Apokrifon Kitab Kejadian

Revisi sejak 9 Mei 2018 00.09 oleh JohnThorne (bicara | kontrib) (Perbaikan)

Genesis Apocryphon atau Apokrifon Kitab Kejadian (juga disebut Apocryphon of Genesis; "Apokrif Kitab Kejadian"; "Apokrifa Kitab Kejadian"; asalnya disebut "Wahyu kepada Lamekh"; Apocalypse of Lamech) diberi label 1QapGen atau 1Q20, adalah satu dari tujuh Naskah Laut Mati yang pertama kali ditemukan dari gua nomor 1 di dekat Qumran, di Tepi Barat sungai Yordan. Ditulis dalam bahasa Aram, naskah ini terdiri dari 4 lembar kulit, dan merupakan yang paling tidak terawat dari tujuh naskah asli tersebut.[1] Naskah ini ditemukan di musim semi tahun 1947. Bersama dengan tiga naskah gulungan lainnya (Gulungan Yesaya A, Naskah Komentari Kitab Habakuk dan Buku Aturan Disiplin) gulungan ini dijual oleh orang Bedouin kepada Syrian Metropolitan, Mar Athanasius Yeshue Samuel, di biara St. Mark's Monastery, di kota tua Yerusalem. Tiga gulungan pertama dapat dibuka dengan mudah dan dipublikasikan oleh Millar Burrows untuk American Schools of Oriental Research dengan seijin Metropolitan, sementara gulungan yang keempat ini ternyata rapuh dan memerlukan penanganan khusus. Naskah itu berukuran 13,5 inci panjangnya dan 2,75 inci lebarnya di bagian terlebar di tengah. Karena suasana yang kurang aman, maka pada tahun 1948 naskah ini dipindahkan ke Suriah, Libanon dan akhirnya ke Amerika Serikat. Empat gulungan itu kemudian dijual melalui iklan di Wall Street Journal pada tanggal 1 Juni 1954, seharga $250.000,- kepada negara Israel dan akhirnya disimpan di "Shrine of the Books" di Yerusalem.[2]

Isi

Naskah ini mencatat pembicaraan antara tokoh Alkitab Lamekh dengan ayahnya Metusalah, dan kemudian putranya, Nuh, yaitu tokoh-tokoh yang disebut dalam Kitab Kejadian di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Naskah ini merupakan contoh dari kisah tambahan (apokrif) dari apa yang tertulis di Kitab Suci. Kisah yang ditulis pada kolom 2 sampai 5 bermula dari Kitab Kejadian pasal 5, terutama Kejadian 5:28–29, yaitu kelahiran Nuh. Kolom 6-17 berhubungan dengan Nuh, air bah, dan pembagian bumi di antara putra-putranya. Bagian ini dapat dibandingkan dengan Kitab Yobel pasal 4-9. Di kolom 18 dan 19 cerita bergeser kepada Abraham. Naskah ini berisi kepanjangan kisah yang sejajar dengan Kejadian 11 sampai Kejadian 14. Juga terdapat kesamaan bagian ini dengan bagian yang serupa dalam Kitab Yobel. Pada kolom 22, terdapat kutipan tidak langsung, di mana penyunting menggunakan pengerjaan ulang kisah dalam Kejadian sebagai lanjutan kisah sebelumnya, tetapi dalam sudut pandang orang ketiga, kecuali dalam kutipan pembicaraan.[3] Kolom 22 ini terputus di tengah alinea, sehingga diyakini bukan merupakan akhir dari naskah ini.[2]

Terjemahan

Terjemahan dari naskah ini dapat dilihat di situs ini yang dibuat oleh Blumenthal Professor of Judaic Studies John C. Reeves dari University of North Carolina, Charlotte . Berikut adalah rekonstruksi alternatif:[3]

Kolom 1

...turun ke bawah dan dengan para perempuan... dan juga misteri kejahatan, yang... misteri yang tidak kami ketahui... dam sebagai kutuk bagi semua daging...[4]

