Ahmad Syathibi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 125:
Kemudian Mama Gentur pulang ke Cianjur melanjutkan ngaji ke Syeikh Shoheh Bunikasih kemudian mukim di Gentur.
== Muqim ==
Sebelum mukim, beliau membaca shalawat nariyah terlebih dahulu sebanyak 4444 kali dengan maksud supaya mukimnya ditambah-tambah ilmu dan tambah-tambah manfaatnya. Cara Mama Gentur dalam menyebarkan ilmunya yaitu beliau tidak pernah mengajarkan suatu ilmu kepada murid- muridnya kecuali telah ia amalkan terlebih dahulu. Beliau mengijazahkan shalawat untuk umum sesudah diamalkan terlebih dahulu selama 40 tahun. Beliau pernah diminta ngaji kitab Tuhfah Muhtaj, sebelum diaji beliau puasa dulu selama 40 hari. Jika makan, beliau cukup dimangkok dengan garam. Beliau tidak pernah makan enak sebagaimana keadaan beliau pada waktu nyantri di pesantren. Suatu ketika, beliau khusus diundang makan-makan oleh Om Muharam. Ia adalah seorang saudagar kaya raya di Cianjur. Segala makanan dan minuman disediakan. Namun, yang dimakan beliau cuma sedikit nasi yang dicuilkan ke garam saja. Begitulah menu beliau makan selamanya. Cuma pernah sesekali makan agak beda, termasuk mewah menurut beliau yaitu waktu makan dengan pepes burayak (ikan kecil) hasil ternak beliau, sebab kasab beliau yaitu ternak telur ikan hingga jadi burayak. Malah, suatu ketika Mama Gentur nernak telur ikan di kolam. Ketika sudah jadi burayak, tidak biasanya waktu itu bibit telur jadi dan mulus semuanya. Dari situ Mama memanggil pekerjanya yang bernama Ki Yusuf. Kata beliau, "Suf, coba kesini bawa cangkul!" Ki Yusuf menjawab, "Ada apa, Kang?" Kata Mama Gentur, "Kamu lobangi pinggir kolam ini, kemudian buanglah sebagian airnya!" Ki Yusuf heran, "Kalau begitu bukankah burayaknya pasti pada kabur, Kang?" Kata Mama Gentur, "Iya sengaja biar pada kabur ikan-ikannya takutnya ini istidraj karena sadar diri belum bisa ibadah". Setelah terbuang sebagian air dan ikan-ikannya,<ref>Manaqib Mama Ahmad
Syathibi Gentur edisi pertama, tahun 1950
halaman.01-42</ref>
|