Identitas gender
Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh RXerself (Kontrib • Log) 2850 hari 164 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Identitas gender adalah bagaimana pikiran dan rasa seseorang mengenai gendernya sendiri.[1] Identitas gender seseorang dapat selaras dengan seksnya yang ditunjuk saat lahir atau justru sepenuhnya berbeda.[2] Seluruh masyarakat memiliki serangkaian kategori gender yang berperan sebagai dasar pembentukan identitas sosial seseorang serta dalam hubungannya dengan orang lain.[3] Di kebanyakan masyarakat, perbedaan yang paling sederhana ada pada sifat-sifat yang terkait dengan gender laki-laki dan perempuan[4] yang disebut pula sebagai binari gender yang dianut oleh kebanyakan orang. Gagasan tersebut juga mendorong penyesuaian hal-hal yang dinilai maskulin dan feminin di segala aspek seks dan gender: seks biologis, identitas gender, dan ekspresi gender.[5] Sementara itu, di beberapa masyarakat terdapat individu-individu yang tidak mengidentifikasi dirinya terhadap sebagian atau keseluruhan dari aspek gender yang ditunjuk kepada mereka berdasarkan seks biologis mereka.[6][7] Beberapa dari individu tersebut tergolong sebagai orang transgender atau genderqueer. Di beberapa masyarakat lainnya pula, terdapat kategori gender ketiga.
Inti dari identitas gender seseorang umumnya terbentuk saat usia tiga tahun.[8][9] Setelah usia tiga tahun, akan sangat sulit untuk mengubah identitas gender[8] sementara jika dilakukan usaha pengubahan dapat menyebabkan timbulnya disforia gender.[10] Baik faktor biologis maupun faktor sosial telah digagas sebagai hal yang berpengaruh dalam pembentukan identitas gender.
Waktu pembentukan
Terdapat beberapa teori mengenai kapan dan bagaimana identitas gender seseorang tebentuk. Akan tetapi, penelitian yang selama ini dilakukan terbilang sulit karena kemampuan berbicara anak-anak yang terbatas menyebabkan peneliti harus membuat asumsi berdasarkan bukti tidak langsung. John Money menyebutkan bahwa anak-anak mungkin memiliki kesadaran serta keterikatan terhadap gender mulai antara usia sedini 18 bulan hingga dua tahun. Lawrence Kohlberg di sisi lain mengatakn bahwa identitas gender belum terbentuk hingga umur tiga tahun.[10] Hal yang telah dipahami secara luas adalah bahwa inti dari identitas gender telah terbentuk kokoh pada usia tiga tahun.[8][9][10] Beberapa sumber lain sementara itu menyebutkan bahwa identitas gender terus terbentuk pada usia 3-4 tahun.[11] Pada titik inilah anak-anak dapat membuat pernyataan tegas mengenai gender mereka[10][12] dan cendorong untuk memilih aktivitas dan mainan yang dinilai sesuai dengan gender mereka[10] (seperti boneka untuk perempuan dan balok bangunan untuk laki-laki),[13] walaupun mungkin mereka belum mengerti implikasi dari gender yang mereka miliki.[12] Setelah usia tiga tahun, identitas gender inti sangat sulit untuk diubah[8][14] sementara usaha untuk mengubahnya dapat menimbulkan disforia gender.[10][15] Pembentukan akhir identitas gender ada pada rentang usia anak empat[14] hingga enam tahun[10][16] dan terus berlanjut ke masa remaja.[14]
Martin dan Ruble (2004) merumuskan proses perkembangan tersebut ke dalam tiga tahap yaitu (1) pada masa kanak-kanak dan balita, anak mempelajari karakteristik-karakteristik serta aspek dari gender, (2) pada sekitar umur 5–7 tahun, identitas terbentuk dan menjadi rumit, dan (3) setelah "puncak kerumitan" tersebut, fluiditas kembali dan peran-peran gender yang selama ini telah ditentukan di lingkungan mengendur.[17] Newmann (2014) sementara itu mengajukan empat tahapan yaitu (1) pemahaman konsep gender, (2) pembelajaran oleh anak mengenai standar dan stereotip peran gender, (3) identifikasi terhadap orang tua, dan (4) pembentukan preferensi gender.[12]
Faktor yang mempengaruhi pembentukan
Alam lawan asuhan