Kolom 2

Kemudian tiba-tiba aku berpikir dalam hatiku bahwa kehamilan ini dihasilkan oleh "malaikat pengawas" (bahasa Ibrani: iyryn‎; bahasa Inggris: Watchers) dan "mereka yang kudus" ("Holy Ones") dan oleh Nefilim dan hatiku resah di dalamnya karena anak ini. Lalu aku, Lamekh, segera mendekati Bath-Enosh, istriku, dan berkata kepadanya, "Demi Yang Mahatinggi ("Elyon"), Allah yang Agung, Raja segala dunia dan Pemerintah semua anak-anak Sorga, katakan kepadaku dengan sebenarnya dan tidak dengan dusta. Apakah benih di dalammu itu kepunyaanku?"

Lalu Bath-Enosh istriku berkata kepadaku dengan panas dan berkata, "Oh saudaraku, oh tuanku, ingatlah sukacitaku, tidur bersama dan jiwaku di dalam badannya. Dan aku berkata kepadamu semuanya ini dengan sebenarnya.

Hatiku kemudian resah di dalamnya, dan ketika Bath-Enosh, istriku, melihat bahwa wajahku berubah, lalu ia menguasai amarahnya dan berbicara kepadaku, katanya, "Oh tuanku, oh saudaraku, ingatlah sukacitaku! Aku bersumpah kepadamu demi Yang Maha Kudus yang Agung, Raja segala sorga, bahwa benih ini adalah kepunyaanmu dan kehamilan ini dari padamu. Buah ini ditanamkan olehmu dan bukan orang asing maupun "malaikat pengawas" maupun putra sorga. Mengapa wajahmu berubah demikian dan kecewa, dan mengapa rohmu demikian tertekan? Aku berkata kepadamu dengan sebenarnya."

Lalu aku, Lamekh, lari kepada Metusalah ayahku, dan aku mengatakan kepadanya semua hal ini. Dan aku memintanya pergi kepada Henokh, ayahnya, karena pastilah ia menerima semua pengajaran darinya. Karena ia orang yang dikasihi, dan ia berbagi bagian dengan para malaikat, yang mengajarkan kepadanya semua hal. Dan ketika Metuselah mendengar kata-kataku, ia pergi kepada Henokh, ayahnya, untuk belajar semua hal dengan sebenarnya darinya.

Ia pergi dengan segera ke Parwain dan ia menemukannya di sana dan ia berkata kepada Henokh, ayahnya, "Oh bapaku, oh tuanku, aku berkata kepadamu, janganlah marah kepadaku aku datang kemari ...

Kolom 19

Aku, Abraham mendirikan mezbah (di Betel) dan berseru kepada Allah, memuji-Nya. Aku kemudian pergi ke Gunung kudus dan ke Hebron ketika sedang dibangun, dan berdiam di sana selama 2 tahun. Karena ada kelaparan di tanah itu aku dan keluargaku berangkat ke Mesir di mana banyak terdapat makanan. Aku sampai ke sungai Karmon dan menyeberangi tujuh cabangnya. Kami meninggalkan tanah kami dan memasuki tanah anak-anak Ham, tanah Mesir.

Di malam hari kami memasuki Mesir, aku, Abraham, bermimpi; dan lihat, aku melihat dalam mimpiku sebuah pohoh kedar dan sebuah pohon palem (atau date). Ketika orang datang dan memotong pohon kedar, pohon palem itu berkeberatan, mengatakan bahwa mereka tumbuh dari akar yang sama. Pohon kedar itu tidak jadi dipotong. Aku menjadi takut akan mimpi itu dan mengatakannya kepada Sarai, istriku. Aku menjelaskan kepada Sarai bahwa orang-orang akan datang untuk mendapatkannya dan berusaha membunuhku. Aku memperingatkan Sara agar ia harus mengatakan kepada semua orang bahwa aku adalah saudaranya, supaya nyawaku selamat. Sara menjadi takut dan tidak mau pergi ke Zoan karena takut dilihat orang.

