Masjid Pangeran Diponegoro
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Masjid Pangeran Diponegoro adalah rumah ibadah umat islam yang dapat digunakan oleh pengunjung maupun masyarakat sekitar untuk menjalankan ibadah salat dan kegiatan lain seperti perayaan hari besar, ceramah, kajian agama, dan belajar al-qur'an. Masjid ini berdiri di atas lahan 2.850 m2 dengan luas bangunan 760 m2 dan terdiri dari dua lantai. Lantai satu untuk para jamaah, tempat wudhu, kamar mandi, ruang tunggu, perpustakaan, gudang dan dapur ; sedangkan lantai dua tempat imam, khatib, mihrap, serta menara berbentuk kubah berketinggian 26 meter untuk mengumandangkan adzan.
Arsitekturnya di ambil dari bentuk kebanyakan masjid di Indonesia, seperti masjid AL Azhar Jakarta dan masjid Syuhada, Yogyakarta.Pembangunannya di laksanakan tahun 1973 dan diresmikan tahun 1975 oleh Presiden Soeharto. Pangeran Diponogoro dipilih sebagai nama masjid karena pertimbangan untuk mengabdikan nama seorang tokoh pahlawan nasional yang sekaligus memimpin agama islam yang bersama masyarakat Yogyakarta gigih melawan penjajahan belanda.
Bangunan yang terletak di depan sebelah kanan gedung sasana kriya dan berbatasan dengan gereja Santa Chatarina – yang berarti menempati urutan pertama deretan rumah ibadah dari gerbang utama – ini di maksudkan sebagai simbol kerukunan umat beragama di Indonesia.masjid ini tidak hanya di gunakan sebagai tempat ibadah bagi umat islam di lingkungan TMII, tetapi juga bagi pengunjung dan masyarakat sekitarnya, baik perorangan maupun berjamaan, termasuk salat jumat ( jumatan) dan salat taraweh pada bulan Ramadhan. Namun untuk hari-hari besar, seperti Idhul Fitri dan Idhul Adha, pelaksanaan salat dilakukan di Plaza Tugu Api Pancasila. Ceramah keagamaan yang bertujuan untuk menambah pengetahuan atau sekadar mengingatkan kembali aturan kehidupan dalam beragamapun dilaksanakan di masjid ini.
Selain kegiatan rutin keagamaan, masjid Pangeran Diponogoro juga bisa digunakan untuk akad nikah dan dapat dilanjutkan dengan syukuran, baik secara sederhana maupun agak meriah, dengan menambahkan tenda atau – bila berniat melanjutkan resepsi – menggunakan Sasana Utomo ataupun Sasono Adi Guno yang berjarak sekitar 100 meter.
Bangunan masjid ini tidak memiliki hiasan dekoratif, atapnya berbentuk kubah ( doom ) menyerupai gaya Bizantium yang dipengaruhi struktur ruangan Pantheon ( Yunani Kuno), yang mengadung makna bahwa kehidupan manusia merupakan bagian kecil udari struktur alam semesta dan bernaung di bawahnya.
Pranala luar
- (Indonesia) Official website
- (Indonesia) Situs resmi Kementrian Pariwisata