Nursultan Nazarbayev

politisi Kazakhstan
Revisi sejak 9 Desember 2005 04.54 oleh Borgx (bicara | kontrib) (more interwiki)

Nursultan Abishuly Nazarbayev (lahir 6 Juli 1940 di Chemolgan, Kazakhstan) adalah pemimpin Kazakhstan saat ini. Ia memimpin wilayah itu sejak tahun 1989 dan berlanjut setelah Kazakhstan terpecah dari Uni Soviet pada tahun 1990. Di bawah pimpinan Mikhail Gorbachev, ia menjadi Republik Soviet Sosialis Kazakh. Pernikahannya dengan Sara Alpysovna Nazarbayeva melahirkan tiga anak perempuan, masing-masing; Dariga, Dinara, dan Aliya. Ia mengawali perpindahan administrasi dari Almaty ke Astana.

Semula, ia dipilih hanya untuk masa jabatan empat tahun. Pada masa jabatannya di tahun 1998, ia mengeluarkan dekrit yang membuatnya tetap berkuasa sekurangnya 7 tahun kemudian. Ia mengambil kebijakan jalur yang seimbang, yaitu pro-Barat dan berupaya mempertahankan dukungan Rusia.

Di bawah kepemimpinannya, Kazakhstan dikenal sebagai pemilik cadangan minyak terbesar di luar Timur Tengah, yakni 29 miliar barrel. Ini diperkirakan berlipat dua pada dekade berikutnya, sehingga mendatangkan pebisnis-pebisnis luar negeri. Chevron dan ExxonMobil dari Amerika Serikat, Total dari Perancis, Gazprom dan Lukoil dari Rusia, serta Chinese National Petroleum Company dari Cina. Semuanya menunggu dalam mengeksploitasi minyak. Ladang minyak Tengiz dan Kazhagan yang dibukanya menguntungkan Kazakhstan.

Cina bahkan merancang jalur pipa sepanjang 1.000 km untuk mengalirkan minyak dari Atasu di Kazakhstan ke Propinsi Xinjiang (Cina). Dengan posisi tersebut, Barat seperti menutup mata atas pelanggaran HAM (Hak Azasi Manusia), kediktatoran, dan praktik KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Dukungannya terhadap Amerika Serikat yang berupa penyediaan wilayah udara dilalui pesawat-pesawat AS yang menuju medan pertempuran di Afganistan. Padahal, pada saat yang sama, Kazakhstan menjadi anggota Shanghai Cooperation Organisation (SCO) bersama Cina, Rusia, dan beberapa negara Asia Tengah yang menginginkan Amerika Serikat keluar dari wilayah itu.

Di dalam negeri, ia mengadopsi kebijakan yang mirip dengan Cina. Ia mengambil jalur pembangunan ekonomi kapitalisme tanpa liberalisasi politik. Ia berhasil mengubah Kazakhstan yang terpencil di wilayah Asia Tengah menjadi sebuah negara berkekuatan minyak dunia. Ketika masih bergabung dengan Uni Soviet, Kazakhstan hanya dikenal karena masakan khasnya daging kuda dan kerusahan lingkungan. Kazakhstan kemudian menjadi negara paling makmur di antara negara-negara Asia Tengah. Dengan cadangan minyak 29 miliar barel menjadi negara pemilik cadangan minyak terbesar di luar kawasan Timur Tengah.

Seiring meningkatnya kesejahteraan ekonomi, ia juga menerapkan kebijakan-kebijakan politik tersentralistis. Ada orang-orang yang terbuka wawasannya dalam berpolitik dan menginginkan perubahan kepemimpinan serta terilhami kesuksesan revolusi di Ukraina, Georgia, dam Kirgistan. Ia menerapkan kebijakan-kebijakan yang keras dan mengambil alih surat kabar yang kritis. Kelompok oposisi memainkan isu KKN dan pelanggaran HAM. Bahkan, ia juga dituduh mempraktikkan KKN.

Memang, Dariga menjadi anggota parlemen yang kuat serta memiliki emporium media. Suami Dariga juga seorang Deputi Menteri Luar Negeri. Akan kedua bernama Dinara menguasai Halyk Bank (Bank Rakyat) dan suaminya (Kulibayev) adalah Deputi Pemimpin Perusahaan Energi Kazmunaigaz milik negara. Aliya adalah pemilik perusahaan properti mewah. Saudara ipar Nazarbayev menguasai perusahaan percetakan surat kabar dan berupaya memblokir surat kabar yang suka mengkritik.

Pemilu 2005

Isu yang dimainkan Presiden Nazarbayev pada pemilu presiden 4 Desember 2005 adalah "ekonomi dulu, politik belakangan". Sementara, calon oposisi Zharmakhan Tuyakbai memainkan isu KKN dan pelanggaran HAM serta mengantisipasi adanya kecurangan. Ia dinyatakan memenangi pemilu itu dengan meraih 91,01% suara. Calon presiden Zharmakan Tuyakbai meraih 6,64%, Alikhan Abilkasymov dari Partai Komunis Rakyat memperoleh 0,38%, dan Mels Yeleusizov yang mewakili gerakan lingkungan hidup mendapat 9,32% suara pemilih.

Pengumuman kemenangan yang disampaikan Ketua Komisi Pemilihan Umum Pusat Onalsyn Zhumabekov disambut protes oleh kubu oposisi dengan tuduhan terjadi kecurangan dalam proses pemungutan suara. Para pemantau asing menyatakan terjadi pengisian kotak suara dengan surat suara yang tidak sah serta aksi intimidasi terhadap para petugas pemantau pemilu dari kubu oposisi.

Dalam pernyataan yang keras, Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) menyatakan, ke-460 orang staf pemantau mencatat ada beberapa perbaikan. Tetapi, banyak kecurangan yang mengakibatkan kecil kemungkinan terjadi kompetisi yang berarti. Pengamat asing juga menyatakan bahwa pemilu presiden tak memenuhi standart internasional bagi sebuah pemilu yang demokratis. Para pengamat asing sepakat bahwa proses pemilu memburuk pada saat dilakukan penghitungan suara.