Banowati

Revisi sejak 6 Juni 2019 01.20 oleh LaninBot (bicara | kontrib) (namun (di tengah kalimat) → tetapi)

Dalam wiracarita Mahabharata, Banowati (Dewanagari: भनुमती; ,IASTBhanumatī, भनुमती) adalah istri Duryodana, pangeran dari Hastinapura. Ia adalah putri raja Citranggada dari Kalinga. Dalam Mahabharata, ia disebut Banumati. Ia jarang terlibat dalam peristiwa-peristiwa penting. Maka dari itu, namanya jarang disebutkan, tetapi mendapat porsi signifikan sebanyak dua kali, terutama pada kitab Striparwa (dinarasikan oleh Ratu Gandari), dan kitab Santiparwa (dinarasikan oleh Resi Narada), yang mengandung kisah tentang sayembara dirinya. Banowati dan Duryodana memiliki anak kembar buncing bernama Laksmana dan Laksmanā.

Deskripsi

Pada saat sayembara, Resi Narada menyebutnya sebagai gadis dengan warna kulit yang menarik.

Ratu Gandari menyebut Banowati sebagai wanita dengan pinggul lebar dan rambut panjang. Ia memuji kecerdasan dan kekuatan fisiknya, dan berkata bahwa ia sering bermain adu ketangkasan dengan Duryodana. Setelah perang di Kurukshetra berakhir, Banowati tetap terlihat cantik menurut Gandari, meskipun kehilangan suami dan putranya, tetapi perasaannya terluka.

Riwayat

Dalam Mahabharata diceritakan bahwa pangeran Duryodana dari Hastinapura diundang untuk menghadiri sayembara Putri Banowati, putri Raja Citranggada di Kalinga. Sebelum menuju ke sana, terlebih dahulu Duryodana pergi ke kota Rajapura untuk menjemput temannya, Karna. Di tempat sayembara, sudah banyak kesatria dari berbagai penjuru Bharatawarsha yang hadir, antara lain: Sisupala, Jarasanda, Bismaka, Bakra, Kapotaroman, Nila, Rukmi, Sringga, Asoka, Satadanwa, dan lain-lain.

Pada puncak acara, Banowati memasuki tempat sayembara sambil membawa puspamala, dengan diiringi pelayan dan pengawal. Banowati tidak mengacuhkan Duryodana setelah mengetahui asal usul dan latar belakangnya. Padahal, Duryodana telanjur jatuh cinta kepada Banowati. Tak terima dengan penolakan sang putri, Duryodana pun meraih Banowati, lalu memaksa sang putri untuk naik ke kereta kencananya. Ia menantang para pelamar untuk melangkahi mayatnya dan Karna terlebih dahulu apabila ingin merebut Banowati. Berkat bantuan Karna, tidak ada pelamar yang berhasil merebut Banowati dari tangan Duryodana. Ada pula kesatria yang mengurungkan niat bertarung setelah melihat ketangguhan Karna.

Sesampainya di Hastinapura, Duryodana membela diri bahwa perbuatannya tidak dapat disalahkan. Ia membenarkan tindakannya dengan mengungkit masa lalu kakeknya, Bisma, yang juga pernah melarikan putri dari kerajaan Kasi. Pada akhirnya, Banowati mau menerima cinta Duryodana, lalu menikah dengannya. Dari pernikahannya, Banowati memiliki anak kembar buncing, yang diberi nama Laksmana dan Laksmanā. Laksmana ikut bertempur membela ayahnya dalam perang di Kurukshetra, dan gugur di tangan Abimanyu, sepupunya. Sedangkan Laksmanā menikah dengan Samba, putra Kresna.

Pewayangan Jawa

Menurut versi pewayangan Jawa, Banowati adalah putri Prabu Salya, raja negara Mandaraka dengan permaisuri Dewi Pujawati alias Setyawati, putri tunggal Bagawan Bagaspati dari pertapaan Argabelah. Ia mempunyai empat saudara kandung, masing-masing bernama: Dewi Erawati (permaisuri Prabu Baladewa), Dewi Surtikanti (permaisuri Adipati Karna), Arya Burisrawa, dan Bambang Rukmarata.

Dewi Banowati menikah dengan Prabu Suyudana (Duryodana) dari negara Astina, putra Prabu Dretarasta dengan Dewi Gandari. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama Raden Lesmana Mandrakumara dan Dewi Lesmanawati. Dewi Banowati berwatak jujur, penuh belas kasih, jatmika (penuh dengan sopan santun), tetapi agak sedikit genit.

Menurut kisah pewayangan, sesungguhnya Banowati jatuh cinta kepada Arjuna, tetapi demi mematuhi perintah ayahnya, ia menikah dengan Prabu Suyudana. Cintanya kepada Arjuna bersemi kembali setelah gugurnya Prabu Suyudana dalam perang Baratayuda. Sesudah perang tersebut, Banowati dapat memenuhi angan-angannya untuk dinikahi Arjuna.[1] Tetapi, usia pernikahan tersebut tidak berlangsung lama. Pada malam pernikahannya—tepat setelah perang Baratayuda berakhir—ia dibunuh oleh Aswatama, putra Resi Drona, yang membalas dendam kepada seluruh pihak Pandawa atas kekalahan pihak Korawa. Banowati terbunuh di perkemahan para Pandawa di Kurusetra, bersama dengan Srikandi (istri Arjuna yang lain) dan kelima putra Drupadi (Pancawala).

Referensi

  1. ^ Hardjowirogo (1949), Sedjarah Wajang Purwa, Jakarta, hlm. 188