Basuki Gunawan

Revisi sejak 9 Juni 2017 09.05 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Basuki Gunawan (1929-2014) adalah sastrawan Indonesia. Basuki lahir di Banyumas, Jawa Tengah, 23 Desember 1929. Ia menerbitkan 5 cerpen dan 12 puisi di majalah Konfrontasi 1955-1956. Sebagai pengarang yang dianggap berhaluan kiri, dia terpaksa menetap di pengasingan di Belanda setelah terjadi peristiwa G 30 S/1965 hingga diameninggal dunia pada 2014. Pada 1965 itu ia sedang belajar di Belanda untuk menyelesaikan program doktor sosiologi di Universiteit van Amsterdam dan tidak bisa pulang ke Indonesia.

Meski karya Basuki tidak banyak, tapi amat kuat dan layak dikenang. Salah satu cerpennya dipilih Satyagraha Hoerip untuk masuk dalam antologi Cerita Pendek Indonesia (1986). Sejumlah puisinya telah diterjemahkan ke bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman serta diterbitkan dalam sejumlah antologi dan jurnal di Eropa, antara lain Modern Poetry in Translation (MTP) edisi musim semi 2016, antologi puisi Indonesia berbahasa Jerman Reis und Hahnenschrei (1957), dan Only Dust (1969).

Nama Basuki Gunawan memang tidak begitu dikenal di kalangan pemerhati sastra Indonesia karena ia hanya pernah menerbitkan karya-karyanya sekitar tahun 1950-an dan setelah itu ia menetap di Iuar negeri. Meskipun Basuki pada saat itu tidak terlalu produktif dalam berkarya (ia hanya pernah menerbitkan 5 cerpen, 12 sajak, dan 1 esai), karya-karya tersebut memiliki beberapa kelebihan, terutama cerpen-cerpennya. Keistimewaan cerpen-cerpen Basuki terlihat dari temanya yang bersifat filosofis.

Di dalam cerpen-cerpen Basuki terdapat dialog-dialog atau kalimat-kalimat yang mengingatkan pada ucapan atau pandangan hidup beberapa filsuf dan pengarang eksistensialis, di antaranya Franz Kafka, Fyodor Dostoyevsky, dan Nietzsche. Penggambaran situasi jiwa tokoh-tokohnya juga memanfaatkan gaya penulisan surealisme yang mempergunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud sebagai dasarnya. Kecenderungan di atas dapat dikatakan belum pernah dijumpai pada karya-karya para pengarang lain sebelumnya. Penulisan cerpen dengan ide-ide filosofis dan gaya penulisan nonkonvensional itukemudian dilanjutkan oleh Iwan Simatupang pada 1960-an. Karya-karya Basuki Gunawan sepatutnyalah tercatat pula sebagai bagian penting dari khazanah sastra Indonesia.

Basuki juga menulis sejumlah buku nonfiksi dalam bahasa Belanda, antara lain Indonesische studenten in Nederland (1966, diterbitkan dari tesis doktoral di Universiteit van Amsterdam) dan Kudeta staatsgreep in Djakarta: de achtergronden van de 30 September beweging in Indonesia (1968).