Tuntong sungai

Sejenis kura-kura air payau
Revisi sejak 16 November 2018 11.16 oleh M Yusuf Al-faza (bicara | kontrib) (Perbaikan nama umum, B.affinis ≠ biuku)
Tuntong Sungai
Biuku (Batagur affinis)
dari Terengganu, Malaysia
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
B. affinis
Nama binomial
Batagur affinis
(Cantor, 1847)[2]
Sinonim
  • Tetraonyx affinis Cantor, 1847[3]
  • Batagur baska ranongensis Nuthapand, 1979 (partim, nomen dubium)

Tuntong sungai[4] (Batagur affinis) adalah sejenis kura-kura air payau anggota suku Geoemydidae. Reptil yang biasa ditemukan di sekitar estuaria ini menyebar di Kamboja, Malaysia, dan Indonesia. Namun populasinya telah demikian langka, sehingga IUCN memasukkannya ke dalam Daftar Merah yang diterbitkannya dengan status Kritis.

Pengenalan

Kura-kura bertubuh sedang, panjang karapas hingga 700 mm. Lubang hidung terletak di ujung moncong yang agak mancung ke atas. Rahang atas bergerigi. Kulit di belakang kepala bersisik kecil-kecil. Kaki dengan empat cakar, dengan selaput penuh di antara jari-jari.[5]

Perisai punggungnya licin tak berlunas (pada hewan muda, keping vertebralnya berlunas), tidak terlalu tinggi, dan menurun di bagian belakang hingga hampir pipih. Keping vertebral kedua hingga keempat hampir sama besar, dan hampir sama lebar dengan keping kostal di tengah perisai. Urutan panjang keping vertebral: 2 > < 3 > 4 > 5 > 1; keping vertebral 1 melebar di bagian depan, dan keping vertebral 5 melebar di bagian belakang. Urutan panjang hubungan di antara keping perisai perut: abdominal > pektoral > femoral > humeral > anal > gular.[5]

Punggung berwarna abu-abu muda atau cokelat muda kehijau-hijauan sampai hitam. Hewan jantan yang dalam masa berahi, perisai punggungnya berwarna hitam; juga kepala dan kaki depannya. Perisai perut polos tidak bebercak atau bergaris.[5]

Habitat dan kebiasaan

Kura-kura ini menghuni wilayah perairan payau dan jarang naik ke darat[5]. Biuku juga tinggal di ekosistem mangrove, namun memilih pasir tepian sungai yang lebih tawar airnya (salinitas lebih rendah) sebagai tempatnya bertelur[4].

Anak jenis dan agihan

Batagur affinis tercatat memiliki dua anak jenis, yakni:[2]

Catatan taksonomis

Selama 160 tahun sejak dideskripsi, jenis ini dianggap dan diperlakukan sebagai Batagur baska. Kajian DNA mitokondria yang dilakukan pada 2008, memperlihatkan bahwa populasi di sebagian wilayah Asia Tenggara, terutama Semenanjung Malaya ke selatan hingga Sumatera, merupakan spesies yang berbeda; yang lebih tepat dialokasikan sebagai Batagur affinis.[7]

Konservasi

Tercatat berstatus Kritis (CR, Critically Endangered) dalam Daftar Merah IUCN di bawah nama Batagur baska, populasi kura-kura ini di Semenanjung Malaya dan Indonesia ketika itu terhitung Genting (EN, Endangered). Kelestariannya terancam oleh penangkapan dan perdagangan ilegal; sementara populasinya di alam terpecah ke dalam sub-populasi yang kecil-kecil.[1]

Biuku pernah dianggap punah dari Kamboja, hingga kura-kura ini ditemukan lagi pada 2001. Sebagai bagian dari upaya konservasinya, Raja Norodom Sihamoni secara pribadi memerintahkan perlindungan jenis ini; diikuti dengan pemantauan pergerakan hewan serta kondisi sarangnya.[8] Pada 2005, hewan ini ditetapkan sebagai reptil simbol nasional Kamboja.[9]

Di Terengganu, Malaysia, upaya konservasi ini dilakukan dengan menyigi sungai-sungai yang menjadi habitat biuku, memetakan ancamannya, meningkatkan proporsi telur yang menetas melalui perlindungan sarang dan tempat bersarang, atau memindahkannya ke tempat penangkaran, serta membesarkan tukik (anak kura-kura) sebelum dilepaskan kembali ke habitat alaminya.[10][11] Di Sungai Setiu, Terengganu, program serupa juga melibatkan tuntong laut (B. borneoensis)[12].

Ancaman terhadap populasi biuku, serta populasi kura-kura pada umumnya, utamanya berasal dari penangkapan dan perdagangan ilegal hewan ini, baik sebagai hewan timangan, bahan masakan eksotik, atau pun sebagai bahan obat tradisional; di mana status kelangkaannya bahkan justru menjadikannya berharga mahal.

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ a b Asian Turtle Trade Working Group 2000. Batagur baska. The IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.3. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 18 February 2015.
  2. ^ a b Rhodin, Anders G.J. (2010-12-14). "Turtles of the World 2010 Update: Annotated Checklist of Taxonomy, Synonymy, Distribution and Conservation Status". Diarsipkan dari versi asli (pdf) tanggal 2010-12-15. Diakses tanggal 2010-12-15. 
  3. ^ Cantor, T.E. 1847. "Catalogue of reptiles inhabiting the Malayan Peninsula and Islands". The journal of the Asiatic Society of Bengal. 16(2): 612. Calcutta :Bishop's College Press.
  4. ^ a b Guntoro, J. 2012. Tracing the footsteps of the Painted Terrapin (Batagur borneoensis) in the Aceh Tamiang Regency, Aceh, Indonesia. Preliminary observations. Radiata 1: 60-7.
  5. ^ a b c d Iskandar, D.T. 2000. Kura-kura & buaya Indonesia dan Papua Nugini : 98-9. Bandung: ITB.
  6. ^ Praschag, P., R. Holloway, A. Georges, M. Päckert, A.K. Hundsdörfer & U. Fritz. 2009. "A new subspecies of Batagur affinis (Cantor, 1847), one of the world’s most critically endangered chelonians (Testudines: Geoemydidae)". Zootaxa 2233: 57–68 (2009).
  7. ^ Praschag, P., R.S. Sommer, C. McCarthy, R. Gemel & U. Fritz. 2008. "Naming one of the world’s rarest chelonians, the southern Batagur". Zootaxa 1758: 61–8 (2008). (abstrak)
  8. ^ Platt, S.G.; B.L. Stuart; Heng Sovannara; Long Kheng, Kalyar and Heng Kimchhay. 2003. "Rediscovery of the critically endangered river terrapin, Batagur baska, in Cambodia, with notes on occurrence, reproduction, and conservation status" Chelonian Conservation and Biology 4(3): 691.
  9. ^ ROYAL DECREE on Designation of Animals and Plants as National Symbols of the Kingdom of Cambodia
  10. ^ Turtle Conservation Society: "Elevate survival prospects for the critically endangered southern river terrapin (Batagur affinis) of Terengganu, Malaysia, through research, conservation, local community participation, public outreach and education".
  11. ^ Chen, Pelf-Nyok & Eng-Heng Chan. 2014. "High hatch rates in Malaysian River Terrapin program are cause for optimism". Turtle Survival 2014: 51-2.
  12. ^ Turtle Survival Alliance: "A New Future for Turtle Conservation in Malaysia".

Pranala luar