Pandji Wisaksana
Pandji Wisaksana (Phan Wan Sin, lahir 27 Juni 1925)[1] adalah seorang filantropis dan pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa.[2] Semasa hidupnya, dia dikenal sebagai Raja Plastik dan Bapak Pralon karena merupakan orang pertama yang memperkenalkan pipa plastik di Indonesia.[3] Perusahaan Plastic Pioneer Ltd. yang didirikannya merupakan salah satu perusahaan besar di Indonesia dan menjual berbagai barang kebutuhan sehari-hari dari bahan plastik.[2]
Pandji Wisaksana | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Phan Wan Sin 27 Juni 1925 Bandung, Jawa Barat, Indonesia |
Suami/istri | Trijuani |
Anak | Shintawati Pandji Santoso Pandji Setiawati Pandji Satria Laksmana Pandji Charles Pandji |
Sunting kotak info • L • B |
Kehidupan pribadi
Pandji Wisaksana dilahirkan di Bandung pada 27 Juni 1925. Ayah bernama Phan Jam Soe bekerja sebagai pedagang kelontong dan minuman di Bandung.[2] Sebelumnya, Phan Jam Soe bekerja pada industri pertambangan di Bangka-Belitung hingga mengakibatkan kebutaan.[4] Sebelum penjajahan Jepang, Pandji sempat bersekolah di THHK dan English school di Bandung namun sempat terhenti dan kemudian dilanjutkan kembali hingga memperoleh gelar Sarjana dari Universitas 17 Agustus, Jakarta.[1] Sebelum lulus dari Fakultas Bisnis Administrasi, Universitas 17 Agustus, Pandji pernah berkuliah di Fakultas Sosial, Ekonomi, Politik, Universitas Indonesia.[5] Pada zaman penjajahan Jepang, Pandji membantu keluarganya berjualan hasil bumi dan menjadi wartawan Bandung Herald, surat kabar harian berbahasa Mandarin pertama di Bandung.[5] Saat itu, Pandji juga membantu Palang Merah Indonesia dan mengumpulkan berbagai berita mengenai keadaan saat itu.[5] Pada 28 Agustus 1946, Pandji menikah dengan Trijuani dan memiliki 5 orang anak yang bernama Shintawati Pandji (1948), Santoso Pandji (1949), Setiawati Pandji (1951), Satria Laksmana Pandji (1952), dan Charles Pandji (1959-1980;meninggal saat berusia 21 tahun akibat kanker tulang).[6] Di waktu senggangnya, Pandji memiliki hobi renang, golf, dan piknik.[3]
Bisnis
Karier Pandji sebagai seorang pengusaha dimulai dengan berdagang hasil bumi seperti tapioka, lada, dan tembakau di rumahnya, Jalan Patekon no.36 (sekarang Jalan Perniagaan).[2] Pandji mulai berbisnis dengan menjadi agen tunggal produksi ban laju yang bekerja sama dengan seorang pengusaha Cekoslovakia.[2] Pada tahun 1954, Pandji berkenalan dengan haking Wong, pengusaha sikat gigi dari Hongkong dan kemudian keduanya mendirikan perusahaan sikat gigi merek Haking di Jakarta.[5] Setelah itu, dia mendirikan Mulia Knitting dan Siliwangi Knitting yang didirikan atas tawaran dari paman dan sepupunya.[7] Pandji juga merupakan pendiri dari PT Plastik Tjahaya Mulia dan PT Prakarsa yang sama-sama memproduksi pipa plastik pertama di Indonesia.[7] Pada tahun 1964, Pandji mendirikan PT Pioneer Plastic LTd., kemudian PT Asia New Industry (1969), PT Vitafoam Indonesia (1975), dan PT Pioneer Kimia Agung (1978).[7] Pada saat terjadi krisis moneter, Pandji melepas 100% sahamnya di PT New Asia Industry, 10% saham PT Hoechst Cilegon Kimia, dan menutup PT Pioneer Kimia Agung.