Bakbakan, Gianyar, Gianyar

desa di Kabupaten Gianyar, Bali
Revisi sejak 6 April 2018 05.10 oleh Angayubagia (bicara | kontrib) (update infobox, menambahkan batas wilayah, sejarah dan demografi)


Bakbakan adalah desa yang berada di kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali, Indonesia.

Bakbakan
Negara Indonesia
ProvinsiBali
KabupatenGianyar
KecamatanGianyar
Kode pos
80515
Kode Kemendagri51.04.03.2009
Luas4,60 km² [1]
Jumlah penduduk5.065 jiwa (2010)[2]
Kepadatan1.102 jiwa/km²(2010)
Peta
PetaKoordinat: 8°30′18″S 115°19′28″E / 8.50500°S 115.32444°E / -8.50500; 115.32444

Batas Wilayah

Adapun batas –batas wilayah Desa Bakbakan dengan desa tetangga lainnya adalah sebagai berikut

Utara Desa Petak Induk
Timur Kabupaten Bangli
Selatan Kelurahan Bitera
Barat Desa Siangan

Sejarah

Masa Kerajaan

Sekitar tahun 1800 M tersebutlah seorang Kesatria, Keturunan Taman Bali, yang bernama I Dewa Gede Jelepung, yang suka hidup mengembara, diikuti oleh pengiringnya yang banyak, diantaranya I Pulasari Pada. Suatu saat beliau menemui hutan lebat, mempunyai kekuatan gaib, hutan itu kebanyakan pohon beringin dan kepah/kepuh, tanpa penghuninya. Disana lalu timbul niat beliau untuk merabas hutan itu untuk dijadikan Pemukiman bersama dengan Pengikutnya yang setia. Karena itu beliau yakin hutan itu keramat, lalu beliau memohon (nunas) kepada roh halus, selanjutnya untuk di kabulkan merabasnya, akhinya pada suatu saat ada suatu ilham, dan hal inipun terwujud. Akhirnya hutan itu dirabas (di Bakbak) dalam bahasa Bali, sehingga tempat tersebut di jadikan sebuah desa yang bernama Desa Bakbakan sampai sekarang.

Mengingat I Dewa Gede Jelepung mendapat Penugrahan (rahmat) di bawah pohon beringin, lalu di Bangunlah Sebuah Pura /Pelinggih di tempat itu, yang diberi nama Pura Dalem Pingit tempatnya disebelah selatan Kantor Desa Bakbakan. Disampaing itu pula beliau mambuat sebuah pendeman (patokdari pada Batu) di beri nama batu Daha, Sedangkan Banjarnya bernama Br Petak , sekarang yang masih carik Petak ) . Dari Jaman kejaman, tersebutlah seorang Raja yang bernama I Dewa Gede Perasi , keturunan dari Puri Taman bali, dan oleh karena itu di Puri Taman Bali terjadi Perang Saudara, maka hancurlah Puri Taman Bali ,Akhirnya semua Keluarga Kerajaan melarikan diri menyebar (nyatur desa) tidak tentu arah tujuan Sekarang tersebutlah I Dewa Gede Perasi yang berpengiring sebanyak 150 Orang (Karo sigar) menuju suatu desa yaitu Desa Jelijih Kabupaten Tabanan, lalu beliau ingat bahwa disana ada salah seorang keturunanan Taman bali yang telah menetap di sana, yang bernama I Dewa Gede Dangin dan I Dewa Gede Dauh, Akibat beliau melarikan diri dari Nusa, akibat tidak mau di pakai menantu oleh I Dewa Ngakan Tangsi di nusa. I Dewa Gede Dangin dan I Dewa Gede dauh pada waktu itu melarikan diri mempergunakan jukung yang bocor menyebrangi Lautan akibatnya terdamparlah disawan seseh , disana beliau mendapatkan ilham di bawah pohon asem, sehingga beliau mendapatkan gelar I Dewa Aseman.

Karena I Dewa Gede Perasi berada cukup lama di jelijih, dan Putra beliau sudah Dewasa dan mempunyai keinginan untuk Pulang Ke Taman Bali, lalu dipesan oleh Ayahnya agar mampir di puri Gianyar ( I Dewa Manggis) oleh karena ibunya adalah keturunan Taman bali, sebagai bukti dengan adanya Pura Langon di lingkungan Puri gianyar sekarang. Niat I Dewa Aseman tidak bisa dibendung lagi kemudian berangkat menuju Taman Bali, yang diiringi sebagian pengiringnya, sampai di gianyar langsung mamoir di Puri mengingat pesan ayah beliau yang sudah almarhum dan bermalamlah di Puri gianyar. Kedatangan I Dewa Aseman di sambut baik oleh I Dewa Manggis (Puri Gianyar) dan di akui masih ada hubungan darah dari Perempuan (wadu) Disinilah I dewa Aseman di angkat menjadi Manca oleh Raja Gianyar, di berikan Pacek kekuasaan di Bakbakan dan dibantu oleh seorang dari Puri angkling juga keturunan dari Puri Bakbakan.

