Takengon (kota)

ibu kota Kabupaten Aceh Tengah, Indonesia

Takengon merupakan ibukota Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, Indonesia. Kota Takengon terletak di sisi Danau Laut Tawar, di tengah-tengah wilayah provinsi Aceh. Kawasan ini merupakan dataran tinggi yang berhawa sejuk dengan ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut, Suhu rata-rata takengon yaitu 13°C - 23°C. Banyak terdapat tempat wisata di kawasan ini, di antaranya adalah Danau Laut Tawar, Gua Puteri Pukes, Pantan Terong. Penduduk kota Takengon terdiri dari beragam suku dan etnis: Suku Aceh adalah suku terbesar paling dominan datang dari kabupaten Pidie dan Pidie Jaya, selain itu suku lain nya adalah Tionghoa, Minangkabau, Gayo, dan Jawa.

Kota Takengon
NegaraIndonesia
ProvinsiAceh
KabupatenAceh Tengah
Ketinggian
1.200 m (3,900 ft)
Zona waktuUTC+7 (WIB)
Kode Pos
24500
Kode area telepon0643
Kode ISO 3166ID-AC[1]
Situs webhttp://www.acehtengahkab.go.id

Seni dan Budaya

 
Tari Guel

Salah satu acara yang sangat menarik perhatian masyarakat di dalam daerah maupun di luar daerah ini adalah acara pacuan kuda yang biasanya diadakan pada pertengahan bulan Agustus untuk menyambut dan merayakan hari Kemerdekaaan Republik Indonesia.

Sejarah

Takengon berasal dari bahasa aceh "Tikungan" yang arti nya kelokan karena untuk menuju ke kota kecil ini harus melewati tanjakan perbukitan dan menelusuri lereng lereng gunung dengan jalan berkelok kelok yang terjal dan curam penuh pepohonan lebat sepanjang jalan.

Zaman Penjajahan Belanda

 
Kecelakaan mobil di Takengon pada tahun 1923

Kedatangan kaum kolonial Belanda sekitar tahun 1904, tidak terlepas dari potensi perkebunan di dataran ini yang sangat cocok untuk budidaya Kopi Arabika, Tembakau dan Damar. Pada periode itu wilayah Kabupaten Aceh Tengah dijadikan Onder Afdeeling Nordkus Atjeh dengan Sigli sebagai ibukotanya. Dalam masa kolonial Belanda tersebut di sekitar Takengon didirikan sebuah perusahaan pengolahan Kopi dan Damar. Sejak saat itu kawasan Takengon mulai berkembang menjadi sebuah pusat pemasaran hasil bumi untuk kawasan sekitar sebelum di ekspor ke Amerika dan Uni Eropa, khususnya kopi Arabika yang sebagian besar untuk pasar luar negeri.

Zaman Penjajahan Jepang

Sebutan Onder Afdeeling Takengon di era kolonial Belanda, berubah menjadi Gun pada masa pendudukan Jepang (1942-1945). Gun dipimpin oleh Gunco. Setelah kemerdekaan RI diproklamirkan pada 17 Agustus 1945, sebutan tersebut berganti menjadi wilayah yang kemudian berubah lagi menjadi kabupaten.[2]

Zaman Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, sebutan tersebut berganti menjadi wilayah yang kemudian berubah lagi menjadi kabupaten.

Kabupaten Aceh Tengah berdiri pada tanggal 14 April 1948 berdasarkan Oendang-Oendang Nomor 10 Tahoen 1948 dan dikukuhkan kembali sebagai sebuah kabupaten pada tanggal 14 November 1956 melalui Undang-Undang Nomor 7 (Darurat) Tahun 1956. Wilayahnya meliputi tiga kewedanaan yaitu Kewedanaan Takengon, Kewedanaan Gayo Lues, dan Kewedanaan Tanah Alas.

Pemekaran Wilayah

Sulitnya transportasi dan didukung aspirasi masyarakat, akhirnya pada tahun 1974 Kabupaten Aceh Tengah dimekarkan menjadi Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Aceh Tenggara melalui Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1974. Kemudian, pada 7 Januari 2004, Kabupaten Aceh Tengah kembali dimekarkan menjadi Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2003. Kabupaten Aceh Tengah tetap beribukota di Takengon, sementara Kabupaten Bener Meriah beribukota Simpang Tiga Redelong.

Photo-photo udara Takengon lainnya: Photo-photo Kota Takengon Milik Joseph Oravetz

Pranala luar

Referensi

  1. ^ [1], StandardFinden:ISO-Code.
  2. ^ Profil Aceh Tengah, kemendagri.co.id.