Lokomotif CC200

salah satu lokomotif diesel-elektrik di Indonesia
Revisi sejak 17 Januari 2016 03.30 oleh Lukas Tobing (bicara | kontrib) (Awal Beroperasi: Perbaikan kesalahan pengetikan)

Lokomotif CC200 dengan nomor model AlCO-GE UM 106T adalah lokomotif diesel pertama di Indonesia [3], buatan pabrik General Electric tahun 1953. Lokomotif diesel elektrik dengan berat 96 ton ini dipesan oleh Indonesia sebanyak 27 buah. Lokomotif CC 200 yang tersisa sekarang berada di Dipo Lokomotif Cirebon yaitu CC 200 15 yang masih dirawat dengan baik untuk dilestarikan. Dua "saudara" terakhirnya, CC 200 08 dan CC 200 09 sudah dikirim ke Balai Yasa Yogyakarta setelah dinyatakan pensiun.

Lokomotif CC200
Berkas:CC200.jpg
Jenis dan asal
Sumber tenagaDiesel elektrik
ProdusenAmerican Locomotive Company-General Electric
Nomor seriCC 200
ModelALCO-GE UM 106T
Tanggal produksi1953
Jumlah diproduksi27 unit
Data teknis
Konfigurasi:
 • AARC-2-C
 • UICCo'2'Co'
Lebar sepur1.067 mm
Diameter roda908 mm
Jari-jari lengkung terkecil140 m
Jarak gandar3.610 mm
Panjang17.000 mm
Lebar2.819 mm
Tinggi3.651 mm
Kapasitas bahan bakar1.900 liter
Kapasitas pelumas750 liter
Kapasitas pendingin900 liter
Kapasitas bak pasir600 liter
MesinALCO 244E
Jenis mesin4 langkah
Motor traksi6 unit
Tipe: GE 761
Rem lokomotifRem udara tekan
Performansi
Daya mesin1.750 hp
Karier
LokalDaop III Cirebon
Mulai dinas1953
Terakhir dinas2007, untuk lokomotif CC 200 08-09
KeadaanSeluruhnya tidak beroperasi; tersisa CC 200 15 yang kini dipindah ke Museum Kereta Api Ambarawa.
Catatan kaki:[1] [2]

Lokomotif ini berdaya mesin sebesar 1.750 hp dengan susunan gandar lokomotif ini adalah Co'2'Co' artinya, lokomotif ini memiliki dua bogie penggerak masing-masing dengan 3 gandar penggerak dengan 6 motor traksi dan satu bogie idle yang terdiri dari dua pasang roda.

Perlu diketahui bahwa meskipun lokomotif CC200 merupakan lokomotif diesel pertama di Indonesia sebagaimana banyak dijelaskan, ternyata pada buku berjudul Het Indische Spoor in Oorlogstijd, halaman 154-155, ada lokomotif diesel yang diproduksi oleh De Vulkaan Surabaya, yaitu kelas 5006. Lokomotif ini menggunakan mesin bekas artileri Jepang dengan enam silinder dan rangka dasar gerbong SS, serta diperuntukkan bagi KNIL selama Perang Kemerdekaan.[4]

Sejarah[5]

Awal Beroperasi

Setelah Perang Kemerdekaan usai tahun 1949, kondisi perkeretaapian Indonesia rusak. Untuk memperbarui sarana KA yang sudah tua dan rusak akibat perang, maka DKA memesan sarana KA yang baru, berikut berbagai jenis lokomotif diesel, lokomotif uap, kereta penumpang dan gerbong barang.

CC 200 adalah salah satu contoh. Rencana pengoperasian lokomotif diesel sudah ada sejak zaman Staatsspoorwegen, diwacanakan dan disebut-sebut dalam laporan tahunan Staatsspoorwegen tahun 1930. Namun wacana ini gagal karena Belanda saat itu sedang dilanda Perang Dunia II.

Setelah perang usai, disusunlah rencana modernisasi perkeretaapian Indonesia yang mencakup pembelian 100 unit lokomotif uap D 52 dan 27 unit lokomotif diesel CC 200.

Pada 1953, lokomotif diesel CC 200 tiba di Indonesia. Karena tekanan gandar jalan rel di Indonesia saat itu maksimal 12 ton maka CC 200 yang memiliki berat 96 ton terlalu berat apabila hanya memiliki susunan Co'Co' atau 2 gandar penggerak 3 roda. Maka ditambahkanlah gandar tambahan sehingga susunannya menjadi Co'2'Co' atau 2 gandar penggerak 3 roda dan satu gandar tak berpenggerak dengan dua roda. Susunan ini unik karena hanya di Indonesia lokomotif ini dimodifikasi gandarnya untuk mengakali tekanan gandar yang besar. Lokomotif ini pun langsung menggunakan livery khas DKA, PNKA, dan PJKA, yaitu kuning-hijau dengan logo roda terbang yang sudah berlaku sejak 1953 hingga 1988.

Kehadiran CC 200 yang menandai modernisasi perkeretaapian Indonesia mendapat perhatian dari dalam atau luar negeri dan dibahas rinci oleh majalah-majalah profesional, misalnya dibahas dalam majalah kereta api Inggris "Diesel Railway Traction" dan majalah persatuan insinyur Indonesia yang kala itu masih berbahasa Belanda "De Ingenieurs in Indonesie".

