Arsitektur Jepara

Revisi sejak 11 Agustus 2016 14.13 oleh Dj Ran (bicara | kontrib)

Arsitektur Jepara adalah arsitektur yang digunakan oleh masyarakat Jepara. Arsitek Jepara telah ada dan berlangsung sejak Kerajaan Kalingga. Arsitektur Jepara yang terkenal pada tahun 700 masehi.

Berkas:Pemandangan Anjungan Rumah Adat Jepara.JPG
Arsitektur Jepara
Berkas:Anjungan Rumah Adat Jepara 5.JPG
Gapura Arsitektur Jepara
Berkas:Taman khas Jepara di Anjungan Rumah Adat Jepara di Puri Maerokoco.JPG
Taman khas gaya Arsitektur Jepara di Puri Maerokoco
Berkas:Taman di Anjungan Rumah Adat Jepara.JPG
Taman khas gaya arsitektur Jepara di Puri Maerokoco
Berkas:Taman khas Jepara di Anjungan Rumah Adat Jepara Puri Maerokoco.JPG
Taman khas gaya arsitektur Jepara di Puri Maerokoco

Pada masa Kerajaan Kalingga arsitektur Jepara terbilang mewah ibu kota kerajaan dikelilingi benteng yang terbuat dari tonggak kayu, bangunan istana kerajaan yang bertingkat, Atap dari pohon aren, Singgasana dari gading gajah.

Pada masa Kerajaan Kalinyamat arsitektur Jepara mengalami kemajuan terutama dalam bidang ukir-ukiran. Tepatnya ketika Tjie Bin Thang (Toyib) dan ayah angkatnya yaitu Tjie Hwio Gwan pindah ke Jawa (Jepara), Ketika Tjie Bin Thang (Toyib) menjadi sultan di sebuah Kerajaan Kalinyamat, dimana Toyib menjadi raja bergelar Sultan Hadlirin dan Tjie Hwio Gwan menjadi patih bergelar Sungging Badar Duwung. Tjie Hwio Gwan mengajarkan seni ukir kepada penduduk Jepara, sehingga arsitektur rumah di Jepara dihiasi ornamen-ornamen ukir karena warga Jepara yang trampil dalam seni ukir, bahkan kini produk furniture kayu ukiran Jepara dikenal keseluruh dunia.

Joglo Jepara

Joglo Jepara adalah Rumah Adat Jepara merupakan salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Jepara. Rumah Adat Jepara memiliki atap genteng yang disebut “Atap Wuwungan”. Jenis bangunan ini merupakan bangunan tradisional di daerah Jepara dan sampai saat ini masih banyak dijumpai.

Ciri khusus arsitektur bangunan ini adalah :

  • Bahan bangunan terbuat dari kayu dengan dinding kayu berukir
  • Memiliki 4 buah tiang di tengah bangunan
  • Atap dari genting dan khusus kerpus memiliki motif ukiran gambar wayang.

Adapun konsep falsafah dari bangunan joglo ini adalah:

  • Menghadap ke laut dengan maksud agar berpikiran luas
  • Membelakangi gunung dengan maksud agar tidak congkak dan tinggi hati
  • Atap berujud pegunungan dengan maksud religius yaitu Tuhan di atas dan berkuasa atas segalanya
  • Tiga buah pintu di depan merupakan perwujudan hubungan antara:
  1. Manusia dengan Tuhan
  2. Manusia dengan manusia
  3. Manusia dengan alam
  • Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes.

Genteng

Atap dari genteng dan khusus kerpus memiliki motif ukir gambar wayang. Adapun konsep falsafah dari bangunan joglo ini adalah:

  • Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes.

Masjid

Masjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid.

relief

Didirikan dengan lantai tinggi ditutup dengan ubin bikinan Tiongkok, dan demikian juga dengan undak-undakannya. Semua benda tersebut didatangkan dari Makao. Bangunan atap termasuk bubungan adalah gaya Tiongkok. Dinding luar dan dalam dihiasi dengan piring tembikar bergambar biru, sedang dinding sebelah tempat imam dan khatib dihiasi dengan relief-relief persegi.

Salah satu ciri masjid ini adalah reliefnya. Beberapa di antaranya memiliki pola tanaman yang membentukkan rupa makhluk hidup, sehingga tidak dapat dikat