Lima tahun kemudian, penasehat-penasehat dari istana Mesir dan pembantu-pembantu Firaun Zoan datang, mendengar kabar tentang istriku. Mereka membawa hadiah-hadiah dan meminta bertemu denganku. Aku membacakan kepada mereka dari Kitab perkataan-perkataan Henokh.

Kolom 20

Orang-orang itu kembali kepada Firaun dan menceritakan tentang Sarai: wajahnya yang cantik, rambutnya yang lembut, matanya yang manis, hidungnya yang bagus dan mukanya yang bersinar. Herkanosh dan 2 temannya membandingkan Sarai lebih tinggi daripada para anak dara dan burung-burung, dan semua perempuan. Mendengar hal itu, dan kemudian melihat Sarai, Firaun menginginkannya dan mengambilnya sebagai istri. Sarai menyelamatkan nyawaku dengan mengatakan bahwa aku adalah saudaranya. Malam itu aku dan keponakanku, Lot, menangis bersama dan aku berdoa kepada Allah untuk keadilan. Aku memohon Allah untuk bangkit melawan Firaun dan melindungi Sarai. Allah mendengar dan mengirim roh jahat ke seluruh rumah tangga dan mencegah Firaun untuk berhubungan badan dengan Sarai selama 2 tahun mereka tinggal bersama. Di akhir 2 tahun itu, tulah dan bencana begitu dahsyat sehingga para ahli sihir dan tabib dipanggil. Mereka tidak berdaya dan segera pergi. Herkanosh (Hyrcanos) pergi kepadaku meminta tolong melawan tulah itu karena aku tampak dalam suatu mimpi mereka. Aku bersedia membantu hanya jika istriku Sarai dikembalikan kepadaku. Firaun mendengar hal ini dan memanggilku dan bertanya kepadaku mengapa aku berdusta dengan berkata bahwa Sarai adalah saudariku. Ia setuju untuk mengembalikan Sarai dan aku mengusir roh jahat dari rumah Firaun. Firaun bersumpah kepadaku bahwa ia tidak pernah menyentuh Sarai selama mereka tinggal bersama dan memberikannya banyak pemberian emas, perak, kain lenan, dan kain ungu. Sarai dan aku kemudian dibawa ke luar Mesir. Aku, Sarai, Lot dan istrinya (yang berasal dari Mesir) mengambil ternak, emas dan perak yang aku terima dan berangkat bersama.

Kolom 21

Aku mengunjungi semua bekas perkemahanku sampai mencapai Betel, tempat di mana aku pernah mendirikan mezbah, dan di sana aku membangun lagi mezbah dan mempersembahkan persembahan bakaran dan biji-bijian kepada Allah yang Mahatinggi, dan memanggil nama Tuhan semesta alam di sana. Aku memuji nama Allah dan memberkati Allah dan mengucap syukur kepada-Nya di sana atas segala ternak, harta benda dan kekayaan yang diberikan-Nya kepadamu, atas segala kebaikan-Nya kepadaku, dan karena Ia mengembalikanku ke tanah ini dengan selamat.

Setelah hari itu, Lot meninggalkanku karena tingkah laku gembala-gembala kami. Ia pergi dan tinggal di Lembah sungai Yordan, membawa semua ternaknya bersamanya. Dan aku juga menambahkan banyak kepada miliknya. Ia menuntun ternaknya dan terus berjalan sampai Sodom dan membeli rumah di sana, sementara aku tetap tinggal di gunung Betel. Sangat menyedihkanku bahwa Lot dan aku berpisah.