Walaupun pembentukan identitas gender belum dapat diketahui secara keseluruhan, terdapat beberapa faktor yang telah disebut memiliki engaruh di dalam perkembangan pembentukannya. Salah satu yang paling utama adalah sejauh mana identitas gender ditentukan oleh faktor sosial atau faktor lingkungan dan sejauh mana juga faktor lahiriah atau biologi berpengaruh. Hal tersebut menjadi perdebatan di kalangan psikolog dan dikenal dengan istilah nature versus nurture (alam lawan asuhan). Kedua faktor masing-masing dianggap memiliki peran. Faktor biologis yang mempengaruhi identitas gender di antaranya adalah tingkat hormon sebelum dan pascakelahiran.[18] Gen juga mempengaruhi identitas gender[19][20] namun tidak menentukannya secara pasti.[21]
Faktor sosial yang dapat mempengaruhi identitas gender di antaranya adalah gagasan mengenai peran gender yang digambarkan oleh keluarga, figur penguasa, media, dan orang-orang lain yang berpengaruh di dalam kehidupan anak.[22] Ketika anak dibesarkan oleh individu yang menganut paham tentang peran gender yang ketat, mereka cenderung akan bersikap yang sama dan menyamakan identitas gender mereka dengan pola peran gender stereotip di sekitar mereka tersebut.[23] Bahasa juga memiliki peran. Saat anak-anak mempelajari bahasa dan cara berbicara, mereka juga mengikuti jika terdapat pembedaan antara karakteristik maskulin dan feminin serta tanpa sadar juga menyesuaikan perilaku mereka.[24] Teori pembelajaran sosial mengatakan bahwa anak-anak lebih lanjut mengembangkan identitas gender mereka dengan mengobservasi dan meniru perilaku yang terkait dengan suatu gender. Mereka juga menerima respon positif seperti hadiah atau pujian atau respon negatif seperti hukuman dari perilakunya[25] sehingga dengan demikian mereka dibentuk oleh orang-orang di sekitar mereka dengan cara meniru atau mengikuti.[26]
Contoh terkenal dalam perdebatan alam atau asuhan adalah kasus David Reimer yang dikenal pula sebagai kasus John/Joan. Saat ia masih bayi, Reimer merupakan korban dari malpraktik dan kelamin laki-lakinya harus diangkat. Psikolog John Money meyakinkan orang tua Reimer untuk membesarkannya sebagai perempuan. Reimer pun dibesarkan sebagai perempuan, mengenakan pakaian perempuan dan dikelilingi mainan perempuan, tetapi ia tidak merasa bahwa ia seorang perempuan. Setelah percobaan bunuh dirinya pada usia 13 tahun, Reimer mengetahui bahwa ia lahir dengan kelamin laki-laki. Setelah itupun ia menjalani operasi rekonstruksi genitalia.[27] Kasus Reimer berlawanan dengan hipotesis Money bahwa biologi tidak memiliki peran dalam identitas gender maupun orientasi seksual.[28]
Referensi
- ^ Morrow, D. F.; Messinger, L., ed. (2006). Sexual Orientation and Gender Expression in Social Work Practice. Columbia University Press. hlm. 8. ISBN 0231501862.
Gender identity refers to an individual's personal sense of identity as masculine or feminine, or some combination thereof
- ^ "Sexual Orientation and Gender Identity Definitions". Human Rights Campaign.
- ^ Moghadam, V. M. (1992). "Patriarchy and the Politics of Gender in Modernizing Societies: Iran, Pakistan and Afghanistan". International Sociology. 7 (1): 35–53. doi:10.1177/026858092007001002.
All societies have gender systems.
- ^ Carlson, N. R.; Heth, C. D. (2009), "Sensation", dalam Carlson, N. R.; Heth, C. D., Psychology: the Science of Behaviour (edisi ke-4th), Pearson, hlm. 140–141, ISBN 9780205645244.
- ^ Eller, J. D. (2015). Culture and Diversity in the United States: So Many Ways to Be American. Routledge. hlm. 137. ISBN 1317575784.
... most Western societies, including the United States, traditionally operate with a binary notion of sex/gender...
line feed character di|title=
pada posisi 44 (bantuan) - ^ MacKenzie, G. O. (1994). Transgender Nation. Bowling Green State University Popular Press. hlm. 43. ISBN 0879725966.
... transvestites existed in almost all societies.
- ^ Zastrow, C. (2013). Introduction to Social Work and Social Welfare: Empowering People. Brooks Cole. hlm. 234. ISBN 128554580X.
