Raja Inal Siregar

politisi Indonesia
Revisi sejak 2 Maret 2017 00.47 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Pangdam menjadi Panglima Komando Daerah Militer)

Letnan Jenderal TNI (Purn.) Raja Inal Siregar (5 Maret 1938 – 5 September 2005) adalah Gubernur Sumatera Utara ke-13. Ia memerintah dari tahun 1988 hingga 1998. Setelah tidak lagi menjabat sebagai Gubernur, ia kemudian menjadi anggota DPD dari Sumatera Utara.

Raja Inal Siregar
Berkas:Raja Inal Siregar.jpg
Raja Inal Siregar
Gubernur Sumatera Utara 13
Masa jabatan
13 Juni 1988 – 15 Juni 1998
PresidenSoeharto
B.J. Habibie
Informasi pribadi
Lahir(1938-03-05)5 Maret 1938
Belanda Medan, Sumatera Utara, Hindia Belanda
Meninggal5 September 2005(2005-09-05) (umur 67)
Indonesia Medan, Sumatera Utara, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Suami/istriYuniar Pane
AnakHotmaria Siregar
Riri Rosalina Siregar
Yuriandi Siregar
Siri Yulita Siregar
Karier militer
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Pangkat Letnan Jenderal TNI
SatuanInfanteri
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Putra pasangan Kario Siregar dan Rodiah Hutasuhut ini lulus Akademi Militer pada tahun 1961. Raja Inal Siregar menyelesaikan pendidikan SD sampai SMA di beberapa tempat di Sumut dan Sumbar.

Karier militernya dimulai di Desa Ampat, Kalimantan Tengah. Berbagai jabatan pernah didudukinya, antara lain sebagai Komandan Kompi (Danki) Yonif B Purwokerta (1965-1967), Kepala Biro Operasi Kowanda Ujung Pandang (1967-197), Wakil Asisten I/Intelijen Kodam II/Bukit Barisan (1975-1978), Asisten I/Intelijen Kodam I/Iskandar Muda (1978-1982).

Kemudian Asisten I/Intelijen Kodam IV/Siliwangi (1982-1983), Kepala Staf Kodam II/BB (1983-1984), Pangdam XIII/Merdeka di Manado (1984-1985), Pangdam III/Siliwangi di Bandung (1985-1988), Gubernur Sumatera Utara di Medan (1988-1999) dan terakhir menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sejak tahun 2004.

Meninggal

Ia meninggal bersama dengan Gubernur Sumatera Utara yang menggantikannya, HT. Rizal Nurdin, dalam kecelakaan pesawat Mandala Airlines pada 5 September 2005 di Jl. Jamin Ginting, Medan. Kecelakaan naas itu menewaskan 150 orang penumpang, awak pesawat dan warga di sekitar lokasi kejadian. Pesawat jenis Boeing 737-200 buatan tahun 1981 bernomor penerbangan RI-091 yang membawa 112 penumpang dan lima awak pesawat tersebut jatuh dan meledak di Jalan Jamin Ginting, kawasan Padang Bulan, Kota Medan, sesaat setelah lepas landas dari Bandar Udara Polonia pukul 10.06. Pesawat itu rencananya akan bertolak ke Jakarta via Padang.

Ia meninggalkan empat orang anak, Hotmaria Siregar, Riri Rosalina Siregar, Yuriandi Siregar dan Siri Yulita Siregar, serta tiga orang cucu, dan istri Yuniar Pane.

Peninggalan

Marsipature Hutana Be. Istilah yang dipopulerkan almarhum (alm) Gubsu, Raja Inal Siregar, diambil dari bahasa batak yang artinya adalah "Membangun/membenahi kampung halaman sendiri". Konsep ini ditujukan kepada orang-orang yang telah sukses di perantauan.

Yayasan Pendidikan Marsipature Hutana Be (YPmhb), merupakan sebuah yayasan yang mengasuh SMA N 2 Plus YPmhb Sipirok. Sekolah yang didirikan pada tahun 1995 ini yang terletak di desa Padang Bujur Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan - Sumatera Utara. Didirikan oleh Almarhum Raja Inal Siregar Utara bersama dengan masyarakat Tapanuli Selatan. Saat ini merupakan satu-satunya SMA yang berstatus Plus di Tapanuli selatan. Pada tahun 2010 telah meluluskan sebanyak tigabelas angkatan yang tersebar di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

Anak-anak didik selalu akrab menyapanya dengan sebutan "Pak Raja".

Pemakaman

Letjen TNI (Purn) Raja Inal Siregar di makamkan di Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan, Jl. Sisingamangaraja, Medan. Pemakaman Raja Inal Siregar dilakukan dengan upacara militer yang dipimpin Panglima Kodam I/Bukit Barisan Mayjen TNI Tritamtomo. Yuniar Pane tak kuasa menahan haru saat pemakaman suaminya Letjen TNI (Purn) Raja Inal Siregar di Taman Makam Pahlawan Bukit Barisan, Jl. Sisingamangaraja, Medan. Dia bahkan terpaksa dipapah anaknya saat beranjak keluar dari areal pemakaman.[1] Pemakaman yang dihadiri sekitar 1.000 pelayat ini, menyebabkan ruas jalan Sisingamangaraja yang semula dua arah, dijadikan satu arah untuk kebutuhan tempat parkir kendaraan pengantar jenazah. Polisi dan polisi militer tampak mengatur lalu lintas.

Referensi

Pranala luar

Jabatan militer
Didahului oleh:
Edi Sudradjat
Pangdam Siliwangi
1985−1988
Diteruskan oleh:
Arie Sudewo
Jabatan politik
Didahului oleh:
Kaharudin Nasution
Gubernur Sumatera Utara
1988−1998
Diteruskan oleh:
Tengku Rizal Nurdin