[7] Hal ini dilakukan untuk mendapatkan suntikan modal bagi usaha utamanya, PT Pioneer Plastik dan strategi tersebut mampu membuat usaha utamanya bertahan dan berkembang.[7] Kesuksesannya di bisnis yang digelutinya mengantarkan Pandji memperoleh penghargaan Pengusaha Teladan di Jakarta tahun 1977 dan Satya Lencana Pembangunan dari Presiden Soeharto tahun 1983.[3] Pada tahun 1983 itu, Pandji juga memperoleh gelar doctor honoris causa dari Universitas Florida dan dari Menteri Sosial (1999).[5] Selain itu, Pandji juga diakui oleh dunia internasional dengan penghargaan Asia Awards tahun 1981.[3] Pandji juga seringkali diangkat untuk memimpin berbagai asosiasi bisnis, yaitu:
- Ketua Umum Asosiai Industri Plastik Indonesia (APINDO) (1977-1983),
- Ketua Kehormatan Apindo (1983-2001),
- Ketua dan Pendiri Asean Federation of Plastis Industries (1981-1983),
- Ketua I Federasi Industri Plastik Indonesia (FIPlASIN) (1981-1983).[2]
Kegiatan Sosial dan Pendidikan
Pandji Wisaksana dikenal sebagai seorang filantropis yang aktif dan ini terlihat ketika dia bergabung dengan Lions Club tahun 1971.[4] Dia membagikan 10.000 tongkat putih untuk tuna netra, menggelar kampanye kepedulian pada orang buta, menggalang dana, dan ikut dalam proyek Flying Eye Hospital.[4] Proyek tersebut merupakan kerja sama dengan Amerika berupa sebuah pesawat DC-8 yang diubah menjadi rumah sakit untuk bedah mata.[4] Hasil penjualan biografi dirinya juga disumbangkan untuk mengobati katarak pada orang miskin sehingga kebutaan dapat dihindari.[4] Kenangannya akan ayahnya yang tuna netra membawa Pandji banyak terlibat dalam kegiatan sosial mengatasi kebutaan, seperti pendirian Bank Mata pada tahun 1968 bekerja sama dengan Nani Ali Sadikin.[4] Dalam dunia pendidikan, Pandji aktif di dalam Yayasan Trisakti dan ikut berperan ketika Trisakti terancam menderita defisit pada tahun 1981.[2] Melalui kolega-koleganya, dia menggalang dana untuk mengatasi kesulitan universitas tersebut.[2] Pandji juga memprakarsai berdirinya program magister dan doktor untuk Fakultas Ekonomi yang bekerja sama dengan Nova University, Amerika.[2]
Referensi
- ^ a b Leo Suryadinata (1995). Prominent Indonesian Chinese: biographical sketches. Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 978-981-3055-04-9.Hal.225
- ^ a b c d e f g h i Wibowo I, Wresti C, Wibisono A. (2006). Biografi Pandji Wisaksana: Mata Hati Sang Pioneer Indonesia. Gramedia. ISBN 978-979-22-2362-0.
- ^ a b c d "Pandji Wisaksana".
- ^ a b c d e f "Pandji Wisaksana". hlm. 27 Juni 2009.
- ^ a b c d e Sam Setyautama, Suma Mihardja (2008). Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia. Kepustakaan Popuer Gramedia. ISBN 978-979-9101-25-9.Hal.306-307
- ^ Wibowo I, Wresti C, Wibisono A. (2006). Biografi Pandji Wisaksana: Mata Hati Sang Pioneer Indonesia. Gramedia. ISBN 978-979-22-2362-0. Hal.202-203
- ^ a b c d e Wibowo I, Wresti C, Wibisono A. (2006). Biografi Pandji Wisaksana: Mata Hati Sang Pioneer Indonesia. Gramedia. ISBN 978-979-22-2362-0. Hal.24-40