Allah muncul kepadaku malam itu dan berkata: Pergilah ke Ramat Hazor di sebelah utara Betel, tempat engkau tinggal sekarang, dan lihatlah ke timur, barat, selatan dan utara. Lihatlah tanah yang akan Aku berikan kepadamu dan keturunanmu selamanya. Pagi hari berikutnya aku pergi ke Ramat Hazor dan memandang ke tanah itu dari ketinggian, dari sungai di Mesir sampai ke Libanon dan Senir, dan dari Laut Besar ke Hauran, dan segenap tanah Gebel sampai ke Kadesh, dan seluruh Padang Gurun Besar, sejauh sungai Efrat dan Ia berkata kepadaku: Aku akan memberikan seluruh tanah ini kepada keturunanmu; dan mereka akan mewarisinya selamanya. Aku akan membuat keturunanmu banyak seperti pasir di bumi sehingga tidak terhitung jumlahnya. Keturunanmu akan menjadi tidak terhingga jumlahnya. Bangkitlah dan berjalanlah keliling dan pergilah "melihat betapa panjangnya dan betapa lebarnya semua itu, sebab Aku akan memberikannya kepadamu dan keturunanmu setelahmu selamanya."

Kemudian aku, Abraham, berjalan berkeliling untuk memeriksa tanah itu. Aku memulai perjalanan keliling di sungai Gihon, aku berjalan sepanjang Laut Tengah sampai mencapai gunung Banteng (bahasa Inggris: Bull). Aku berkeliling dari pantai laut besar dari sungai yang asin, menyusuri gunung Banteng , dan meneruskan ke timur melalui lebar tanah itu sehingga mencapai sungai Efrat. Aku menyusuri sungai Efrat sampai aku mencapai Laut Mesar di timur, di mana aku menyusuri pantai Laut Merah sampai aku mencapai cabang Laut Rumput (bahasa Inggris: Reed Sea), yang menjorok dari Laut Merah. Dari sana aku menyelesaikan perjalanan keliling, bergerak ke selatan sampai ke sungai Gihon. Kemudian aku pulang ke rumah dengan selamat dan mendapati semuanya baik dengan orang-orangku. Kemudian aku pergi dan berdiam dekat pohon-pohon ek di Mamre, yang terletak di timur laut Hebron. Di sana aku membangun mezbah dan mempersembahkan persembahan bakaran dan biji-bijian kepada Allah yang Mahatinggi. Aku makan dan minum di sana, aku dan semua orang dalam rumah tanggaku, dan mengundang Mamre, Arnem, dan Eshkol, tiga orang saudara dari orang Amori dan sahabat-sahabatku. Mereka makan dan minum bersamaku.

Sebelum hari-hari itu Kedorlaomer, raja Elam, Amraphel, raja Babilon, Ariokh, raja Kaptok (Cappadocia; Kapadokia), dan Tidal, raja bangsa-bangsa (Goiim), yang berdiam di antara kedua sungai itu, datang. Mereka berperang melawan Bera, raja Sodom, Birsha, raja Gomora, Shinab, raja Admah, Shemiabad, raja Zeboim, dan raja Bela. Semua ini membentuk sekutu untuk bertempur di Lembah Siddim. Maka raja Elam, dan raja-raja yang bersamanya menaklukkan raja Sodom dan memaksakan upeti kepada mereka. Selama 12 tahun mereka terus membayar upeti kepada raja Elam, tetapi pada tahun ke-13 mereka memberontak melawannya. Maka pada tahun ke-14 raja maju dengan semua sekutunya, mereka naik dari jalan padang gurun. Mereka menghancurkan dan menjarah mulai dari sungai Efrat. Mereka terus menghancurkan orang Refaim yang di Asteroth-Kernaim, orang Zumzammin yang di Amman, orang Emim yang di Shaveh- Hakerioth, dan orang Hori yang di gunung Gebal - sampai mereka mencapai El-Paran, di padang gurun. Mereka kembali ... ke Hazazon-tamar.

