Tie Xuan
Tie Xuan (Hanzi: 铁铉, 1366-1402) adalah seorang jenderal pada awal Dinasti Ming yang terkenal akan kesetiaannya yang tak tergoyahkan pada Kaisar Jianwen. Setelah Jianwen digulingkan oleh pamannya, Zhu Di, ia ditangkap dan dihukum mati.
Tie Xuan dilahirkan di Dengzhou (sekarang Kabupaten Deng, Provinsi Henan), ia berdarah Asia Tengah dan suku Hui, keluarganya adalah warga negara kelas dua pada masa Dinasti Yuan sebagaimana klasifikasi sosial pada masa itu dimana bangsa Mongol adalah warga negara kelas satu, disusul bangsa-bangsa lain dari wilayah taklukan Mongol selain Tiongkok dan bangsa Han sebagai warga negara kelas bawah. Tie lulus dari akademi kekaisaran pada masa pemerintahan Kaisar Hongwu (Zhu Yuanzhang), setelah lulus ia bekerja di wisma komandan militer. Ia selalu menjalankan tugasnya dengan efektif dan penuh disiplin sehingga kaisar pun memberinya nama kehormatan Dingshi (鼎石) sebagai penghargaan kepadanya.
Kaisar Hongwu mangkat pada tahun 1398 dan digantikan oleh cucunya, Zhu Yunwen, yang naik tahta sebagai Kaisar Jianwen. Pada awal pemerintahan Jianwen, Tie diangkat sebagai pejabat untuk urusan logistik militer di Shandong. Tahun 1399, paman kaisar, Zhu Di, Pangeran Yan, memulai pemberontakan di Beiping (sekarang Beijing), peristiwa ini dikenal dalam sejarah dengan nama Insiden Jingnan (靖难之变). Tahun berikutnya kota Jinan, Shandong dikepung oleh pasukan Zhu Di. Tie Xuan beserta pasukan dan rakyat Jinan bertahan mati-matian selama tiga bulan lamanya. Ketika Zhu Di membujuk Tie untuk menyerah, ia berpura-pura menyetujui tawaran itu. Diam-diam ia menyuruh pasukannya memasang jebakan berupa balok pendobrak yang diikatkan di atas gerbang kota. Saat Zhu memasuki kota untuk menerima penyerahan diri Tie, tali yang mengikat balok itu dilepas, namun sayangnya tidak mengenai sasaran dan Zhu Di berhasil lolos.
Zhu Di yang murka karena nyawanya hampir saja melayang menghujani Jinan dengan serangan artileri. Serangan itu baru berhenti ketika Tie memerintahkan lukisan kaisar terdahulu digantungkan di atas tembok kota. Zhu Di yang melihat lukisan itu tergantung disana segera memerintahakan tembakan dihentikan agar tidak merusaknya. Untuk menghindari pertempuran berlarut-larut, Zhu Di menarik mundur pasukannya dan kembali ke Beiping, dengan demikian Jinan pun terbebas dari kepungan. Karena kemenangannya itu, Tie mendapat promosi jabatan sebagai menteri perang. Ia bekerjasama dengan Jenderal Sheng Yong menangkis serbuan Zhu Di berikutnya. Dalam pertempuran di Dongchang (sekarang Liaocheng, Shandong), mereka berhasil mengalahkan pasukan pemberontak, kerusakan di pihak musuh mencapai puluhan ribu jiwa, termasuk komandannya, Jenderal Zhang Yu.
Pada awal tahun 1402, Zhu Di kembali memimpin pasukannya ke selatan. Kali ini ia mengambil rute memutar ke selatan untuk menghindari Jinan yang dijaga oleh Tie. Ia berhasil mengalahkan Sheng Yong dan membantai pasukannya. Pasukannya terus maju dan mengalahkan Wu Jie, jenderal lain yang setia pada Kaisar Jianwen sebelum akhirnya tiba di ibu kota Nanjing. Istana kekaisaran dilalap api dan Jianwen dinyatakan tewas dalam kebakaran itu walau hingga saat ini nasibnya masih misterius. Tie Xuan masih melanjutkan perlawanannya hingga akhirnya pasukannya kalah dan ia sendiri tertangkap. Ketika dihadapkan pada Zhu Di yang kini telah menjadi kaisar, ia duduk dengan membelakanginya. Zhu Di yang marah atas kelancangannya memerintahkan hidung dan telinga Tie dipotong dan direbus, lalu dijejalkan ke mulutnya dan dipaksa untuk memakannya. “Bagaimana? enak tidak?” tanya Zhu mengejeknya. Tie menjawab, “Daging pejabat yang setia bagaimana mungkin tidak enak ?” Akhirnya Zhu Di memerintahkan tubuhnya dicincang dan dilemparkan ke dalam minyak panas. Hingga saat-saat terakhirnya Tie terus memaki Zhu Di sebagai pengkhianat tidak tahu malu yang merebut tahta. Istri Tie, Nyonya Yang beserta kedua putrinya dijual ke rumah bordil dan dijadikan pelacur, sedangkan kedua putranya dijadikan budak. Salah seorang pangeran dari Dinasti Ming Selatan, Pangeran Fu (Zhu Yousong) yang terkesan pada kesetiaannya menganugerahinya gelar anumerta Zhongxiang (忠襄). Pada tahun 1792, rakyat Jinan mendirikan sebuah kuil di tepi Danau Daming untuk memperingati jasa-jasanya, kuil itu masih berdiri hingga kini dan menjadi salah satu objek wisata disana.