Tonah

pemeran perempuan asal Indonesia
Revisi sejak 24 Februari 2017 10.18 oleh Gurniadi (bicara | kontrib)

Templat:Infobox artis indonesia Hj.Tonah yang lahir pada 17 April 1962 merupakan pemeran wanita di Indonesia. Sinetron pertama yang dibintanginya yaitu "Si Doel Anak Sekolahan" tahun 1993.

Deskripsi

Memerankan tokoh antagonis dalam serial Si Doel Anak Sekolahan, nama Tonah kian berkibar di jagat seni peran. Melalui serial yang melegenda itu, kualitas akting Tonah ternyata tidak kalah bernas dibanding artis sinetron dan bintang film layar lebar lainnya. Dalam serial ini, Tonah tidak hanya beradu akting dengan artis senior seperti Aminah Cenderakasih. Tapi juga dengan Maudy Koesnaedi yang memerankan tokoh Zaenab, sang anak dan T.B Maulana yang berperan sebagai sang suami.

Tonah termasuk di antara pekerja seni yang mengalami pasang surut dunia hiburan. Dia terbilang sukses mempertahankan eksistensinya. Lebih-lebih dalam rnang lingkup kesenian tradisional Betawi, nama Tonah tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Dia setia. Dia tetap bertahan di tengah gempuran seni kotemporer dan masuknya budaya global yang terus mengancam seni tradisi yang begitu dia cintai. Begitu setianya dia pada Lenong dan Gambang Kromong,

sampai-sampai dia sendiri lupa sejak kapan sebenamya dia jatuh cinta pada seni tradisi Betawi itu. Yang dia tahu tidak lain adalah, dia lahir dan tumbuh dari lingkungan keluarga seniman. Kakeknya, adalah pemilik grup Tanjidor Gajen dan ayahnya, M. Tohir, adalah pemimpin Orkes Melayu Bumi Agung. Sembilan saudara kandungnya yang semua perempuan, juga terjun sebagai pemain lenong. Lalu suaminya, M. Nasir, adalah pemain dan pimpinan Grup Lenong Sinar Jaya. Dengan riwayat singkat itu, darah seni yang mengalir di tubuh Tonah begitu kental dan dia tidak pernah berpikir untuk berpaling dari dunia hiburan yang sekaligus Juga berarti menjaga seni budaya Betawi itu dari ancaman kepunahan.

Pada usia tujuh tahun Hj. Tonah mengaku sudah nyanyi Jampang. Kemudian dia bergabung dengan Gambang Kromong lrama Persatuan pimpinan Tun Jim Swie yang berlokasi di daerah Pecah Kulit. Pada peresmian taman air mancur Beos oleh Gubernur Ali Sadikin sekitar era tahun 70an, Tonah sudah mulai tampil dengan aksi panggungnya. Berbagai prestasi juga pernah dia raih. Di antaranya Juara 1 Festival Lenong Departemen Penerangan memperebutkan piala Harmoko, dan Juara 3 Teater Hiburan Rakyat bersama Nazar Amir.

Kesenian tradisional Betawi jangan sampai terlihat hanya seperti pajangan di tengah perkembangan kota Jakarta. Hal itu pernah diungkapkan Hj. Tonah dalam salah satu wawancaranya dengan media ibu kota. Sebab hal itu akan berkait dengan kesejahteraan seniman dan kelangsungan hidup kesenian itu sendiri.

Berangkat dari tekadnya untuk tetap bisa memberdayakan kesenian dan para seniman Betawi, Tonah terus bergerak, menggedor pihak-pihak terkait agar mau ikut mempromosikan kesenian Betawi. Di samping kesibukan manggungnya dia juga aktif dalam kegiatan organisasi seperti MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong), organisasi Permata, dan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB).

Kesempatan berperan dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan dimaanfaatkan Hj. Tonah untuk mengekplor kemampuan aktingnya. Melalui sinetron yang monumental itu boleh dibilang Tonah dan rekan-rekannya berhasil mengangkat citra seniman Betawi yang tidak hanya mampu berkoar di panggung lenong.

Tak hanya di dalam kota, Tonah Juga selalu memanfaatkan peluang untuk bisa membawa grupnya dan mengenalkan kesenian asli Betawi ke luar daerah. Antara lain dia pernah mengikuti Festival Lenong di Nusa Tenggara Barat (NTB), dan ikut dalam misi pariwisata ke Thailand. "Pokoknya apapun kalau buat Betawi, saya bakal jabanin," ltulah yang selalu diutarakannya.

Sepeninggal suaminya. M. Nasir, Hj. Tonah mengambil alih kepemimpinan sanggar kesenian lenong dan gambang kromong Sinar Jaya. Hj. Tonah tidak hanya mengupayakan job bagi para seniman yang menggantungkan kesejahteraan hidup di sana, juga melakukan pelatihan kepada seniman muda. Harapannya, agar regenerasi itu tidak berhenti. Bukan hanya anak-anak Betawi yang dia bina, juga anak-anak dari etnis lain yang ingin belajar kesenian Betawi.

Suatu waktu , ia mengatakan bahwa kesenian tradisional asli Betawi nampaknya seperti pajangan. Sayangnya hal ini tidak diberdayakan secara baik oleh Pemprov DKI Jakarta. Padahal seharusnya, Pemprov DKI Jakarta minimal memberikan fasilitas berupa gedung kesenian. Sehingga, seluruh seniman Betawi ini bisa berkiprah lebih banyak dalam melestarikan kesenian Betawi. "Pemerintah Bandung saja mau menyediakan Gedung Miss Cici, di daerah-daerah lain juga ada. Kenapa kita tidak ada," ujar kata perempuan yang oleh kerabat dan teman-temanya biasa disapa Mpok Tonah ini.

Istri (alm) H Nasir ini berharap, Pemprov DKI Jakarta bisa memberikan porsi yang lebih pada seniman-seniman Betawi. Sehingga, kesejahteraan seniman Betawi bisa lebih baik. "Kalau bisa kesenian Betawi dipromosiinlah, tetapi jangan lupa seniman asli Betawi juga diajak untuk ngisi acara?" seloroh Mpok Tonah dengan logat Betawi-nya yang kental .

Sinetron

Referensi