Putuni

Revisi sejak 22 Januari 2023 20.08 oleh Arya-Bot (bicara | kontrib) (top: clean up, added orphan tag)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)


Putuni adalah salah satu situs arkeologis di Kota Tiwanaku, Provinsi Ingavi, Bolivia. Situs arkeologis ini dibangun oleh masyarakat kuno Peradaban Andes di sebelah tenggara Danau Titicaca. Sekarang, situs ini terletak sekitar 70 kilometer (km) di sebelah barat dari kota modern La Paz. Selain Putuni, Kota Tiwanaku menyimpan banyak bangunan kuno lain nya yang berasal dari tahun sebelum masehi hingga 500 Masehi antara lain Piramida Akapana, Kalasasaya, Pumapunku, dan Kerikala. Situs-situs di Tiwanaku memiliki pola mengelompok kemungkinan karena dipengaruhi oleh kondisi alam sekitar yang tandus dan kering. Dari hasil penelitian arkeologis yang telah dimulai sejak pertengahan abag ke-20 Masehi, menunjukkan bahwa pada masa lalu Tiwanaku menjadi pusat permukiman Kerajaan Tiwanaku. Tiwanaku dikenal juga dengan sebutan Tiahuanaco adalah sebuah kerajaan besar yang berjaya pada sekitar tahun 500 Masehi ketika wilayah kekuasaan nya membentang dari Chili, Bolivia dan Peru. Berbatasan dengan Kerajaan Huari di utara.

Putuni adalah sebuah struktur panggung (bahasa Inggris: platform) berukuran panjang sekitar 69 meter dan lebar sekitar 55,2 meter.[1] Sedangkan, lantai platform ini berada pada ketinggian 1,2 meter di atas permukaan tanah sekitar nya. Beberapa tangga kecil ditemukan di sisi utara berguna untuk menaiki lantai platform. Sayang nya salah satu tangga menuju halaman atau plaza tenggelam (bahasa Inggris; sunken court) yang berada di pusat platform telah dibongkar pada awal tahun 1900 M.[2] Pola arsitektural mengindikasikan bahwa Putuni yang terlihat pada masa sekarang secara relatif merupakan struktur yang tua. Seperti struktur monumental lainnya di Tiwanaku, banyak batu andesit dan batu pasir di situs ini yang berasal dari struktur lain yang lebih tua. Vranich berpendapat bahwa beberapa batu pembangun Putuni berasal dari batu pilaster Situs Kalasasaya yang kemudian dibentuk ulang.[3] Kemungkinannya konstruksi ulang dan penggunaan ulang bahan bangunan ini terjadi pada masa awal pembangunan Situs Kalasasaya. Hasil penelitian arkeologis di bagian halaman memberikan kesimpulan bahwa Situs Putuni dibangun di atas dua struktur bangunan yang lebih tua. Hal ini dibuktikan dengan penemuan sisa fortifikasi yang tumpang tindih.

Halaman (bahasa Inggris: plaza atau sunken court) menjadi ciri khas situs di Tiwanaku. Sunken court juga ditemukan di situs Piramida Akapana dan Situs Kalasasaya. Sunken court merupakan sebuah halaman yang sengaja dibuat lebih rendah dari lantai platform dan di titik pusat halaman biasa nya terdapat batu monolit. Halaman di Situs Putuni memiliki ukuran panjang sekitar 48 meter dan lebar sekitar 80 meter.

Fungsi

Dimensi Putuni lebih kecil daripada Kalasasaya, sehingga Cieza de Leon mengira bahwa Putuni adalah bagian balkon Situs Kalasasaya. Berikut adalah kutipan catatan Cieza de Leon, seorang konkuestador asal Spanyol yang mengunjungi Tiwanaku pada tahun 1549 Masehi:

"Junto a la muralla hay muchos huecos y concavidades debajo de la tierra."

Terjemahan dalam bahasa Inggris

"The Balcony of [the Kalisasaya Complex] near the west wall of [the Kalisasaya Complex] are many holes and concavities below the ground," dalam Vranich (1999)[3]

Pada abad ke-20 Masehi, Ponce mengajukan sebuah hipotesis tentang fungsi Situs Putuni pada masa lampau. Menurut nya, mungkin saja di bagian puncak dari situs ini terdapat bangunan tempat tinggal para bangsawan atau keluarga raja. Situs Putuni dan Kalasasaya yang sekarang terpisah, tidak menutup kemungkinan pada zaman dahulu kedua situs tersebut merupakan satu platform. Di bagian eksterior situs Putuni di sebelah barat laut, pernah ditemukan sisa dinding bercat dan kerangka manusia. Kerangka manusia ini ditemukan dalam posisi meringkuk dan berasosiasi dengan bekal kubur yang terbuat dari logam mulia. Sedangkan, reruntuhan dinding ini diberi nama sebagai multicolored palace oleh para peneliti. Meskipun demikian, hipotesis ini memiliki banyak kelemahan diantara nya ialah bukti bahwa Situs Kalasasaya dan Situs Putuni diketahui secara tradisional berasal dari masa yang berbeda. Selain itu, posisi Putuni bukan berada di satu garis lurus dengan Situs Kalasasaya, melainkan agak condong ke arah selatan.[1] Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan menyangkut kemungkinan-kemungkinan keberadaan bangunan kuno lain yang belum diketahui sampai saat ini.

Referensi

  1. ^ a b Evans, Susan Toby (2004). Palaces of the Ancient New World. USA: Dumbarton Oaks.
  2. ^ Janusek, John Wayne (2004). Identity and Power in The Ancient Andes: Tiwanaku Cities Through Time. New York: Routledge.
  3. ^ a b Vranich, Alexei N (1999). Interpreting the Meaning of Ritual Spaces: The Temple Complex of Pumapunku, Tiwanaku, Bolivia (Disertasi). ProQuest Dissertations Publishing: University of Pennsylvania.