Kolera

penyakit menular pada saluran pencernaan
Revisi sejak 14 Maret 2018 14.38 oleh 114.124.240.237 (bicara) (Sedikit)

Penyakit taun atau kolera (juga disebut Asiatic cholera) adalah penyakit menular di saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakterium Vibrio cholerae. Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui air minum yang terkontaminasi oleh sanitasi yang tidak benar atau dengan memakan ikan yang tidak dimasak benar, terutama kerang. Gejalanya termasuk diare, perut keram, mual, muntah, dan dehidrasi. Kematian biasanya disebabkan oleh dehidrasi. Kalau dibiarkan tak terawat, maka penderita berisiko kematian tinggi. Perawatan dapat dilakukan dengan rehidrasi agresif "regimen", biasanya diberikan secara intravena secara berkelanjutan sampai diare berhenti.

Kolera
Scanning Electron Microscope image of Vibrio cholerae
Informasi umum
SpesialisasiPenyakit menular, Kedokteran gawat darurat Sunting ini di Wikidata

Diagnosis

Ciri utama penyakit kolera adalah buang air besar encer berwarna putih seperti air tajin (cucian beras) dengan bau yang amis.

Pengobatan

Rehidrasi

Pengobatan utama dilakukan dengan mengembalikan cairan tubuh yang hilang atau rehidrasi yang cukup hingga masa penyakit selesai (biasanya 1 hingga 5 hari tanpa pemberian antibiotik). [1] Rehidrasi dapat dilakukan cara infus intravena cairan (pada kasus yang parah) atau dengan rehidrasi oral dengan oralit (oral rehydration solution).[2] [3]

Antibiotik

Antibiotik memiliki peran sekunder namun penting dengan mengurangi derajat penyakit dan durasi ekskresi penyakit.[4] Pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan setelah gejala muntah-muntah mereda (atau setelah rehidrasi pertama dan pemulihan dari asidosis).[4] Pilihan pertama antibiotik yang digunakan di Indonesia adalah tetrasiklin dan pilihan keduanya adalah trimethoprim/sulfamethoxazole (bila V. cholerae pada pasien resisten terhadap tetrasiklin).[4]

Vaksin

Artikel utama : vaksin kolera

Daerah yang terkena wabah

Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus kolera di Yaman bisa mencapai hingga 250 ribu dalam waktu enam bulan. Hingga kini sudah terdapat 50.000 kasus kolera yang sudah terjadi di negara itu.

"Kita memperkirakan bisa naik hingga 200.000-250.000 kasus selama enam bulan ke depan, selain 50.000 kasus yang telah terjadi, "kata Perwakilan WHO di Yaman Nevio Zagaria kepada wartawan di Jenewa melalui telepon pada Jumat (19/5).

.

"Anda bisa mengerti dengan jumlah ini harga yang kita bayar dalam hal kehidupan atau jumlah korban akan sangat, sangat tinggi. "

Sementara itu pejabat di ibu kota Yaman, Sanaa, yang dikuasai gerakan bersenjata Houthi menyatakan negara itu dalam keadaan darurat akibat wabah kolera, yang telah membunuh puluhan orang.

Kementerian kesehatan Yaman meminta badan kemanusiaan dan pemberi bantuan lain membantu mengatasi wabah tersebut dan mencegah bencana belum pernah terjadi itu. Pranata kesehatan sangat parah, menurun akibat perang lebih dari dua tahun, yang juga mengakibatkan jutaan orang mengungsi, dan hal itu tidak dapat diatasi, kata kantor berita Saba.

Yaman dilanda perang pemberontak Houthi, yang bersekutu dengan Iran, dengan kekuatan gabungan pimpinan Arab Saudi, yang didukung Barat.

Lebih dari 10.000 orang tewas, sebagian besar hampir setiap hari mengalami serangan udara, sejak pertempuran tersebut dimulai. Hanya beberapa layanan medis yang masih berfungsi dan dua per pertiga penduduknya tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sebuah epidemi akhir tahun lalu telah berangsur hilang, namun wabah kolera akhir-akhir ini sering menjangkit. Penyakit diare menewaskan 51 orang sejak 27 April, kata Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan 2.752 orang diduga terjangkit. Lima puluh delapan penderita lain terpastikan.

Sanaa menjadi daerah terparah yang dijangkiti oleh wabah, diikuti oleh provinsi Amanat al-Semah, menurut data WHO yang menunjukkan demikian. Kasus tersebut juga telah dilaporkan terdapat di kota besar lain, termasuk Hodeidah, Taiz dan Aden. WHO mengatakan bahwa 7,6 juta orang tinggal di daerah dengan risiko tinggi penularan kolera.

Sekitar 17 juta dari 26 juta orang di Yaman kurang mendapat makanan memadai dan setidak-tidaknya tiga juta anak-anak kekurangan gizi masuk kategori "bahaya berat", kata PBB.

Negara Arab itu, yang berada di ujung selatan Jazirah Arab, terjerumus ke dalam perang saudara dua tahun lalu, sehingga lebih dari 10.000 orang --separuh dari mereka warga sipil-- tewas, dan lebih dari dua juta orang kehilangan tempat tinggal, kata beberapa lembaga kemanusiaan

  1. ^ Kaper JB, Morris Jr JG, Levine MM. 1995. Cholera. Clin. Microbiol. Rev. 8(1):48-86.
  2. ^ Swerdlow DL, Ries AA. 1992. Cholera in the Americas: guidelines for the clinician. JAMA 267:1495–1499
  3. ^ Morris Jr JG. 1994. Cholera and other vibrioses, hal:753–762. di dalam Hoeprich PD, Jordan MC, Ronald Ar (ed.), Infectious diseases: a treatise of infectious processes. Philadelphia: J. B. Lippincott Co.
  4. ^ a b c Tjaniadi P, Lesmana M, Subekti D, Machpud N, Komalarini , Santoso W, Simanjuntak CH, Punjabi N, Campbell JR, Alexander WK, Beecham III JH, Corwin AL, Oyofo BA. 2003. Antimicrobial resistance of bacterial pathogens associated with diarrheal patients in Indonesia. Am. J. Trop. Med. Hyg. 86(6):666-670.