Raja Sodom maju menghadapi mereka, bersama dengan raja Gomora, raja Admah, raja Zeboim, dan raja Bela; dan mereka berperang di lembah Siddim melawan Kedorlaomer, raja Elam, dan raja-raja yang bersamanya. Namun raja Sodom dikalahkan dan melarikan diri, dan raja Gomora jatuh ke dalam sumur. Dan raja Elam membawa pergi semua kekayaan Sodom dan Gomora dan mereka menemukan Lot, anak dari saudara Abram

Kolom 22

yang tinggal bersama mereka di Sodom, beserta seluruh hartanya juga dibawa pergi. Tetapi seorang gembala ternak yang diberikan Abram kepada Lot lolos dari penawanan dan datang kepada Abram; pada saat itu Abram tinggal di Hebron. Ia memberitahukan kepadanya bahwa Lot, putra saudaranya, telah ditawan, bersama dengan segala kepunyaannya, dan bahwa ia belum dibunuh, dan bahwa raja-raja itu telah pergi ke arah Jalan Lembah Besar sungai Yordan ke arah negeri mereka, membawa tawanan, menjarah, menghancurkan dan membantai, dan bahwa mereka berjalan menuju tanah Damaskus.

Abram menangis karena Lot, putra saudaranya. Kemudian ia menyiapkan diri; ia bangkit dan memilih dari antara hamba-hambanya tiga ratus delapan belas orang terlatih untuk berperang, dan Ornam dan Eshkol dan Mamre pergi bersamanya juga. Ia mengejar mereka sampai Dan, dan mendapati mereka berkemah di lembah Dan. Ia menyerang mereka pada waktu malam dari keempat penjuru dan malam itu ia membantai mereka; ia menghancurkan mereka dan membuat mereka lari, dan semua mereka lari daripadanya sampai mereka tiba di Hel-bon, yaitu di utara Damaskus. Ia menolong mereka semua dari tawanan, dan semua jarahan dan kepunyaan mereka. Ia juga menyelamatkan Lot, putra saudaranya, bersama dengan segala kepunyaannya, dan ia membawa kembali semua tawanan yang dibawa pergi.

Ketika raja Sodom mengetahui bahwa Abram telah membawa kembali semua tawanan dan semua jarahan, ia keluar untuk menjumpainya; dan ia pergi ke Salem, yaitu Yerusalem.

Abram berkemah di lembah Shaveh, yaitu lembah raja, lembah Beit HaKerem; dan Melkisedek, raja Salem, membawa makanan dan minuman bagi Abram dan bagi semua orang yang bersamanya. Ia adalah Imam Allah Yang Mahatinggi. Dan ia memberkati Abram dan berkata, "Diberkatilah Abram oleh Allah Mahatinggi, Tuhan segala langit dan bumi! Dan diberkatilah Allah Mahatinggi yang telah menyerahkan lawan-lawanmu ke dalam tanganmu!" Dan Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari segala kepunyaan raja Elam dan sekutunya.

Kemudian raja Sodom mendekati dan berkata kepada Abram, "Tuanku Abram, berikanlah kepadaku jiwa-jiwa yang merupakan milikku, yang telah engkau selamatkan dari raja Elam dan ditawan, dan engkau dapat memiliki segala harta kepunyaan."

Kemudian berkatalah Abram kepada raja Sodom, "Aku mengangkat tanganku hari ini kepada Allah Mahatinggi, Tuhan langit dan bumi! Aku tidak akan mengambil apapun dari milikmu, tidak juga tali sepatu atau tali kasut, supaya engkau tidak berkata, "Kekayaan Abram datang dari kepunyaanku!" Aku tidak akan mengambil apapun selain dari apa yang telah dimakan oleh orang-orang muda ini, dan bagian dari 3 orang yang bersamaku. Mereka akan menentukan apakah mereka memberikan kepadamu bagian mereka." Dan Abram mengembalikan segala kepunyaan dan segala tawanan kepada raja Sodom; ia membebaskan semua tawanan dari tanah ini yang bersama-sama dengannya dan memulangkan mereka.

