Citrānggada
Citrānggada adalah putera sulung pasangan Raja Santanu dan Satyawati dalam wiracarita Mahabharata. Semenjak Bisma (kakak tirinya) mengucapkan sumpah bahwa ia tidak akan menikah dan meneruskan tahta Hastinapura, Citrānggada menjadi raja menggantikan ayahnya dan pemerintahannya berhasil. Saat Citrānggada naik tahta, Hastinapura merasakan ketentraman, khususnya bagi Satyawati, namun hanya sesaat.
चित्राङद | |
---|---|
Tokoh dalam mitologi Hindu | |
Nama | Citrānggada |
Ejaan Dewanagari | चित्राङद |
Ejaan IAST | Citrāṅgada |
Gelar | Pangeran Kuru |
Kitab referensi | Mahabharata |
Asal | Hastinapura, Kerajaan Kuru |
Kediaman | Hastinapura |
Profesi | Raja |
Dinasti | Kuru |
Tanpa diduga, petaka muncul di Hastinapura. Surat tantangan diberikan oleh seorang raja gandarwa yang juga bernama Citrānggada. Ia marah karena merasa dua raja dengan nama yang sama tidak mungkin akan hidup bersama dalam satu zaman, maka ia berpikir bahwa salah satu di antaranya harus mati. Citrānggada putera Santanu menerima tantangan tersebut. Setelah itu, meletuslah pertempuran antara Citrānggada manusia dengan Citrānggada gandarwa di "medan Kuru" atau Kurukshetra. Setelah pertempuran besar terjadi selama tiga bulan, Citrānggada putera Santanu gugur dan kekuasaannya digantikan oleh adiknya, Wicitrawirya.
Sebelum wafat, Citrānggada belum menikah sehingga tidak memiliki keturunan.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, kata Citrānggada secara harfiah berarti "dihiasi dengan gelang-gelang yang indah".
Pranala luar
- (Inggris) Mahabharata Online.com
Didahului oleh: Santanu |
Dinasti Candra, keturunan Kuru Raja Hastinapura |
Diteruskan oleh: Wicitrawirya |