Purisme bahasa
Purisme bahasa atau proteksionisme bahasa adalah praktik yang menetapkan atau mengakui ragam suatu bahasa sebagai bentuk yang lebih murni atau yang memiliki mutu lebih tinggi daripada ragam lainnya. Purisme bahasa dilembagakan lewat akademi bahasa (seperti Accademia della Crusca untuk bahasa Italia dari tahun 1572 yang menjadi teladan di Eropa) dan keputusan mereka seringkali berkekuatan hukum.[1]
"Ketidakmurnian" yang dipersepsikan oleh pendukung purisme bahasa dapat berupa perubahan kosa kata, sinkretisme unsur tata bahasa (seperti preposisi "di mana" dalam bahasa Indonesia yang berasal dari rumpun bahasa Indo-Eropa), atau penggunaan kata serapan. Purisme bahasa merupakan salah satu bentuk linguistik preskriptif.[2] Gagasan ini sering dikemukakan sebagai gagasan yang diperlukan untuk "melindungi" suatu bahasa dari "serangan" bahasa lain atau untuk "mempertahankan" Volksgeist nasional. Kadang-kadang purisme bahasa menjadi bagian dari kebijakan bahasa pemerintahan.
Contoh
Terdapat berbagai contoh purisme bahasa. Jika dikategorikan berdasarkan pendekatan, purisme bahasa dapat dikategorikan menjadi:
- Purisme yang mengunokan, yaitu ketika suatu komunitas mencoba membangkitkan bahasa yang dianggap "adiluhur" dan sastrawi. Contohnya adalah bahasa Arab, Tanittamil Iyakkam dalam bahasa Tamil, bahasa Islandia (lihat: purisme dalam bahasa Islandia), Katharevousa dalam bahasa Yunani, bahasa Sansekerta, dan obsesi puris terhadap bentuk klasik Latin pada masa Renaisans
- Purisme etnografi, seringkali didasarkan pada idealisasi pedesaan, cerita rakyat, atau dialek. Contoh: Nynorsk (bahasa Norwegia Baru), beberapa bentuk bahasa Yunani Demotik
- Purisme elitis, terkait dengan ragam bahasa yang dituturkan oleh elit
- Purisme reformis, yaitu upaya untuk menghapuskan ikatan dengan masa lalu, seperti penghapusan kata-kata Persia dan Arab selama reformasi bahasa yang dilancarkan oleh Atatürk untuk menghapus ikatan dengan bahasa Turki Utsmaniyah
- Purisme patriotik: penghapusan segala unsur asing, contohnya adalah Høgnorsk (bahasa Norwegia Tinggi), bahasa Korea, dan Anglish (upaya untuk mengembalikan bahasa Inggris ke "kodrat Jermaniknya"). Banyak penulis Inggris dari abad ke-19 dan ke-20 yang menggunakan kata-kata Anglo-Sachsen seperti foreword (kata pengantar) untuk menggantikan kata dari rumpun bahasa Roman, preface. Bahasa Prancis, Jerman dan Yunani dikenal sering menciptakan kata baru daripada menyerap kata asing. Contohnya, dalam bahasa Jerman, kata Fernsehen yang berarti "televisi" merupakan penggabungan kata fern, "jauh", dan sehen, "melihat", yang secara harfiah juga merupakan terjemahan dari akar bahasa Yunaninya. Walaupun terdapat beberapa pengecualian (seperti contoh fernsehen), upaya semacam ini seringkali tidak berhasil, karena kata-kata baru tidak banyak digunakan oleh penuturnya, atau hanya dipakai oleh segelintir orang saja
Catatan kaki
- ^ Linguistic purism - George Thomas - Google Books. Books.google.com. 2010-07-23. Diakses tanggal 2015-08-11.
- ^ Language Misconceived: Arguing for Applied Cognitive Sociolinguistics - Karol Janicki - Google Books. Books.google.com. Diakses tanggal 2015-08-11.
Daftar pustaka
- Brunstad, Endre. "Standard language and linguistic purism" in Sociolinguistica 17/2003, 52–70.
- Dorian, Nancy. "Purism vs. Compromise in Language Revitalization and Language Revival" in Language in Society 23, 479-494.
- Thomas, George. Linguistic Purism (Studies in Language and Linguistics), Longman, 1991, ISBN 0-582-03742-5.