Sepanjang kariernya dari tahun 1950-an sampai 80-an, CC 200 menarik semua kereta, baik itu penumpang maupun barang. Kariernya pun makin lama makin tergeser oleh lokomotif yang lebih baru, seperti CC 201 yang lebih ringan dan bertenaga. Mulai tahun 90-an, CC 200 dicat menjadi merah-biru dengan garis putih seiring bergantinya nama dan bentuk perusahaan, dari PJKA menjadi Perumka. CC 200 pun diturunkan pangkatnya menjadi penarik KA jarak dekat/KA lokal mengingat usianya yang makin tua dan hanya tersisa sedikit, dan banyak di antara mereka yang sudah mulai mangkrak. CC 200 akhirnya banyak yang tidak beroperasi pada tahun 2000-an awal.

Preservasi CC 200

Pada tahun 2000-an, lokomotif CC 200 yang ada banyak yang dalam kondisi buruk. Saat itu, di Cirebon terdapat 3 lokomotif, yakni CC 200 08, CC 200 09, dan CC 200 15. Lokomotif yang bisa dioperasikan hanyalah CC 200 08 dan CC 200 15. Pada akhirnya, salah satu komunitas rail fans Indonesia, Indonesian Railways Preservation Society (IRPS) bekerja sama dengan PT Kereta Api (Persero) memutuskan bahwa CC 200 15 yang akan dipreservasi, karena kondisinya yang lebih baik dibanding kedua lokomotif lainnya. CC 200 15 dipreservasi dengan "mengkanibal" komponen dari CC 200 08 dan CC 200 09. Preservasi dilakukan oleh IRPS, dengan bantuan dari PT Kereta Api. Pada tahun 2003, diadakan open house di Stasiun Cirebon, tempat ketiga lokomotif CC 200 dipamerkan. Pada masa itu, CC 200 15 yang telah dicat kuning-hijau (sudah dikembalikan ke livery semula) sudah dalam kondisi baik, sedangkan CC 200 08 dan 09 yang berwarna merah-biru telah dengan kondisi rusak dan tidak bisa digunakan, mengingat komponennya telah dikanibal untuk CC 200 15. CC200 08 dan 09 masih disimpan di Dipo Cirebon pada akhirnya.

Akhirnya, pada tahun 2007, CC 200 08 dan CC 200 09 dikirim ke Balai Yasa Yogyakarta, kemudian disimpan atau "dimakamkan" dengan status benda cagar budaya. Sementara CC 200 15 tetap di Dipo Lokomotif Cirebon dan dioperasikan sebagai penarik KA wisata. Saat ini, hanya tersisa CC 200 15 di Cirebon, lokomotif lainnya entah ke mana, diafkirkan, atau "dimakamkan" di Balai Yasa Yogyakarta.

Karena kesulitan suku cadang, CC 200 15 tidak bisa beroperasi, lokomotif tersebut disimpan di Dipo Cirebon, dan saat akan dipamerkan pada suatu event, maka lokomotif ini perlu ditarik oleh lokomotif lain. Karena kondisinya sudah tidak memungkinkan lagi untuk dioperasikan, lokomotif ini akhirnya dipindah ke Museum Kereta Api Ambarawa.[6] Karena ini merupakan lokomotif diesel, maka lokomotif ini akan dialokasikan di Stasiun Tuntang, yang akan dijadikan tempat berbasisnya lokomotif diesel, karena museum kereta api Ambarawa adalah tempat untuk lokomotif uap saja.

Data teknis lokomotif CC 200[1]

Dimensi lokomotif

  • Lebar sepur: 1.067 mm
  • Panjang body: 17.000 mm
  • Jarak antar alat perangkai: 17.070 mm
  • Lebar badan: 2.819 mm
  • Tinggi maksimum: 3.651 mm
  • Jarak gandar: 3.610 mm
  • Jarak antar pivot: 9.556 mm
  • Diameter roda penggerak: 908 mm
  • Tinggi alat perangkai: 760 mm

Berat

  • Berat kosong: 92 ton
  • Berat siap: 96 ton
  • Berat adhesi: 72 ton

Motor diesel

  • Tipe: ALCO 244E
  • Jenis: 4 langkah
  • Daya mesin: 1.750 hp
  • Daya ke generator/converter: 1.600 hp

Motor traksi/converter

  • Jumlah motor traksi: 6 unit
  • Tipe motor: GE 761

Performansi

  • Kecepatan maksimum: 100 km/jam
  • Gaya tarik maksimum (adhesi): 15.120 kgf
  • Jari-jari lengkung terkecil: 140 m

Kapasitas

  • Bahan bakar: 1.900 lt
  • Minyak pelumas: 750 lt
  • Air pendingin: 900 lt
  • Pasir: 600 lt

Lain-lain

  • Sistem rem: Rem udara tekan

Galeri

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ a b Majalah KA Edisi Khusus. (tanpa tahun). Album lokomotif dan KRL, II: 33
  2. ^ Indonesian Heritage Railway: Lokomotif CC200
  3. ^ IRPS: FO CC200
  4. ^ Diesel Locomotive Roster
  5. ^ Majalah KA Edisi 86, September 2013: Halaman 32-33
  6. ^ Tribun Jateng: Ini Penampakan Lokomotif *Elektrik Pertama dan Satu-satunya di Indonesia

Pranala luar