Bantuan Siswa Miskin

bantuan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia
Revisi sejak 26 Maret 2019 16.17 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Politik di Indonesia menjadi Politik Indonesia)

Bantuan Siswa Miskin atau BSM adalah bantuan yang diberikan Pemerintah Indonesia[1] menyambut kenaikan harga BBM yang terjadi pada 22 Juni 2013 pada pukul 00.00.[2]

Latar belakang

Pada tanggal 22 Juni 2013, tepatnya jam 00.00 WIB, Pemerintah Indonesia menaikkan harga BBM.[2] Kenaikan harga BBM bersubsidi dilakukan pemerintah untuk memberikan subsidi dengan lebih tepat sasaran. Sebagai ganti ruginya, pemerintah memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu yang ditengarai paling menderita ketika terjadi inflasi sebagai dampak dari kenaikan BBM.[3] Walaupun demikian, sebelum terjadi kenaikan harga BBM, BSM masih bersifat wacana.[4]

Pemerintah menyediakan lebih dari Rp7 triliun untuk penyediaan Beasiswa Siswa Miskin, sebagai ganti rugi kenaikan harga bahan bakar minyak[1] dan dibagikan ke 13,5 juta siswa miskin.[5]

Pada bulan Desember, pemerintah menargetkan bantuan BSM sudah disalurkan semua.[6]

Permasalahan

Penyaluran

Permasalahan baru terjadi pada saat setelah disalurkannya BSM ke seluruh Indonesia. Di Kalimantan Selatan, puluhan ribu siswa tidak dapat memanfaatkan bantuan yang diberikan pemerintah karena data siswa miskin yang berhasil dikumpulkan dari kabupaten/kota baru 25 persen dari kuota yang diberikan pemerintah.[7]

Terkait masih rendahnya serapan dana BSM, DPR meminta pemerintah bekerja keras untuk menyalurkannya agar bantuan yang disalurkan tepat guna dan tepat waktu bagi seluruh siswa miskin di Indonesia. Jika anggaran BSM tidak terserap secara tuntas, menurut anggota komisi X DPR Asdy Narang, kinerja Kemendikbud dan kementerian lain yang terkait dengan penyaluran BSM belum optimal.[8] Ini disebakan karena dana BSM yang disalurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia baru 24% dari seharusnya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan bahwa belum tersalurnya dana BSM secara keseluruhan tersebut dikarenakan orangtua yang memegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS) belum mendaftarkan anaknya ke sekolah anaknya masing-masing. Untuk itu, kementerian memberikan batas waktu hingga 30 September 2013 kepada para orangtua siswa yang memegang kartu KPS untuk melaporkan ke pihak sekolah yang bersangkutan.[9]

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengaku kecewa dengan rendahnya penyaluran dana Bantuan Siswa Miskin. Dari alokasi anggaran Rp10 triliun untuk BSM, diperkirakan baru sekitar 35% yang terserap. Menurut dia, lambannya penyaluran dana disebabkan oleh faktor lemahnya sosialisasi. Maklum, sambung dia, program itu baru diperkenalkan pada Agustus 2013. Oleh karena itu, dia meminta petugas kantor pos untuk menyosialisasikan BSM kepada pemegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang mencapai 15,5 juta rumah tangga sasaran dengan tujuan pemegang Kartu Perlindungan Sosial mengetahui mengenai BSM. Kendatipun demikian, dia menjamin mayoritas siswa yang dikategorikan sangat miskin dan miskin sudah mendapatkan bantuan berupa BSM.[10]

Pemotongan dana

 
Dana BSM untuk SDN Kedungwaru 2 yang dipotong digunakan untuk pembelian kostum kesenian reog dan biaya administrasi.

Sama seperti Bantuan Langsung Sementara Masyarakat, Bantuan Siswa Miskin juga tidak terlepas dari masalah. Misalnya, di Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, Jawa Timur, sejumlah wali murid SDN Kedungwaru 2 mengeluhkan potongan dana Bantuan Siswa Miskin sebesar Rp160.000 tiap siswa oleh pihak sekolah untuk pembelian kostum kesenian reog dan biaya administrasi. Salah satu wali murid yang tidak mau disebutkan namanya yang ditemui mengatakan bahwa sulit memahami jika bantuan BSM yang seharusnya digunakan untuk keperluan sekolah secara langsung tetapi malah digunakan untuk kostum kesenian. Namun menurut Kepala SDN Kedungwaru 2 Ismiyatun menolak istilah pemotongan BSM. Menurutnya, pemotongan sudah mendapat persetujuan dari wali murid melalui komite sekolah. Pembelian kostum reog tersebut karena sekolah belum mempunyai kostum reog. Potongan dana tersebut terdiri dari potongan untuk pembelian kostum reog sebesar Rp100.000 dan administrasi sebesar Rp60.000 sebagai dan administrasi.[11]

Di Medang Deras, Batu Bara, Sumatera Utara, para siswa SDN Desa Lalang hanya menerima dana bantuan sebesar Rp250.000. Padahal, pemerintah menganggarkan bantuan itu sebesar Rp360.O00 per siswa setiap tahun. Jadi, besar pemotongan sebesar Rp110.000. Kepala SDN Desa Lalang, Normila, membantah memotong dana bantuan. Namun ia membenarkan mengumpulkan dana Rp20 ribu per siswa untuk membiayai transportasi pengambilan BSM di kantor pos.[12]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b "Beasiswa Anak Miskin Tidak Boleh untuk Beli Sepatu". MetroTV. 23 Juni 2013. 
  2. ^ a b "Ini Efek Ronde Pertama Harga BBM Naik". MetroTV. 21 Juni 2013. 
  3. ^ "Kenaikan Harga BBM untuk Subsidi Tepat Sasaran". MetroTV. 5 Mei 2013. Diakses tanggal 28 Desember 2013. 
  4. ^ "Mensos: Bantuan untuk Kompensasi BBM masih Wacana". METRO TV NEWS. 1 Mei 2013. Diakses tanggal 28 Desember 2013. 
  5. ^ "13,5 Juta Siswa Miskin Dapat Bantuan Kompensasi BBM Naik". Detik. 22 Juni 2013. Diakses tanggal 30 Desember 2013. 
  6. ^ "Target, Desember Bantuan Siswa Miskin Sudah Tersalurkan Semua". JPNN. 10 November 2013. Diakses tanggal 28 Desember 2013. 
  7. ^ "Puluhan Ribu Pelajar Tidak Dapat Manfaatkan Bantuan Siswa Miskin". METRO TV NEWS. 1 Agustus 2013. 
  8. ^ "Anggota DPR Minta Pemerintah Kebut Salurkan Bantuan Siswa Miskin". 
  9. ^ "Bantuan Siswa Miskin Baru Tersalur 24 Persen". Tribunnews. 25 September 2013. 
  10. ^ "Penyaluran Dana BSM Dinilai Lamban". METRO TV NEWS. 23 Oktober 2013. Diakses tanggal 28 Desember 2013. 
  11. ^ "Potongan Dana BSM di Tulungagung Dikeluhkan Wali Murid". METRO TV NEWS. 3 Desember 2013. 
  12. ^ "Dana Bantuan Siswa Miskin Berkurang Rp100.000". METRO TV NEWS. 15 Juni 2013.