There are records of males and females crossing over throughout history and in virtually every culture. It is simply a naturally occurring part of all societies.
- ^ a b c d Kalbfleisch, P. J.; Cody, M. J. (1995). Gender, Power, and Communication in Human Relationships. Psychology Press. ISBN 0805814043. Diakses tanggal 3 Juni 2011.
- ^ a b Gallagher, A. M.; Kaufman, J. C. (2005). Gender Differences in Mathematics: An Integrative Psychological Approach. Cambridge University Press. ISBN 0-521-82605-5.
- ^ a b c d e f g Boles 2013, hlm. 101-102.
- ^ Bryjak, G. J.; Soraka, M. P. (1997). Sociology: Cultural Diversity in a Changing World. Allyn & Bacon. hlm. 209–245.
- ^ a b c Newmann, B. (2014). Development Through Life: A Psychosocial Approach. Cengage Learning. hlm. 243. ISBN 9781111344665.
- ^ Doob, C. B. (2012). Social Inequality and Social Stratification in US Society. Routledge.
- ^ a b c Kleeman, J. A. (1971). "The establishment of core gender identity in normal girls. I.(a) Introduction;(b) Development of the ego capacity to differentiate". Archives of Sexual Behavior. 1 (2): 103–116. doi:10.1007/BF01541055.
Though gender identity formation continues into young adulthood and core gender identity establishment extends into the fourth year and possibly longer, core gender identity is fairly firmly formed by age 3[.]
- ^ Coleman, E. (1982). "Developmental stages of the coming out process". Journal of Homosexuality. 7 (2-3): 31–43.
Core gender and sex-role identities are well-formed by the age of 3 (Money & Ehrhardt, 1972). This is believed because attempts to reassign gender identity after age 3 result in further gender dysphoria.
- ^ Stein, M. T.; Zucker, K. J.; Dixon, S. D. (1997). "Sammy: Gender Identity Concerns in a 6-Year-Old Boy". Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics. 18 (3): 178–182.
- ^ Martin, C.; Ruble, D. (2004). "Children's Search for Gender Cues Cognitive Perspectives on Gender Development". Current Directions in Psychological Science. 13 (2): 67–70. doi:10.1111/j.0963-7214.2004.00276.x.
- ^ Zhu, Y. S.; Cai, L. Q. (2006). "Effects of male sex hormones on gender identity, sexual behavior, and cognitive function". Zhong Nan Da Xue Xue Bao, Yi Xue Ban (Journal of Central South University, Medical Sciences). 31 (2): 149–161.
- ^ Money, J. (1994). "The concept of gender identity disorder in childhood and adolescence after 39 years". Journal of Sex and Marital Therapy. 20 (3): 163–77. doi:10.1080/00926239408403428. PMID 7996589.
- ^ "Genes Influence Gender Identity". Psychology Today. 24 Oktober 2003.
- ^ Golombok, S.; Fivush, R. (1994). Gender Development. hlm. 44. ISBN 0521408628.
When assigned and raised as boys, these genetic girls adopt a male gender identity and role, showing that a Y chromosome is not necessary for gender development to proceed in a male direction.
- ^ Henslin, J. M. (2001). Essentials of Sociology. Taylor & Francis. hlm. 65–67, 240. ISBN 0-536-94185-8.
- ^ Oswalt, A. (9 Juni 2010). "Factors Influencing Gender Identity". MentalHelp.net.
- ^ Williams, M. (2011). "Cultural identity, language identity, gender identity". English Academy Review. 28 (1): 1–4. doi:10.1080/10131752.2011.573998.
- ^ Myers, D. G. (2008). Psychology. Worth Publishers.
- ^ Martin, C. L.; Ruble, D. N.; Szkrybalo, J. (2002). "Cognitive theories of early gender development". Psychological Bulletin. 128 (6): 903–906. doi:10.1037/0033-2909.128.6.903. PMID 12405137.
- ^ Nolen-Hoeksema, S. (2014). Abnormal Psychology (edisi ke-6th). McGraw-Hill. hlm. 368. ISBN 9781308211503.
- ^ Martin, C.; Ruble, D.; Szkrybalo, J. (2002). "Cognitive Theories of Early Gender Development". Psychological Bulletin. 128 (6): 903–913. doi:10.1037/0033-2909.128.6.903. PMID 12405137.