbartauhidin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Adi.akbartauhidin (bicara | kontrib)
+ 1 ref
Baris 1:
{{Rapikan}}
'''Masjid Nurut Taqwa''' berdiri tepatnya di desa [[Penanggulan, Pegandon, Kendal|Pegandon]], [[Pegandon, Kendal|Pegandon]], [[Kabupaten Kendal]], [[Jawa Tengah]]. Letaknya 97 km sebelah barat daya kota Kendal. Walaupun berada di pelosok desa, kemegahan masjid ini tidak kalah jika dibandingkan dengan masjid-masjid di kota, khususnya di kabupaten Kendal. Dan merupakan salah satu masjid tertua yang berada di wilayah kabupaten Kendal. Terdiri dari dua lantai, empat menara dan satu kubah. Berdiri tepat di sebelah timur sungai Bodri yang merupakan perbatasan antara dua kecamatan, yaitu kecamatan Pegandon dan kecamatan Gemuh.
 
== Selayang-pandang ==
Masjid Nurut Taqwa ini merupakan peninggalan seorang tokoh yang bernama Sulaiman Singonegoro. Penduduk sekitar menyebut beliau dengan sebutan Mbah Guru Sulaiman Singonegoro. Menurut riwayat, beliau merupakan salah satu prajurit Mataram yang menetap dan mensyiarkan agama di daerah Pegandon hingga wafat di daerah ini. Makam beliau terletak di belakang masjid Nurut Taqwa ini.
Masjid Nurut Taqwa Pegandon adalah [[masjid]] yang telah berusia cukup tua. Masjid ini, tak lepas dari salah satu tokoh dari [[Kesultanan Mataram]], [[Tumenggung Bahurekso]]. Tokoh ini pernah [[Penyerangan di Batavia 1628|menyerbu Batavia]], walau akhirnya gagal. Tumenggung Bahurekso kemudian mundur ke Mataram; tapi, sebelum itu, dia sempat tinggal lama di Pegandon ini dan berdakwah di sana. Di situ, ada beberapa pengikutnya yang turut pula menyebarkan agama Islam, yaitu Kiai Jumerto yang pergi berdakwah ke kampung Jumerto, Kiai Srogo ke Srogo, Kiai Puguh di Puguh, dan Kiai Ploso ke Ploso. Daerah-daerah ini berdekatan dengan Pegandon.<ref name=masjidbersejarah>{{aut|Zein, Abdul Baqir}} (1999). ''[
https://books.google.co.id/books?id=-NnF9Ryal0IC&pg=PA234 Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia]'' hlm. 234. [[Jakarta]]:Gema Insani Press. ISBN 979-561-567-X.</ref>
 
== Referensi ==
Saat ini Masjid Nurut Taqwa juga ada yang menyebutnya dengan sebutan masjid Hijau (mesjid ijo) di karenakan masjid ini seluruh bangunannya didominasi oleh warna hijau.
{{Reflist}}
 
{{masjid-stub}}