Kemudian kedatangan I Dewa Gede Aseman di Bakbakan mengingat di Bakbakan sudah ditempati oleh I Dewa Gede Jelepung ahkirnya I dewa Gede Jelepung pindah ke Desa Petak serta membawa Pura Dalem bakbakan ke Petak sehingga sampai sekarang di Petak masih ada Pura Dalem bakbakan di desa Petak setelah cukup lama beliau di Desa Petak pindah lagi ke desa kelusu , masih lingkungan Raja Gianyar dan di Bakbakan ditinggalkan juga 12 Keluarga Pulasari oleh I Dewa Gede Jelepung. Keadaan di desa bakbakan sudah cukup aman dan tentram didirikanlah Kahyangan Tiga oleh raja, serta dibantu oleh pengiring beliau.[3]

Masa Kemerdekaan Indonesia

Kurang lebih pada Tahun 1930 sampai dengan tahun 1939 di Bakbakan telah diangkat seorang Perbekel yang bernama I Made Asa dengan dibantu oleh beberapa kelihannya kemudian jabatan I made Asa di ganti oleh Anak Agung Gde ngurah dari Puri Bakbakan, berkisar sekitar tahun 1939 sampai tahun 1945. Tidak beberapa lama jabatan Anak Agung Gde Ngurah di ganti lagi oleh anak agung Gde Katrangan, dari Puri bitra merangkap ke Bakbakan dari Tahun 1945 sampai dengan Tahun 1950. lalu diserahkan jabatan ini oleh Pemerintah Daerah Gianyar Kepada Anak Agung Alit Perbekel desa siangan juga merangkap sekitar Tahun 1950 sampai dengan tahun 1955. Kemudian jabatan ini pindah lagi ke pada Anak agung Gde Katrangan Perbekel Desa Bitra sampai dengan Tahun 1958. Akhirnya pada tahun 1958 jabatan Perbekel Bakbakan di Desa bakbakan melalui pemilihan secara Demokrasi di menangkan oleh Putra asli desa Bakbakan yaitu Ida Bagus Nyoman Retig, selama 4 Kali masa Jabatan , sampai dengan tahun 1985. Pada Bulan Nopember 1985 diadakan Pemilihan Perbekel secara Demokrasi yang di menangkan oleh calon tunggal yaitu Sdr Dewa Ngakan Made Putra yang sebelumnya sebagai Anggota satuan Lalu Lintas Polres Gianyar

Sejak mulai memegang jabatan, beliau telah mengadakan pembenahan antara lain membuat penyengker tembok Kantor Perbekel dan Penyengker Pelinggih Padmasana. Mengadakan Rehab Berat Kantor Perbekel Bakbakan lengkap dengan Stil Balinya dengan swadaya murni Masyarakat sebesar Rp 5.500.000,-. mengikuti beberapa lomba antara lain;

  • Lomba Desa Adat pada tanggal 7 september 1987 keluar sebagai juara II Tingkat Kabupaten.
  • Lomba PKK pada tanggal 28 agustus 1987 keluar sebagai juara I Tingkat kabupaten.
  • Lomba PKK Tingkat Propinsi pada tanggal 9 oktober 1987 keluar sebagai juara harapan II .
  • Lomba Cerdas Cermat Kelomper Capir keluar sebagai juara II Tingkat Kabupaten
  • Lomba Wanita Tani Keluar sebagai Juara III Tingkat kabupaten
  • Lomba Utsawa Dharma Gita Keluar sebagai juara I Tingkat Kabupaten
  • Lomba Utswa Dharma Gita Tingkat Propinsi bali keluar sebagai juara I

Setelah jabatan Perbekel di pegagang 2 Kali masa jabatan maka pada tanggal 15 juni 2001 diadakan Pemilihan secara demokrasi yang ikut dalam pencalonan terdiri dari 4 orang calan diantaranya Ida Bagus Ketut Budiana S.sos, Dari Br Kabetan Kelod Ni Wayan Rupiani dari Br Kawan, I Wayan Artana Dari Br Gitgit dan I Made Suyasa Dari Ngenjung Sari yang dimenangkan Oleh Ida Bagus Ketut Budiana S.sos di mana masa jabatan beliau tidak menampakan hasil yang begitu kelihatan sampai berakir masa jabatanya tanggal 15 juli 2007.

Akhirnya pada bulan Juli 2007, Pemilihan Perbekel diadakan dan diikuti oleh 5 orang peserta; Ida Bagus Ketut Budiana S sos, Dewa Made Dana, Ida Bagus Ketut Suasta, Dewa Made Sedana, dan I Wayan Darsa. Dimana pemilihan dimenangkan oleh Ida Bagus Ketut Suasta yang didukung dengan jumlah suara terbanyak. Sebelumnya beliau menjabat sebagai IRBID BINITWASDA Polda Bali. Sejak Mulai menjabat mulai mengadakan perbaikan–perbaikan di Kantor Perbekel yaitu mengadakan renovasi atap kantor, perbaikan pagar (penyengker) kantor dari pagar Pese Cetak menjadi gaya Bali, perbaikan papan nama desa, perbaikan Padmasana dari gaya Bali menjadi batu padas dan mengadakan Upacara Melaspas dan Mendem Pedagingan.

Demografi

Penduduk desa Bakbakan sampai dengan tahun 2016 berjumlah 43.998 jiwa terdiri dari 21.964 laki-laki dan 22.034 perempuan dengan sex rasio 99.[4]

Referensi

Pranala Luar