Setelah semuanya ini, Allah muncul kepada Abram dalam penglihatan dan berkata kepadanya, "Lihat, 10 tahun telah berlalu sejak engkau berangkat dari Haran. Dua tahun engkau tinggal di sini dan selama 7 tahun engkau tinggal di Mesir, dan setahun telah berlalu sejak engkau meninggalkan mesir. Dan sekarang periksalah dan hitunglah semua milikmu, dan lihatlah bagaimana semua tumbuh berlipat ganda dibandingkan apa yang engkau bawa dari Haran. Dan sekarang janganlah takut, Aku beserta engkau; Akulah pertolonganmu dan kekuatanmu. Akulah perisai di atasmu dan penjaga yang kuat di sekelilingmu. Kekayaanmu dan kepunyaanmu akan bertambah sangat banyak." Tetapi Abram berkata, "Allah Tuhanku, aku mempunyai banyak kekayaan dan kepunyaan tetapi apakah gunanya bagiku? Aku akan mati telanjang dan tanpa anak. Seorang anak dari rumahku akan mewarisi dariku. Eliezer akan mewarisi dariku." Dan Ia berkata kepadanya, "Orang itu tidak akan menjadi ahli warismu, tetapi ia yang muncul dari tubuhmu akan mewarisinya darimu."[5]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Davies, Philip R., George J. Brooke, and Phillip R. Callaway, The Complete World of the Dead Sea Scrolls (London: Thames & Hudson, 2002), 100.
  2. ^ a b Joseph A. Fitzmyer, S.J. The Genesis Apocryphon of Qumran Cave 1 (1Q20): A Commentary. Edition 3, revised. Rome:Editrice Pontificio Istituto Biblico, 2004. ISBN 88-7653-318-4, 9788876533181.
  3. ^ a b Tales of the Patriarchs 1QapGen=1Q20; terjemahan dan komentar oleh Lesley Faulk dan Amanda Scott.
  4. ^ Daniel A. Machiela. The Dead Sea Genesis Apocryphon: A New Text and Translation With Introduction and Special Treatment of Columns 13-17. Volume 79 of Studies on the Texts of the Desert of Judah Edition illustrated. BRILL, 2009. ISBN 90-04-16814-1, 9789004168145.
  5. ^ Genesis Apocryphon

Pustaka tambahan

  • Fitzmyer, Joseph A., The Genesis Apocryphon of Qumran Cave 1 (1Q20): A Commentary, 3rd ed., Biblica et orientalia 18B, Roma: Editrice Pontificio Istituto Biblico, 2004.
  • García Martinez, F., and E.J.C. Tigchelaar (ed.) The Dead Sea Scrolls Study Edition, 2 vols. (Leiden: Brill, 1997-98) 1.26-48.
  • Greenfield, Jonas C., and Elisha Qimron, "The Genesis Apocryphon Col. XII," Abr-Nahrain Supplement 3 (1992) 70-77
  • Jongeling, B., C.J. Labuschagne, and A.S. van der Woude, Aramaic Texts from Qumran, Semitic Study Series 4 (Leiden: Brill, 1976) 77-119.
  • Machiela, Daniel A., The Dead Sea Genesis Apocryphon: A New Text and Translation with Introduction and Special Treatment of Columns 13-17, Studies on the Texts of the Desert of Judah 79, Boston: Brill, 2009.
  • Morgenstern, M., E. Qimron, and D. Sivan, "The Hitherto Unpublished Columns of the Genesis Apocryphon," Abr-Nahrain 33 (1995) 30-54.
  • Qimron, Elisha, “Toward a New Edition of 1QGenesis Apocryphon.” Pages 106-09 in The Provo International Conference on the Dead Sea Scrolls: Technological Innovations, New Texts, and Reformulated Issues. Edited by Donald W. Parry and Eugene Ulrich, Leiden: Brill, 1999.