Antivaksin
Anti vaksin adalah tindakan menentang pemberian vaksin baik secara personal maupun berkelompok. Alasan penolakan ini bisa karena menganut teori konspirasi atau pun kepercayaan dalam agama. Sikap anti vaksin bisa pula muncul karena menyalahpahami efek samping yang muncul dari vaksin atau salah informasi mengenai kandungan atau proses pembuatan vaksin.
Contoh kasus
Merebaknya kembali penyakit dipteri dan polio di Indonesia, salah satunya dianggap karena tindakan anti vaksin, yang menyebabkan dipteri dan polio yang awalnya sudah menghilang muncul kembali.
Teori konspirasi
Sikap anti vaksin polio adalah contoh akibat dari kepercayaan terhadap teori konspirasi. Vaksin ini dianggap sebagai upaya negara maju untuk memandulkan penduduk negara berkembang. Selain itu sering disertai testimoni seolah kanker dan polio malah berkembang sejak pertama kali vaksin polio diperkenalkan. Tentu saja klaim ini tidak memiliki sumber data yang jelas dan narasumbernya tidak bisa ditelusuri.
Kepercayaan agama
Anti vaksin influenza, meningitis, dan polio biasanya terjadi akibat isu bahwa vaksin tersebut berasal dari enzim binatang yang diharamkan, seperti babi atau kera. Padahal enzim, sebagai katalisator, bekerja bukan dengan menjadi bahan dasar suatu proses kimiawi, namun hanya menjadi perantara, yang kemudian terpisah kembali setelah hasil akhir didapatkan.
Untuk menanggulangi sikap anti vaksin ini, selain dengan membuat vaksin yang sama sekali tidak melibatkan bahan haram, juga dengan memberikan pengertian mengenai cara kerja enzim. Selain itu, penggunaan bahan haram sebenarnya bisa dimungkinkan jika tidak tersedia alternatif lain dan sifatnya mendesak, bahkan membahayakan nyawa.
Salah informasi efek samping
Vaksin HPV sempat dikabarkan menyebabkan menopause dini. Info ini menyebar pada saat program vaksinasi HPV di sekolah dasar di Jakarta yang menyebabkan kepanikan orangtua pada tahun 2016. Info ini kemudian dibantah.
Kadang sakit yang diderita penerima vaksin kebetulan muncul sesaat setelah pemberian vaksin, yang sebenarnya tidak berkaitan. Misalnya isu vaksin campak rubella MR yang menyebabkan kelumpuhan , muncul akibat seorang anak bernama Niken yang pada Agustus 2017 tiba-tiba sakit dan lumpuh setelah sebelumnya kebetulan diberikan vaksin MR[1] Pemberitaan yang tergesa-gesa tanpa mengkonfirmasi kepada ahli kesehatan membuat isu ini beredar dan menimbulkan kepanikan.
Pemalsuan vaksin
Tindakan kriminal pemalsuan vaksin juga bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan kepada vaksin. Ini misalnya terjadi di Tangerang pada tahun 2016. Tindakan pemalsuan vaksin oleh pasangan suami istri menyebabkan hilangnya kepercayaan orangtua dalam memberikan vaksin ke anaknya karena khawatir dampak vaksin palsu [2]
Dampak
Kekebalan dari vaksin tidak hanya bekerja secara individu, namun juga komunal. Dengan arti jika seluruh anak di suatu lingkungan bisa memiliki kekebalan yang sama, maka penyakit akan sulit muncul. Sebaliknya jika ada beberapa anak yang orangtuanya bersikap antivaksin, maka bisa terjadi kemungkinan merebak dan mewabah, dimulai dari beberapa anak yang kekebalannya lemah.
Polio dan dipteri adalah contoh penyakit yang seharusnya sudah hilang namun muncul kembali di Indonesia akibat kelalaian dan sikap anti vaksin.
- ^ Empat Siswa SMP di Demak Drop Setelah Imunisasi. Seorang Sudah Sepekan Dirawat di RS . dari situs Tribun
- ^ Komisi IX DPR: Kasus BPJS dan Vaksin Palsu Rusak Kepercayaan kepada Pemerintah. dari situs Lensa Indonesia