Karate

Seni bela diri Jepang
Revisi sejak 26 Desember 2005 00.23 oleh Borgx (bicara | kontrib) ({{rapikan}})

Cara bermain Pertandingan karate dibagi atas dua jenis yaitu : 1. Komite (perkelahian) putera dan puteri 2. Kata (jurus) putera dan puteri Komite Komite dibagi atas komite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan berat badan dan komite beregu tanpa pembagian kelas berat badan (khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi serti, kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan. Kata Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan kata pilihan atau kata wajib dalam peraturan pertandingan. Luas Lapangan a. Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi. b. Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkan bahaya. Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan Karate 1. Pakaian Karate (karategi) untuk kontestan 2. Hand Protector 3. Obi (ikat pinggang) untuk kedua kontestan berwarna merah dan putih 4. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah : - Gum Shield - Body Protector untuk kontestan putri - Groin Protector untuk kontestan putera 5. Pluit untuk arbitrator/alat tulis 6. Seragam wasit/juri - Baju putih - Celana abu-abu - Dasi merah - Sepatu karet hitam tanpa sol 7. Scoring board 8. Administrasi pertandingan 9. Lampu merah, hijau, kuning sebagai tanda waktu pertandingan dengan pencatati waktu (stop watch). Induk Organisasi Di tahun 1964, salah seorang mahasiswa Indonesia yang telah menyelesaikan kuliahnya bernama Drs. Baud A.D. Adikusumo dan juga telah belajar karate yang mendapatkan sabuk hitam, kembali ke tanah air. Ia mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, dia mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia).