Ranggawarsita: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Rangga Warsita''' ([[Surakarta]], [[1802]] - [[1874]]) adalah seorang [[pujangga]] besar budaya [[Jawa]]. Beliau masih berasal dari keluarga penyair keraton Surakarta yang termasyhur, yaitu keluarga [[Yasadipura]].
 
Beliau menciptakan [[syair|syair-syair]] yang masih dikenal sampai saat ini. Salah satu syair yang terkenal adalah sebuah syair yang berupa wejangan ''amenangi jaman édan, éwuhaya ing pambudi, mélu ngédan nora tahan, yén tan mélu anglakoni, boya keduman mélik, kaliren wekasanipun, ndilalah kersa Allah, begja-begjaning kang lali, luwih begja kang éling klawan waspada''. Syair ini yang merupakan petikan dari [[Serat Kalatidha]] dalam [[bahasa Indonesia]] dapat diartikan sebagai berikut: jikamenyaksikan sudahzaman datanggila, zamanserba susah dalam bertindak, ikut gila tidak akan tahan, orangtapi yangkalau tidak mengikuti (gila), tidak kebagianakan mendapatkan bagian, sebaikkelaparan pada akhirnya, namun telah menjadi kehendak Allah, sebahagia-baikbahagianya orang gilayang lalai, akan lebih baikbahagia orang yang tetap ingat dan waspada. Maksud dari syair ini adalah; suatu saat akan datang zaman yang penuh dengan kekacauan, kebenaran dan kejahatan sudah tidak jelas bedanya. Pada zaman itu orang yang tidak ikut berbuat jahat tidak akan kebagian rezeki(pendapatan) atau tidak akan bisa kaya. sebaik-baik orang yang berbuat jahat, masih lebih baik orang yang tetap menjalankan dan ingat terhadap aturan/hukum.
 
Dalam bersyair Rangga Warsita sering dibantu oleh teman karibnya, [[C.F. Winter sr.]]. Winter adalah seorang [[Indo]] keturunan Belanda yang juga seorang pakar [[Sastra Jawa]].